Sabtu, 11 Mei 2013

Wasiat Imam Ali






Wasiat Imam Ali AS Untuk putranya  Imam Hasan AS
*Yang ditulis didaerah bernama Hadirin sekembalinya dari (perang) Shiffin.



Bismillahirrohmanirrohiim..
Dari seorang ayah yang sudah tua renta, yang senantiasa mengakui pasang surutnya zaman, yang memunggungi umur, yang telah melewatkan hari-harinya di medan kehidupan, yang selalu berkelana dikota-kota mati (kesunyian). Untuk anakku yang masih memiliki harapan kepada sesuatu yang tak akan tercapai, yang akan menapaki jalan-jalan kehancuran, yang akan ditinggalkan, yang akan menyerahkan tempat tinggalnya pada yang lain; yang akan menjadi tawanan waktu, budak-budak dunia, pedagang-pedagang yang akan bangkrut, yang tergadai dengan bencana angan-angan, yang terpenjara dengan kematian, teman yang loyal pada nestapa, sahabat bagi kesedihan dan sasaran petaka, korban hawa nafsu dan yang akan menggantikan orang-orang yang telah mati sebelumnya. 

Sebelumnya, aku ingin menyampaikan pujian, setelah aku perhatikan semua pengalaman yang kualami, kehidupan dunia yang selalu membelakangiku, peristiwa-peristiwa kedegilan zaman, sementara kehidupan akhirat selalu menyorotiku. Semua itu cukup menahanku untuk memikirkan selain diriku dan apa yang akan terjadi setelahku. Tapi ketika (dulu) aku sendiri hanya memikirkan (keselamatan)rakyat dan kegelisahan-kegelisahan mereka, dan sekarang, aku merasa bahwa ada hal yang penting yang harus kulakukan. Aku tidak ingin melupakan dirimu, aku ingin mencurahkan perhatianku padamu. Ini adalah tugas yang akan menyita waktu. Sesungguhnya ini adalah kebenaran yang tidak bercampur dengan kedustaan.

Anakku! Engkau adalah belahan jiwaku dan seluruh wujudku adalah dirimu sendiri. Andaikata kejadian-kejadian zaman turut menggoreskan kepedihan dihatimu, debu-debu kesedihanmu itu menerpa wajahku juga dan andaikata cengkraman kematian akan memangsamu, jiwaku ini juga turut merasakannya. Aku juga memprihatinkan urusanmu, seperti halnya aku juga merasa prihatin dengan diriku. Maka aku putuskan dengan kuat menuju suatu tempat yang aku pun tidak bisa menyempurnakan perjalanan ini dan di tengah-tengah perjalananku ini, aku menggoreskan pena untukmu sebagai bagian dari upaya untuk mendukungmu, apakah ketika aku masih hidup ataupun sudah tiada.

TAKWA  ADALAH JAMINAN BAGI PEMBINAAN DIRI
Anakku, kuwasiatkan kepadamu agar selalu bertakwa kepada Allah.
Anakku, selalulah engkau melaksanakan titah-titah-Nya dan menghidupkan hatimu dengan zikir dan berpegang teguh dengan tali-Nya. Dengan kuasaNya, segala kesulitan menjadi tiada artinya. Sungguh, gerangan hubungan apakah yang lebih kokoh daripada hubunganmu dengan-Nya selama engkau masih berpegang teguh padanya?

Hidupkan hatimu dengan spirit nasihat, hancurkanlah ia dengan zuhud dan keyakinan yang kuat, sinarilah ia dengan hikmah, lembutkanlah hatimu dengan mengingat kematian, tentramkanlah ia dengan mengingat kefanaan, sadarkanlah ia akan bahaya yang mengancam dari dunia, lantaran dunia bukan hanya mengandung hal-hal yang menyenangkan tapi juga membawa racun yang siap mematikan. Biarkan hatimu mencatat keganasan zaman dan kejahatan peristiwa di siang hari dan dimalam hari!

Berkelanalah engkau mempelajari sejarah orang-orang terdahulu, dan ingatlah apa yang telah menimpa mereka dulu. Kembangkanlah layar perahumu di jagat (ahsanu nizham) yang kokoh, waspadalah, jangan sampai engkau tenggelam (didalamnya), bercerminlah kepada cermin sejarah. Bukalah lembaran-lembaran sejarah orang-orang terdahulu, analisislah suka dan duka dalam kehidupan mereka, dimana mereka tinggal dan kemana  sekarang mereka pergi? Engkau akan menyadari bahwa mereka telah meninggalkan orang-orang yang dulu mereka cintai, dan saatnya engkau akan menyadari bahwa engkau juga akan menjadi bagian dari mereka.

5. Perbaikilah tempat tinggalmu didunia, tapi jangan kau jual akhiratmu dengan duniamu.
6. Tinggalkanlah pembicaraan yang tidak dimengerti dan janganlah berbicara tentang hal-hal yag bukan taklifmu, berhentilah dari jalan yang dikhawatirkan akan menyesatkanmu, karena tidak terlibat dalam kebingungan yang menyesatkan lebih baik daripada tenggelam didalam bahayanya.
7. Hidupkanlah sunnah amar makruf dan nahi mungkar sehingga engkau menjadi ahlinya, tolaklah kemungkaran dengan tangan dan lisanmu dan lawanlah kejahatan kemungkaran dengan seluruh jiwamu. Berjuanglah dijalan Allah dengan sebaik-baik perjuangan. Jangan takut dengan cercaan orang yang mencerca.
8. Arungilah samudera agar engkau sampai di tepi pantai kebenaran. Pelajarilah agama dengan mendalam.
9. Labuhkan dirimu kepada Allah dengan  bersabar terhadap yang dibenci dan sebaik-baik akhlak adalah tabah di jalan kebenaran.
10. Serahkanlah seluruh kegetiran dan manisnya hidupmu pada Allah. Karena engkau sedang berlabuh di Tempat Perlindungan Yang Paling Terpercaya. Ikhlaslah dalam menghadapi segala masalah. Allah-lah yang menahan dan memberi rezeki.
11. Yakni perlihatkanlah pada-Nya segala aktivitas yang menyenangkan, kebajikan dan yang akan mengantarkan pada kebahagiaan. Biarkan lisanmu selalu menggumamkan kecintaan dan hasrat untuk meraih kebajikan.
12. Wahai anakku, renungkanlah wasiatku ini dengan baik. Biarkan jiwa dan ragamu menyerap nasihat-nasihat ini. Jangan engkau menjadi abai terhadapnya. Lantaran sebaik-baik ucapan adalah yang mengandung manfaat. Simaklah, tidak ada kebaikan untuk ilmu jika ilmu itu hanya untuk ilmu. Sesungguhnya tidak ada keberkatan bagi ilmu yang tidak layak dipelajari dan tidak dibaktikan untuk kemanfaatan.
13. Duhai anakku, karena kematian tidak lama lagi akan segera menjemputku dan aku merasa semakin tidak berdaya lagi, kuyakini bahwa aku tidak boleh membiarkan wasiat ini tertunda begitu saja. Sebagian isi wasiat penting yang telah kusampaikan padamu. Sebelum detik-detik kematian menghampiriku. Sebelum aku kehilangan momen untuk menyampaikan apa yang terlintas di dalam jiwaku. Atau mungkin tercetus sangkaan bahwa pikiranku akan digerogoti dengan tubuhku yang memuai. Atau engkau akan seperti kuda liar yang direnggut oleh guncangan kejadian dan gemuruh hawa nafsu dan fitnah dunia.
14. Sesungguhnya aku ingin menyampaikan suatu rahasia, rahasia tentang pendidikan jiwa. Aku ingin mengingatkanmu bahwa jiwa anak-anak remaja itu ibarat tanah yang masih baik dan subur yang akan menyuburkan apa saja yang ditanam diatasnya. Segeralah  menyemai benih benih kecintaan iman, karena kalau tidak, maka yang akan tumbuh ditanah itu adalah keburukan dan kerusakan. Sejak dini aku mendidikmu sebelum hatimu mengeras dan terombang-ambing oleh berbagai peristiwa dan sebelum sayap-sayap pikiranmu itu melayang terbang ke mana-mana.
15. Duhai anakku, kendatipun aku tidak menyaksikan kehidupan orang-orang yang mendahuluiku dan aku juga tidak terlibat denagn kejadian-kejadian di zaman mereka, aku selalu mengamati perbuatan-perbuatan mereka dengan cermat. Aku senantiasa mengambil pelajaran yang mendalam dari kehidupan mereka. Aku acapkali merenungkan peninggalan-peninggalan para pendahuluku sehingga aku seolah-olah bersama mereka. Lantaran aku begitu menyelami kondisi dan keadaan mereka, seolah olah aku ini berada di samping mereka sepanjang kehidupan. Akhirnya, aku bisa mengetahui pelbagai kegelapan, penyimpangan, kesucian dan jalan yang terang-benderang dan aku bisa membedakan mana yang jernih dan mana yang kotor. Kusaringkan yang jernihnya dari seluruh yang kucerap dari masa lampau. Kuhadiahkan sesuatu yang terindah dan khusus untukmu.

Demi-mu, kusingkapkan hal-hal yang tidak engkau ketahui dan yang membuatmu ragu. Kuingin dianggap sebagai ayah yang baik dalam mendidikmu lantaran aku selalu menyimak segala hal yang terjadi padamu. Aku selalu memberikan perhatian penuh kepada usia-usia yang masih muda ini, saat engkau sedang menyusuri musim semi kemudaanmu dengan hati yang bersih dan jiwa yang cemerlang.
16. Pembinaan anak-anak remaja harus diawali dengan (ajaran-ajaran) Al Quran dan takwilnya. Seorang murabbi yang baik harus giat mencerahkan jiwa-jiwa kecil mereka dengan wewangian firman Tuhan. Siramilah nalar mereka yang masih jernih dengan kata-kata dan pengetahuan-pengetahuan yang indah dan benar.
Utamakan mengajari mereka dengan ilmu-ilmu Al-Qur’an, ilmu tentang hidup secara Islam, yaitu tentang yang halal dan yang haram. Ajarkan mereka pengetahuan untuk memisahkan mana yang layak dilakukan dan yang tidak, sesuatu yang menjadi keniscayaan! Ketika jalan-jalan yang benar dan asli diajarkan kepada mereka, mereka tidak akan lagi tergoda dengan jalan yang lain. Namun apa yang harus diupayakan?
Lantaran jalan berbeda-beda dan jalan-jalan yang menyimpang juga dapat menjadi batu sandungan menuju jalan kebenaran. Aku khawatir, pikiran-pikiran yang tidak benar dan waswas setan akan menghancurkan nalar yang jernih dan bersih milikmu! Lantaran itu, aku merasa patut untuk menyelidiki gagasan-gagasan yang lain agar bisa menyampaikan persengkolan musuh-musuh kepadamu dengan kebenaran yang terang-benderang, tidak lagi member kesempatan kepada para perampok untuk berkeliaran di tempat-tempat yang gelap. Kondisi seperti ini lebih aku sukai daripada membiarkanmu---tanpa ilmu---menghadapi sesuatu yang akan membahayakanmu! Harapan dan asa diriku adalah semoga Allah Swt melapangkan jalanmu untuk mencapai puncak sulukmu! Camkanlah wasiat ini dengan telinga jiwamu, engkaulah yang menjadi jaminan atas wasiat ini.
17.  Anakku, pahamilah bahwa rahasia wasiatku ini terkandung di dalam satu ucapan, yaitu takwa kepada Allah. Karena takwa adalah akar dari segala kebaikan dirimu. Giatlah untuk menggapai (ketakwaan) dengan seluruh wujudmu.
Anakku, tanah yang melimpah luas, dunia serta isinya ada di dalam genggamanmu. Gunakanlah nalar yang benar agar tidak melanggar aturan-aturan Tuhan dan pikirkanlah kewajiban-kewajibanmu. Pasrahkanlah dirimu kepada-Nya. Hidupkanlah tradisi leluhurmu yang suci dan manusia-manusia saleh dari keluargamu. Lantaran mereka begitu mencermati seperti demikian juga engkau terhadap dirimu. Akhirnya mereka juga melaksanakan rencana-rencana yang berdasarkan pengetahuan mereka dan para leluhurmu tidak akan menjalankan apa yang tidak diketahuinya.
18. Jika jiwamu tidak ingin menerima (ajaran leluhur) yang tidak engkau bisa pelajari lewat pengalamanmu, engkau harus berjuang untuk meraihnya melalui pengetahuan yang benar. Jangan sekali-kali engkau bersandar pada dinding yang goyah. Engkau juga harus menghindari perdebatan yang kasar.
Selalulah memohon pertolongan kepada Allah sebelum engkau memilih pendapatmu sendiri. Yakinilah bahwa Dia yang akan memberimu taufik. Jauhilah setiap keraguan walaupun sedikit, sebab itu akan menyeretmu pada kesesatan.
20. Jika engkau meyakini bahwa hatimu telah bening, tunduklah dihadapan-Nya dengan penuh kekhusukan. Perhatikan apa yang telah kujelaskan kepadamu dengan seluruh jiwamu. Jika tidak, engkau akan seperti unta yang tidak bisa melihat di malam hari, yang berjalan di kegelapan. Seorang pelajar agama tidak akan seperti itu. Agama adalah sumber pencerahan yang tidk akan menyatu dengan kegelapan dan menahan diri dari itu lebih utama.
21. Camkanlah kata-kataku ini, wahai anakku. Sadarilah, kematian dan kehidupan adalah dua wajah dari satu mata uang. Sang Penguasa kematian adalah Allah Swt. Sang sangkakala kematian ditiupkan, seluruh kehidupan ini akan kembali semarak. Sesiapa yang terjerat dalam gelombang derita, dia akan kembali mendapatkan afiat. Allah Swt menciptakan dunia dalam sebuah pola tertentu; yang menyatukan antara racun dan madu dan ganjaran hanya akan dikaruniakan di akhirat atau sebenarnya telah diberikan oleh Allah kepadamu tanpa kausadari.
22. Jika engkau mendapatkan masalah dalam keberagamaanmu, janganlah engkau memaksakan diri, bukan karena tidak ada jalan tapi karena tabiat manusia itu dibarengi dengan kejahilan. Seluruh pengetahuan anak Adam adalah anugeah Tuhan. Alangkah tak terbatasnya kejahilanmu yang akan membekukan nalarmu. Matamu menjadi rabun, tapi kemudian mata itu melek lagi. Kaurengkuh lagi jalan yang lurus lantaran itu, janganlah terlampau banyak mempertaruhkan dirimu.
Berpegangteguhlah kepada Yang Menciptakanmu dan Yang Memberi rezeki kepadamu. Tundukkan seluruh jiwamu, raihlah keridaan-Nya. Baktikan totalitas ibadah di haribaan-Nya, pusatkan seluruh harapanmu semata-mata kepada-Nya, dan baktikan segenap cintamu hanya untuk-Nya.

23. Duhai anakku, ketahuilah bahwa mendapatkan cahaya makrifat dan memasuki area suci Tuhan dan iman itu tidak mungkin tanpa melalui jalur syariat dan wahyu.
Tidak ada yang memiliki ilmu tentangnya selain RasulNya. Atau dengan kata lain, tauhid itu mengejewantah dalam panji-panji kenabian, sedangkan keindahan Sang Ma’bud termanifestasi dalam keindahan sang Nabi. Lantaran itu, selalulah berbesar hati menapaki jalan bimbingannya dan tuntunannya.
Jadikan dia teladan karena itu mengandung rahasia kehidupan. Aku tidak akan lalai dalam menyampaikan wejangan kepadamu, dan aku telah menyampaikannya secara sempurna kepadamu.
Engkau tidak akan memahami tentang dirimu seperti pemahamanku terhadap dirimu, and waktuku lebih banyak tercurah karena memikirkanmu. Karena seringnya aku memikirkan dirimu dan usahamu, maka hal itu tidaklah sebanding dengan usahaku.


24. Duhai anakku, sadarilah, seandainya Allah memiliki sekutu, (sekutu-Nya itu) pasti akan mengirimkan utusannya padamu dan engkau akan menyaksikan tanda-tanda kekuasaannya. Engkau akan mengenal sifat dan perbuatan (Sekutu-Nya) tersebut. Tapi ketahuilah bahwa Allah itu hanyalah satu sebagaimana Dia singkapkan tirai jamaliyah-Nya. Tiada seorang pun yang mampu menyaingin kekuasaan-Nya. Dia adalah Abadi lagi Azali; tidak ada awal dan tidak ada akhir.
Dia adalah Yang Paling Awal dari yang paling awal. Hakikat wujud-nay adalah Diri-Nya sendiri. Daratan, waktu dan tempat dan galaksi bergerak pasti akan bergerak menuju kepada kemusnahannya sedangkan Dia adalah Yang Paling Akhir tanpa batas. Dia adalah Tuhan yang terlalu agung untuk dicerap oleh kalbu dan mata. Bagaimana mungkin kalbu yang kecil ini dan manusia yang tak berdaya ini mampu mencerap sesuatu Yang Tak Terbatas ?

25. Sekarang setelah engkau menyadari, camkanlah bahwa di depan asma samudera yang tak terbatas, sudah sepatutnya selaras dengan adab seorang hamba untuk menyungkurkan diri dalam ketaatan terhadap-Nya sebagaimana adab menyahajakannya untuk menghempas diri dalam mahligai ketaatan pada-Nya, dengan posisi yang lemah, bekal yang sedikit, ketidakberdayaan yang tak terbilang, sementara kebutuhan sangatlah banyak. Dia hanya bisa berdiri tegak dalam naungan ketaatan kepada-Nya, dengan memanfaatkan mutiara kehidupan. Karena Allah hanya menurunkan perintah-perintah yang baik saja dan tidak melarang kecuali hal-hal yang nista.

26. Anakku, aku telah menjelaskan keapdamu wajah dunia, yang buruk dan yang indahnya. Aku juga sampaikan kepadamu apa yang akan menjadi abadi dan apa yang akan sirna dari dunia ini. Juga telah kuceritakan kepadamu tentang kampong akhirat dan apa yang telah dipersiapkan untuk para penghuninya. Kadang-kadang aku juga menjelaskan dengan tamsil (perumpamaan-perumpamaan), tidak lain agar engkau lebih mengikuti cara hidup orang-orang yang saleh dan berhati-hati. Sesungguhnya orang-orang yang bisa melihat kehidupan dunia dengan jernih dan selalu selamat dari jebakan-jebakannya, ibarat para musafir yang melintasi dataran gersang, tenggelam dalam musim paceklik berkepanjangan. Hati para musafir ini menjadi sempit dan membeku tapi kemudian mereka mendengar keberadaan daerah lain yang subur dan dilimpahi kesejahteraan, akhirnya mereka bergerak ke daerah tersebut yang dipenuhi oleh kebun-kebun yang rindang dan oase yang selalu melimpah airnya. Ditengah-tengah perjalanan itu, mereka dihadapkan pada berbagai kesulitan; harus  berpisah dengan orang-orang yang disayangi, kekurangan makanan sebelum menginjakkan kaki didaerah baru yang nyaman.Mereka tak menghiraukan penderitaan apa pun yang ditemui dalam perjalanan dan tidak merasa rugi dengan biaya yang telah dikeluarkan, karena tidak ada yang lebih membahagiakan selain secepatnya sampai di tujuan tersebut.
Sementara mereka yang terseret dalam permainan duniawi, ibarat orang-orang tinggal di daerah yang subur dan tiba-tiba diusir darinya agar mengungsi ke tempat yang penuh dengan penderitaan; yang siang harinya adalah kegelapan dan malam harinya tanpa ada akhirnya. Tiada yang lebih dibenci daripada perpisahan dengan keadaan mereka semula dan memasuki tempat baru.
27. Wahai anakku, dalam kegiatan bermasyarakat, jadikan dirimu sebagai neraca yang adil di sekitarmu. Berperilakulah yang baik terhadap yang lain sebagaimana engkau juga ingin mendapatkan penghormatan yang baik dari mereka. Senangilah bagi orang lain apa yang kausenangi bagi  dirimu sendiri, bencilah untuknya apa yang engkau benci untuk dirimu sendiri. Janganlah berbuat zalim terhadap yang lain sebagaimana engkau juga tidak suka orang lain bertindak zalim terhadapmu. Banyaklah berbuat kebajikan sebagaimana engkau juga ingin orang lain berbuat kebajikan terhadapmu. Jangan sekali-kali membenarkan dirimu berbuat sesuatu yang engkau tidak membenarkannya dari orang lain dan relakan hatimu menerima sesuatu yang kaurelakan bagi orang lain. Nilailah buruk dari dirimu, juga apa yang engkau nilai itu buruk dari yang lain, juga jangan terlalu membebani orang lain dengan sesuatu yang dirimu sendiri juga tidak suka dibebani dengannya. Hentikanlah menyatakan sesuatu tanpa ilmu pengetahuan, meskipun sebenarnya engkau mengetahuinya sedikit sekali. Janganlah mengucapkan sesuatu yang kau tidak ingin orang lain mengucapkannya padamu.
28. Anakku, ujub terhadap diri sendiri adalah menyesatkan juga racun bagi akal. Bekerjalah dengan membanting tulang tapi jangan biarkan engkau hanya menjadi juru simpan bagi yang lain. Saat engkau mencapai tujuanmu, jadilah manusia yang paling tawaduk dan rebahkan dalam haribaan ketaatan pada-Nya.
29. Ketahuilah, didepan wajahmu terbentang  jalan yang sangat panjang dan terjal penuh onak dan duri. Untuk menempuh perjalanan ini, engkau membutuhkan dua hal: pertama, kemampuan menemukan jalan yang lebih dekat, dan kedua, yaitu membawa perbekalan yang tidak memayahkan perjalananmu. Lantaran itu, janganlah engkau memikul sesuatu yang tidak sanggup kaubawa. Namun, jika engkau melihat seorang darwis yang mau mengangkat bebanmu dan akan mengembalikan lagi (bekal itu) kelak di hari kiamat, janganlah engkau sia-siakan peluang emas ini. Biarkan dia membawa bekalmu sebanyak-banyaknya karena bisa jadi engkau mencari (orang yang akan memikul beban) tapi tidak lagi egkau temukan. Manfaatkan saat-saat engkau sedang jaya dengan memberi pinjaman kepada orang yang membutuhkannya agar engkau mendapatkan kembali yang kaupinjamkan itu di saat engkau sedang terpuruk.
30. Ketahuilah, perjalanan ini tidak selalu mulus karena ada yang menunggumu, yaitu bukit yang amat terjal. Orang yang ringan bebannya lebih beruntung daripada yang membawa beban yang lebih berat. Orang yang lambat, lebih rugi dari yang bergerak dengan cepat. Engkau mau tidak mau harus menuruni bukit itu menuju surga atau neraka. Suruh sang pemandu jalan untuk mempersiapkan tempat tinggal (yang baik)bagimu. Sang pemandu itu adalah keridhaan Tuhan. Jika engkau tidak merampungkan persiapannya, maka setelah kematianmu, engkau tidak akan memperolehnya lagi dan engkau tidak akan mendapatkan kesempatan lagi kembali ke dunia.  
31. Renungkanlah, Sang Pemilik Perbendaharaan langit dan bumi telah memberikan kewenangan padamu untuk berdoa. Dia menjamin akan mengabulkannya. Sesungguhnya, Dia menyerumu agar engkau memohon pada-Nya; agar engkau meminta rahmat-Nya dan Dia akan memberi rahmat padamu. Allah SWT di singgasana suci-Nya, Dia tidak mengunci Diri-Nya dengan gerbang yang akan menghalangi dirimu dengan Diri-Nya. Dia juga tidak memaksamu untuk mengandalkan wasilah antara dirimu dan diri-Nya. Dia juga tidak memaksamu untuk segera bertaubat atas dosa dosamu.
Dia juga tidak mencela ketika engkau bertaubat (dengan membawa lumpur dosamu). Meskipun engkau patut dipermalukan tapi Dia tidak mempermalukan dirimu. Dengan enteng, Dia akan menerima taubatmu. Dia juga tidak ingin memayahkan beban taklifmu. Dia memiliki sifat kasih sayang yang tidak akan membuatmu payah. Bila kauurungkan niatmu untuk melakukan dosa, Dia akan menghitungnya sebagai suatu perbuatan baik yang layak diberi pahala. Dia menghitung dosamu satu kali dan mengganjar amal baikmu dengan pahala sepuluh kali lipat. Tuhan Yang Maha Penyayang member peluang (kepadamu) untuk kembali pada-Nya dan meraih keridaan-Nya. Saat engkau menjerit memanggil-Nya dari hatimu yang paling dalam, Dia menyelami kepedihan hatimu. Dia selalu memberi waktu kepadamu untuk menyampaikan hajat-hajatmu. Bukalah pintu hatimu selebar-lebarnya.
Dia akan menampung seluruh curahan kegelisahan kalbumu. Ulurkanlah tanganmu sambil membawa segala keluh kesahmu. Agar pendar kasih sayang-Nya membersihkan awan kesedihan dari langit hatimu. Mintalah agar Dia membereskan kebutuhan duniamu, dari khazanah kebaikan-Nya yang tak terbatas (yang kauinginkan) yang tak ada lagi yang mampu menjamin segala keperluan makhluk seperti tambahan umur, kesehatan badan dan rezeki yang melimpah dan penuh keberkatan.

32. Sekarang engkau telah menemukan khazanah-khazanah Rububiyah-Nya. Engkau telah meraih tetesan dari samudera kasih sayang-Nya, jadi sekarang engkau juga layak mencari perbendaharaan-perbendaharaan rahmatNya yang lain. Allah Swt telah member izin padaku untuk meletakkan perbendaharaan itu untukmu. Setiap kali engkau menginginkannya, engkau tinggal membukakan pintu-pintu keterkabulan doa dari-Nya dan rauplah hujan rahmat-Nya. Janganlah sekali-kali hatimu menjadi kisruh karena terhambatnya permintaanmu, karena itu bisa jadi lahir dari kepicikan (hatimu) dan bukan dari kekurangan dermawan-Nya. Bisa saja, tersendatnya (pengabulan) doa itu akan melipatgandakan pahala dan memperbesar karunia. Kerapkali permintaan itu tidak dikabulkan lantaran ada yang lebih baik yang akan diberikan di dunia ini atau di akhirat kelak. Seringkali jika permohonanmu itu dikabulkan, engkau akan menyimpang dari agama. Alangkah tidak patutnya engkau meminta sesuatu yang tidak bermanfaat. Tapi menghibalah kepada-Nya, kepada Sang Pemilik Kebaikan yang abadi, lantaran harta bukan untukmu dan engkau hidup bukan untuk harta.

33. Ketahuilah, wahai anakku, dunia terlalu kecil untuk menjadi manifestasi keluhuran manusia. Yang bisa menjadi manifestasi sempurna bagi manusia adalah akhirat. Karena engkau ini diciptakan untuk keabadian dan bukan untuk dunia; engkau diciptakan untuk kematian dan bukan untuk hidup. Mau tidak mau, engkau harus meninggalkan dunia dan menetap di tempat lain yang abadi dan tidak mengandung kekurangan apa pun. Yang akan memindahkanmu dari alam yang terbatas kea lam yang tak terbatas adalah kematian. Engkau adalah buruan yang tidak bisa melepaskan diri dari cengkeraman (kematian). Maut adalah pemburu yang engkau tak mungkin bisa lolos darinya. Dimana saja engkau berada, engkau akan dimangsa olehnya. Jadi, takutlah engkau akan kematian yang akan menyergapmu saat engkau sedang tenggelam dalam dosa dan engkau masih menangguhkan taubat. Akibatnya, engkau telah mencelakakan dirimu sendiri.
34. Anakku, ingatlah kematian dan (akibat) setelahnya, karena engkau akan memasuki lorong-lorong penuh bahaya yang mengejutkan. Ya, jagalah kesadaranmu tentang kematian sehingga engkau menghadapinya dengan membawa bekal yang cukup. Janganlah sampai alpa dengan kematian yang tiba-tiba merenggutmu.
35. Kausaksikan sendiri bagaimana kehidupan orang orang yang rakus dengan dunia, ibarat para pemangsa bangkai diatas tumpukan bangkai-bangkai yang berbau busuk menusuk hidung. Seluruh wujud mereka adalah perut yang saling cakar memperebutkan bangkai. Tajamkan penglihatanmu. Siap siagalah menghadapi serangan. Jangan sampai terlena oleh omongan manis (ahli dunia). Yang terbaik dan yang paling jujur untuk mengatakan tentang ihwal dunia adalah Tuhan sendiri, karena Dia telah menelanjangi hakikat dunia (sebagaimana adanya ia). Dia telah membongkar kebobrokannya dengan mengatakan, “Mereka yang terdampar dalam kubangan dunia ibarat anjing-anjing gila yang kelaparan, yang suka menggonggong atau ibarat binatang-binatang buas yang siap menerkam dan memangsa makhluk-makhluk yang tak berdaya.” Si kuat menganiaya si lemah. Para pemuja dunia ibarat unta unta yang terikat atau unta yang mabuk yang terjerembab didalam sumur, yang tiada penggembala yang akan menjaganya dan tiada cahaya dari para pembawa obor. Para pemuja dunia akan terjerumus kedalam kesesatan dan tidak mampu melihat mercusuar kebenaran, mereka terlunta lunta dalam kebimbangan, diperbudak oleh perut dan syahwat, sehingga mereka menukarkan kenikmatan yang suci dengan sampah-sampah berbau busuk. Mereka bermain dengannya dan ia dipermainkan olehnya sehingga lupa akan hari esok.
36. Wahai para musafir! Berhentilah sejenak dan sadarilah bahwa kegelapan sebentar lagi akan sirna. Kalian akan sampai pada kafilah berikutnya, yang mengendarai kendaraan malam dan siang hari. Mereka akan terus bergerak meskipun mereka bertahan berdiri. Mau tidak mau, mereka akan diarahkan ke kampung aslinya, meskipun mereka hanya berdiri dan berkemaslah agar engkau dapat menyusul kafilah berikutnya.
37. Ketahuilah, engkau tidak mungkin bisa mencapai semua cita-citamu! Engkau tidak bisa melampaui batas ajal yang sudah ditentukan untukmu. Karena itu, bersahajalah dalam pekerjaan dan kehidupan, bersemangatlah dalam mencari rezeki dengan cara yang baik. Namun ada kalanya kerja keras mencari penghidupan dapat membinasakanmu. Tidak setiap orang yang mendapatkan rezekinya, dan tidak setiap yang bertindak sederhana dan lugas dalam mencari rezeki akan kehilangan rezekinya.
38. Jagalah dirimu! Hormatilah dirimu (dengan tidak melakukan) hal-hal yang tercela meskipun hal itu mendatangkan hujan kemewahan, karena tiada yang bisa menggantikan kehormatan diri yang telah tercampakkan. Janganlah kaugadaikan dirimu kepada yang lain padahal Allah telah membebaskanmu. Apa gunanya kebaikan jika harus didapat dengan kejahatan. Apa gunanya keuntungan kalau harus merusak diri? Kebaikan dan kesejahteraan hanya bisa diraih dengan kebaikan dan kesederhanaan.
39. Waspadailah serangan ketamakan lantaran ia akan menghempaskanmu pada kehancuran.
40. Seluruh karunia itu datang dari Allah, tidak dari yang lain. Hanya orang-orang yang memiliki iman tinggilah yang meyakini Allah sebagai walinya. Jika engkau mampu meraih rezeki dari Allah tanpa perantara yang lain, lakukanlah! Yakinlah bahwa apa yan sangat sedikit dari Allah itu lebih agung dan lebih mulia daripada yang banyak yang berasal dari makhluk- Nya.
41. Meralat apa yang tercetus dari lisan yang diam, lebih mudah dari memperbaiki kerugian akibat kata-kata yang telah keluar.
42. Mempertahankan apa yang kau miliki, lebih mudah daripada meminta yang menjadi milik orang lain. Tidak mengharapkan belas kasihan dari yang lain lebih manis daripada memohon pada yang lain. Menelan pahit ketidakberdayaan lebih baik daripada menghiba-hiba pada yang lain. Kerja keras dengan cara terhormat lebih baik daripada kaya tapi tercela. Manusia itu lebih baik dari rahasia dirinya. Terkadang mencari nafkah bisa mencelakakan dirinya.
43.  Seringlah duduk dengan orang-orang yang cerdas agar engkau menjadi seperti mereka; jauhilah orang-orang yang berperilaku buruk agar tidak seperti mereka; seburuk-buruk makanan adalah yang haram dimakan; kezaliman terhina adalah kezaliman atas si lemah; jika kelembutan ditanggapi dengan salah, gunakan ketegasan (untuk mengatasinya); kadang-kadang penawar bisa menjadi racun, dan kadang-kadang racun bisa menjadi penawar; kadangkala yang member nasihat bukan ahlinya, dan yang ahli dalam menasihati malah berkhianat; janganlah sekali-kali percaya dengan angan-angan sebab itu modal si dungu; orang-orang yang berakal akan banyak belajar dari pengalaman, dan sebaik-baik pengalaman adalah yang memberikan pelajaran; tidak setiap yang mengejar mendapatkan buruannya dan tidak setiap yang mencari mendapatkan (apa yang dicarinya); tidak setiap yang lenyap akan kembali; tanda kesialan adalah menyia-nyiakan perbekalan, dan datang dengan tangan kosong di hari kiamat; setiap urusan ada akibatnya; akan menjangkaumu apa yang telah ditakdirkan untukmu; yang selalu mencari keuntungan akan dirundung bahaya; seringkali yang sedikit, malah lebih banyak mengandung keberkahan; tidak ada kebaikan dari penolong yang hina, dan tidak ada kebaikan dari sahabat yang tertuduh; arungilah zaman selama kendaraannya merunduk padamu; engkau akan binasa jika selalu ingin lebih; waspadalah dengan pembangkangan (kuda yang suka berperang)!
44. Giatlah untuk mendekati saudara-saudaramu yang ingin memutuskan hubungan kekeluargaan denganmu; jadilah penyayang saat mereka menjadi keras; dekatilah ketika mereka menjauh; bersikap lembut saat mereka kasar dan maafkanlah ketika mereka banyak menyakitimu; jadikan dirimu seolah-olah budak mereka dan seolah-olah mereka sangat berjasa padamu serta lakukanlah secara sewajarnya; balaslah sikap dingin mereka dengan kehangatan, tapi lakukanlah hal itu seraya mempertimbangkan waktu dan tempat; jangan lakukan hal itu pada orang yang tidak tepat; jangan bersahabat dengan musuh sahabatmu; karena itu berarti engkau akan menjadi musuh sahabatmu; sampaikan nasihat kepada saudaramu, yang baik atau yang tidak baik, dengan tulus; kendalikan amarahmu, sebab saya tidak pernah melihat akibat yang lebih manis darinya dan lebih baik (dari mengendalikan amarah).
45. Layanilah dengan kesantunan orang yang bersikap kasar terhadapmu, mnudah-mudahan dia juga akan bersikap lembut padamu; hormatilah musuhmu, karena itu adalah kemenangan yang paling indah. Jika dia ingin memutuskan hubungan dengan saudaramu, bukalah juga jalan untuk berdamai dengannya karena bisa jadi suatu hari nanti  engkau ingin menyambungkan silaturahmi dengannya; jika engkau dikira orang baik, tegaskan kebaikanmu itu.
46. Jangan kausia-siakan hak saudaramu dengan mengingat akan perjanjian antara dirimu dan dirinya, yaitu bahwa tidak disebut saudara orang yang suka menyia-nyiakan haknya, dan janganlah membiarkan keluargamua menjadi makhluk yang paling celaka dalam melayanimu; janganlah terlalu berharap terhadap yang mengabaikanmu; jangan jadikan saudaramu setelah bermusuhan denganmu adalah orang yang paling berani memutuskan hubugan denganmu daripada menyambungkannya; jangan engkau biarkan keberanianmu berbuat buruk mengalahkan keberanianmu berbuat baik; jangan terlalu gencar melebih-lebihkan kezaliman orang yang menzalimimu karena dia merugikan sekaligus juga memberikan manfaat; jangan berbuat buruk kepada orang yang memasukkan kebahagiaan (terhadap dunia) pada hatimu.
47. Ketahuilah, wahai anakku, rezeki itu ada dua jenis: rezeki yang kaucari dan rezeki yang mencarimu. Jika engkau tidak mencarinya, ia akan mednatangimu. Alangkah jeleknya menghiba-hiba karena keperluan dan memiliki sikap dingin saat makmur; kebutuhan pada dunia hanya sekedar untuk membereskan keperluanmu. Jika engkau suka mencerca atas apa yang kauberikan pada yang lain, cercalah juga apa yang akan menjadi milikmu. Dunia dan kehidupan itu tidak berbeda satu sama lainnya, selalu mengalami (perputaran sejarah), maka hidupkanlah masa lalu untku menjadi mercusuar masa depan.
48. Janganlah menjadi orang yang harus dinasihati dengan cara yang kasar. Orang yang berakal dapat diluruskan dengan nasihat, sementara hewan hanya bisa dikendalikan dengan cambuk. Lawanlah lascar kesedihan dengan tameng kesabaran dan keyakinan; sesiapa yang melampaui jalan yang bersahaja, dia akan menjadi berlaku lalim. Bersahabatlah dengan orang-orang yang searah-sejalan. Sahabat sejati adalah yang selalu jujur saat berada di sampingnmya atau tidak disampingnya, sedangkan hawa nafsu itu membuat buta.
49. Seringkali orang yang jauh lebih akrab dari yang dekat, dan yang dekat lebih jauh dari yang jauh. Orang yang terasing adalah yang tidak punya sahabat dan sesiapa yang melanggar kebenaran akan sempit jalannya; sesiapa yang memaksimalkan kadar dirinya, dia akan kokoh. Ikatan paling kuat yang engkau harus mengikat dengannya adalah ikatan antara dirimu dengan Allah. Orang yang melihatmu sedang tenggelam tapi tidak mengulurkan tangannya maka dia adalah musuhmu. Kadang-kadang yang membuatmu putus asa itu mengandung karunia dan ketamakan itu mencel;akakan. Tidak setiap aib itu akan tersingkap dan tidak setiap kesempatan itu bisa dimanfaatkan. Boleh jadi yang melek salah melangkah dan yang buta mencapai tujuannya.
50.  Tahanlah keburukan dan kerusakan, karena engkau menguasa waktunya. Memutuskan hubungan dengan si jahil, sama dengan menyambungkan hubungan dengan kaum cendekia. Sesiapa yang merasa nyaman dengan zaman, dia akan dihianatinya, dan sesiapa yang melayani zaman, dia akan dihinanya. Tidak selalu yang melempar mengenai sasarannya. Jika sang sultan berubah (pikiran), zaman juga berubah. Carilah teman seperjalanan sebelum menempuh perjalanan dan temukanlah tetangga sebelum tinggal disebuah rumah. Jauhilah pembicaraan yang menggelikan sekalipun dengan menukil kata-kata orang lain.
51. Engkau tidak usah bermusyawarah dengan perempuan, karena pendapat mereka dapat mengaburkan, tekad mereka menjadi lemah.
Jagalah mata dari mereka dengan menabirkan hijab. Kehormatan dan keselamatan perempuan hanya dengan menjaga hijabnya. Perempuan yang berkeliaran dijalanan, sama dengan mengundang laki-laki yang tidak baik kedalam rumah pribadinya. Jika engkau bisa membuat perempuan tidak mengenal selain dirimu, lakukanlah. Namun juga jangan engkau bebani perempuan diluar kesanggupan mereka; lantaran perempuan itu wewangian dan bukan jagoan. Janganlah melampaui batas dalam memuliakan perempuan, dan janganlah engkau telantarkan mereka sehingga meminta-minta kepada yang lain. Janganlah terlalu pencemburu karena hal itu akan menyudutkan wanita yang salehah karena dituduh tidak baik.

52. Berikanlah tugas yang jelas kepada para pekerjamu yang akan engkau minta tanggung jawabnya. Itu lebih baik sehingga mereka tidak saling memikulkan tugas pada yang lain. Muliakan keluarga sekitarmu karena mereka adalah sayap yang dengannya engkau bisa terbang. Keluarga adalah sayap untuk terbang, tempat berlabuh dan tangan untuk meraih keberhasilan.
53. Aku titipkan agama dan duniamu kepada Allah dan aku memohon kebaikan bagi takdirmu didunia dan di akhirat kelak.
Wassalam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar