Kamis, 09 Mei 2013

Jangan Cemburu disalah tempat



Jangan Cemburu
Oleh: Ari Hayati Daud

Jangan cemburu terhadap keberuntungan dan kelebihan orang lain, karna, sebesar keberuntungannya sebesar itu pula tanggung jawabnya. Jangan cemburu pada orang lain, tapi teruslah saling mendukung satu sama lain. Kecemburuan itu hanya nafsu buruk, bukan nafsu yg dirahmatiNya, don’t forget kneeling down and ask Allah:  
Please send us the blessing passion.

Kita ketahui, manusia diciptakan untuk tujuan tertentu, manusia tidak dibiarkan begitu saja, ada yang mengawasi dan mencatat amal perbuatan yang pada akhirnya nanti akan dipertanggung jawabkan oleh manusia itu sendiri.
kita mengetahui, perbedaan yang ada, mencakup kelebihan serta kekurangan yang dimiliki bersama, telah diatur sedemikian rupa oleh pencipta manusia itu sendiri, untuk suatu tujuan tertentu—yang tentu saja: Hanya Allah yg Tau.
Terserahlah saat ini apa jenis keyakinanmu, berkeyakinan terhadap Trinitas atau pun Allah yang Esa. Terlepas dari itu semua, pada akhirnya kita akan mempertanggungjawabkan segala kelebihan itu kepada sang MAHA.
 Jadi, fokus kita yang sebenarnya bukan pada kecemburuan terhadap pribadi orang lain yang menawan dan menarik hati. Tapi kepada, seberapa besar diri ini bertanggung jawab terhadap amanah yang harus diemban ? Sudah benarkah kita berbuat? Atau kita hanya merusak tatanan yang ada ?
Begitulah … Watch yourself before you watch others.

Jika kita masih belum mampu untuk tidak terlalu perduli pada aktifitas orang lain, maka yang harus dipertanyakan adalah, apakah diri ini sudah mencintai yang dititipkan olehnya? Ataukah merasa tidak me nyukai apa yang telah diberi Allah? 

Sangat disayangkan jika mata ini hanya fokus pada hal-hal yang dimiliki oleh orang lain; kecantikan, kegantengan, harta, kecerdasan, ilmu, kepintaran, ilmu, pakaian yang indah, fasilitas dunia berupa apa saja; berikut hp keren, home theater,  mobil termewah, pakaian bermerk yang membuat penampilan lebih modis dan percaya diri semakin meningkat, kosmetik mahal, kesemuanya itu bukanlah hal yang pantas untuk dicemburui atau diinginkan. 

Memang benar, dengan adanya fasilitas dunia, kehidupan kita menjadi lebih mudah, saya bukan sedang memaksa dan mencuci otak untuk segera berpaling dari keduniaan. Hanya saja, sadarilah untuk sesaat, apakah kita sudah memiliki keinginan itu secara berlebihan atau menggunakannya sebatas kebutuhan saja, sbg alat menuju akhirat? Demi mendapatkan kehidupan akhirat, menggunakan anugrah yg diberikan Allah kepada kita dijalanNya. 

Apakah kita memaksakan diri untuk memiliki yang ingin dimiliki atau hanya terlalu berpasrah sedangkan hati sangat menginginkan dalam diam? Atau berusaha meraihnya dengan niat memperbaiki kehidupan dunia yang lebih baik guna menggapai dan memperbaiki kehidupan akhirat yang lebih baik? 

Tak mudah bagi kita untuk menyelami diri sendiri, maka apakah pantas jika disibukkan dengan urusan orang lain? Jika kita bisa berbuat baik maka berbuatlah jangan diungkit lagi. Jika suatu ketika merasa lelah maka berceritalah, bertukar perasaan dan fikiran, tentu saja dengan niat berusaha, bukan berniat menceritakan aib orang lain. 

Sungguh, apapun yang kita lakukan, baik yang sudah dilakukan ataupun belum, Allah telah lebih dulu Mengetahuinya. Apapun yang terdetik dihati kita, apakah itu sudah terdetik ataupun belum, Allah sudah Mengetahuinya.
Periksalah diri sebelum memeriksa orang lain. Dan jangan pernah mencabik cabik hati orang lain jika tak ingin hati mu dicabik, jangan pernah merusak ketenangan orang lain jika tak ingin ketenangan mu dicabik. Jangan bertindak merugikan diri sendiri. Berkatalah yang benar, berkatalah yang bijak, berfikirlah sebelum bertindak atau kesengsaraan akan segera mendatangi kehidupanmu. 

Jangan pernah menyalahkan takdir, karna itu bagian dari rukun iman. Periksalah kadar keimanan dan keislamanmu sebelum banyak bertanya sebelum banyak bertindak, jangan merasa orang lain selalu salah dan diri sendiri tak pernah salah. Jangan merasa diri sendiri selalu dipersalahkan, selalu dikucilkan sementara kita yang mengucilkan diri sendiri dengan sikap dan tindakan yang tidak sepantasnya dilakukan sebagai orang ‘dewasa’ sebagai manusia ‘beriman’ sebagai hamba Nya. 

Berfikirlah dengan jernih, bertindaklah dengan tepat.
Berwawasan yang luas, jangan hanya beraksi dengan keberanian sebesar bumi, karna semua hanya pinjaman karna semua hanya pinjaman. Bersadarlah, bersadarlah…

Jangan Khawatir
Saya minta maaf, jika segala tindakan saya membuat banyak pihak merasa khawatir karna tidak mengetahui apa hal yang sedang terjadi. Tapi tentu saja saya hanya melakukan hal terbaik sebatas yang saya mampu, tanpa memotong hak saya untuk beristirahat, tanpa memotong hal saya sebagai manusia biasa.

Tapi kali ini melalui tulisan ini saya hanya ingin menyampaikan, baik secara implicit ataupun eksplisit, bahwa, kurangilah perasaan khawatir itu. Karna rasa khawatir yang berlebihan adalah efek dari rendahnya tingkat keimanan dan ketaqwaan, tentu saja tulisan ini saya khususkan kepada saudara seiman dan seaqidah dimana saja berada.
Disini, telah saya ketahui, baik secara langsung, terang terangan atau tersembunyi. Baik melalui apa saja, sekedar sinyal ataupun secara langsung saya ketahui, Wanita pada umumnya adalah lemah. Sekuat apapun daya berfikir yang dimiliki, sekuat apapun tampilan yang dimiliki, namun tetap saja kita ini manusia lemah dengan tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab itu ada di mendidik anak anak selain mendidik diri sendiri tentunya, menjaga harta suami, menjaga harga diri, …. Etc

Maka, saudaraku, sahabatku, kakak ku, yang kuhormati, yang kusayangi, kucintai, kupedulikan, sadarilah bahwa kata kata memiliki kekuatan terdahsyat. Dan pilihlah kata kata yang terbaik untuk didengarkan. Kata kata terbaik itu ada di Alquran, bukan di lawan jenis, bukan dari hal hal lain. Kata kata itu ada di hadist, bukan di rayuan lelaki. Kata kata itu ada di hati, bukan dilogika yang sering mematikan ibadah terbaikmu. Kata kata itu harus diawasi sebagaimana dirimu mengawasi orang yang kamu cintai. Perhatikan lah dengan lebih teliti, dengan hati nurani, apakah diri sedang memberi cinta  sesuai porsi? Sesuai dosis? Seperti yang dibutuhkan oleh pasanganmu? Belum tentu sungguh belum tentu, hanya Allah yang Maha Mengetahui, porsi seperti apa yang dibutuhkan oleh pasangan kita, karna Allah yang menCIPTA, dan bukan kita. 

Apakah cinta dan perhatian yang kita berikan sudah persis seperti yang dibutuhkan mereka atau hanya merusak eksistensi diri mereka? Atau hanya merusak kepribadian ibadah mereka yang sesungguhnya? Tangguhkanlah rasa cinta mu yang semu, rasa cinta yang tak berlandaskan keikhlasan.

Lantas seorang teman pernah bertanya: 

KEIKHLASAN SEPERTI APA YANG DIHARAPKAN DARI MANUSIA?

Pertanyaan yang masuk diakal kita, sebagai manusia berakal.
Saya tak sedang berharap keikhlasan seorang manusia karna iman manusia selalu naik dan turun, tapi yang wajar jika sedikit berharap dan berdoa, sebagaimana doa yang diajarkan Nabi kita Muhammad Saw, adalah cinta yang berlandaskan karna Allah. Setidaknya berusaha, bukan berharap sepenuhnya. Setidaknya berdoa untuk yg terbaik, karna Allah pengabul segala.
Allahumma inni asaluka min kulli khoir
Wa ‘audzubika min kulli syarrin
Wa astaghfiruKa min kulli dzanbin.
Meminta segala takdir yg terbaik dari Nya
Dan meminta perlindungan dari segala takdir buruk yg telah ditetapkan Nya yg telah tertulis di lauhul mahfuz
Meminta ampun dari segala dosa yg telah diperbuat dan yg mungkin akan diperbuat di hari depan.
Teguhkanlah kami dijalanMu ya Allah.
Amin ya rabbal’alamin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar