Rabu, 08 Mei 2013

P u z z l e (Novel gak selesai)



Puzzle …
“Hidup itu seperti puzzle, teruslah memberi apa yg ada ditangan,
agar kita bisa  saling melengkapi dan menyelesaikan tugas di dunia ini dengan cepat,menuju dunia baru yang lebih baik lagi, akhirat.”
- Salwa

1#  Berawal dari Doa

Pagi ini, seperti biasa, aku bangun dari tidurku yang kadang nyenyak kadang terhentak. Kupandangi dinding kamar kecilku, berwarna putih dan kuning lembut. Terdapat beberapa tempelan foto fotoku di sudut kiri dekat jendela. Kupandangi foto foto itu dari tepi tempat tidurku- kasur springbed tanpa kaki untuk menopangnya. Alami, sederhana. Foto foto itu bermacam, ada fotoku bersama keluarga, sahabat, teman teman ku yg sudah menikah, juga beberapa foto pohon pohon tanpa daun, semuanya adalah karyaku.

Kuambil air putih dari sisi tempat tidur, meminumnya-berusaha menghabiskannya perlahan lahan, lalu meletakkannya kembali sambil menghela nafas. “Mahasuci Allah yang telah menghidupkanku kembali setelah mati” kulantunkan doa sehabis tidur,”  dalam hati.
Badanku masih belum bergerak dari sisi tempat tidur, dalam posisi duduk. Diam dan berfikir apa yang harus kulakukan hari ini. Lalu, kuambil kertas-tepatnya:buku diary berwarna oranye dan mulai menulis.

“Ya Allah jadikanlah dalam hatiku cahaya,
pada pendengaranku cahaya,
pada penglihatanku cahaya,
dari kananku cahaya,
dari kiriku cahaya,
dari belakangku cahaya,
dari mukaku cahaya,
dari atasku cahaya,
dari bawahku cahaya,
dari urat syarafku cahaya,
pada darahku cahaya,
pada dagingku cahaya,
pada rambutku cahaya,
pada lidahku cahaya,
pada kakiku cahaya,
pada tanganku cahaya,
dan semoga Engkau jadikan cahaya itu pada semua pandangan dan fikiranku,
dengan Rahmat-Mu Ya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.”

Ya Allah, jadikan hari ini hari yg bercahaya, penuh inspirasi. Doaku, dalam hati.
Kututup buku oranye dan kuletakkan bersama pena oranye nya diatas meja, lalu bergegas mandi.

“Hmmmm..” aroma sabun lavender ini selalu membuatku merasa lebih baik. Kupakai body lotion dengan aroma kesukaanku, strawberry. Berkaca, mematut matut diri dengan baju ‘tomboy’ ku.. Jaket kaos bertopi abu-abu, lalu pergi keluar dari kamar kost kecil ini setelah mengambil permen karet ‘xylitol’ kesukaanku…

“Jo, lagi dimana?” ketikku dilayar hp, lalu kupencet tombol ‘send’.
Tak lama kemudian, sms masuk. “ditaman, kenapa?”

Aku tersenyum. Lega. Beruntung aku selalu benar menebak anak ini ada dimana. Dan memang aku sedang ingin bersamanya, mengobrol sebentar untuk membuka hari ini. Hari tenang bagiku. Karna segala persiapan tugas akhir telah kuselesaikan.

“Gw kesana” ketikku lagi. ‘send’
“ok” jawabnya, cepat.

Tak perlu lama untuk ketaman, karna taman ini dekat dengan kost anku.
“hap, sampe deh..” sapaku, sembari melempar senyum kearahnya yg duduk disampingku.
“eh, lo wa, ngagetin aja.”
Aku diam, tak berkomentar.
Sekitar 3 menit kami diam, tak berbicara satu sama lain. Ini hal yg sangat sering kami lakukan. Menikmati ketenangan ditengah hiruk pikuknya Jakarta.

“Dari mana lo?” kostan?” tanyanya mencoba memecah sunyi.
“yoi, lo dari jam berapa ditaman? Gmn kabar lo, ok ga?” timpalku.

“wa, lo harusnya buka stasiun radio dongeng.”  Komentarnya tiba tiba tanpa menjawab pertanyaanku.
 haha.. ternyata ada yg lebih konyol dariku.

Fokus anak ini seringkali pada hal hal besar dan lemah pada hal hal kecil. Hari-harinya selalu penuh dengan achievement dan goal yang ingin dan akan dituju, aktif. Berbeda  denganku, lebih sering menikmati keadaan yang ada disekitar saja, menyukai hal hal kecil dan tentunya, aku termasuk manusia yang terlalu pasif. 

“Ga mungkin Jo, gw ga terlalu suka kerja dibidang radio, nilai kuliah ‘Produksi radio’ gw selalu kacau.” Jawabku jujur.
“Nah, justru itu, lo buktiin bahwa nilai kuliah rendah ga selalu bisa dijadiin patokan, tolak ukur kesuksesan dan kemampuan seseorang.” Timpalnya, bijak.
Aku menggaruk garuk kepalaku yang tidak gatal, sambil meringis kearahnya.
Iya, mungkin gak sekarang deh ya. Jawabku, malas berdebat.

“weiitzz.. ada yang baru nih gw liat” timpalku, berusaha mengganti topik pembicaraan, mataku  menelusuri potongan rambut baru teman lamaku ini. Teman lama dari semester satu sampai saat ini, tingkat akhir. Meskipun jo sendiri, tertinggal di semester 4 karna sempat cuti kuliah.

Tertangkap olehku muka malunya, sekilas. Tapi, bukan jo namanya jika tak mampu ngeles.
“Hahahaha nyindir lo, yah ginilah, gaya gembel.” Jawabnya lagi.
“Loh, kok gembel?” protesku sambil senyum.
“iya dong, beda banget sama lo yang rapi, harum. Gw selalu dekil, dengan jeans sobek sobek gw” “Itu kan maksud lo? “ menjawab pertanyaan gw dengan pertanyaan lagi, minta penegasan mungkin.
“Lah, itu rambut gaya mowhak gitu, biasanya kan lo cepak doang, biasa gak pake gel gel an.”
“wih beda deh pokoknya, fresssh temen gw” jawab gw lagi, tak peduli muka jo udah nyengir nyengir ga jelas.
“justru itu wa,… gw butuh lo nih sebenernya dalam hal ini”
“loh, kenapa?” jawabku, kaget.
“Gw sempet ngerasa kehilangan diri gw yang dulu”
“Nah lo, wajar aja kali jo, setiap orang pasti akan berubah, jangan karna gw komentar lo langsung malu gitu dong.”
“yeee, ngapain gw malu sama lo, ga pake banget. Hahahaha” jawabnya asal.
“nah gitu dong, itu baru jo namanya” timpal gw.
“HA-HA-HA-HA-HA” kami ketawa, berbarengan.

Lalu Jo menghisap rokoknya dalam sekali hisapan yang dalam, dan menghembuskannya panjang.

“Gini wa, serius, gw sempat ngerasa kehilangan lo, gw kira lo udah hilang dari hidup gw.”

Dramatis juga bahasa temenku yang satu ini, ga nyangka. 

“gw punya kelemahan wa…
yang ga gw sangka gw benar benar lemah dalam hal satu ini ternyata…”

Dibiarkannnya kalimatnya menggantung, dan kembali menghisap rokoknya. Aku tetap mendengarkan.

“…yaitu cinta.
gw sempat ada masalah dalam percintaan. Dan itu ber efek luar biasa ke diri gw
dan selanjutnya kehidupan gw berubah drastis,…”

Ada nada luka yang cukup dalam kutangkap dari suaranya..
sekilas, dan ia mencoba bersabar dan menutupinya J mungkin agar tidak terlalu pecah dikeramaian tangis dari dalam hati itu. Batinku, meraba perasaan yg dirasakannya.

“Gw beda sama lo, wa. Kalo lo, gw yakin, sanggup bersikap stabil dalam keadaan apapun.”

“Ah, gak juga.” Batinku.

“Sedangkan gw, gw ga bisa wa, gw kacau, gw kehilangan diri gw setelah kejadian itu.” curhatnya lagi.

Aku masih diam, menunggu kata kata yang akan dikeluarkannya untuk memuntahkan segala perasaan yang ada di hati dan fikirannya.” Its about lost, ya kan jo?” tanyaku padanya, dalam hati.

“Gw juga ga tau awal perasaan gw ke dia darimana” sahut jo lagi, mengecutkan lamunanku.
“Namanya?” tanyaku.
“ehm-uhm..ehm.. lo ga usah tau deh, ga bakal kenal juga kok!” jawabnya, menahan malu.
“alaah hari gini masih malu malu aja sama gw” jawab ku, sambil menahan rasa cemburu.

Dia tersenyum, lalu berkata “Udahlah wa, masa lalu kok, cewek itu udah nolak gw, Cuma gw nya aja masih ga tau diri. Ga tau deh kenapa, seperti ada tarikan kuat buat tetep tau tentang tu cewek” sambil nyengir dia menjawab.

“Dia nolak lo? Yakin?” Tanya gw, memastikan.
“Ehm… sebenernya bukan nolak sih, tapi gw udah ngerasa ditolak aja wa.” Cetusnya, sambil nyengir kacau.

Tuh kan, mana ada cewek yang sanggup nolak cowok nyentrik-kadang normal-kadang wow kayak lo.

“Eh, jo! Gw nyari sarapan dulu ya. Laperrrr, lo ikut apa disini aja nih?” sahutku.
“gw ikut!” jawab jo, sambil berdiri mengikutiku.

“Buburnya dua bu, yang satu setengah aja ya bu.” Pesan gw ke tukang bubur gerobak.
“Pedes” tambah jo.

Lalu kami mengambil posisi duduk yang nyaman.

“gimana kabar kuliah lo wa? Senengnya udah siding, tinggal wisuda” celoteh jo.
“masih ada revisi” jawabku.
“halah, gampanglah revisi doang mah” timal jo, tetap ga mau kalah.
“sabar jo, lo juga bakal lulus kok, Cuma masalah waktu aja”
“sama aja kali neng, justru waktu itu berharga sekali”
“hehehe, iya, maksud gw, nikmatin aja takdir lo ini”
“hahha sial ni anak!” lempar jo, dengan senyum kecutnya.

Kutepuk punggung jo, sambil berkata “semangaaaaaaaaat!”
“semangaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat grak!” jawab jo sambil berdiri, memberi hormat kearah tukang bubur.
“wah pagi pagi udah pada semangat aja nih mas, hehehee” komentar tukang bubur sambil tersenyum.
Kami pun tertawa.

Selesai makan bubur, alarm hp ku berbunyi, pertanda 1 jam lagi harus segera kekampus untuk bertemu dosen pembimbingku. Katanya sih bakal ngebicarain pekerjaan yang cocok buatku.

“Jo, gw ada janji nih ama dosen, pamit ya!” teriakku sambil berlari meninggalkan jo yang masih menghabiskan buburnya.
“eh, lo bayarin gw dooong” sahutnya
“oke, besok gw traktir, sekarang bayarin dulu, daaaqhhh” dan aku memasuki gang kostan ku untuk mengganti baju yang lebih rapi.



“Salwa, kamu bisa nulis kan?” Tanya dosenku begitu kami ketemu di ruangannya.
“Ga terlalu sih bu, biasa aja tulisan saya. Tapi bisa, hehehe” jawabku nyengir ga jelas.
“kalo mau, kamu bisa jadi reporter atau wartawan nih, asal bisa nulis. Ah, masa sutradara ga bisa nulis.” Jawab si dosen lagi.
“Bisa kok bu, Cuma ga sebagus tulisannya salam aristo dan ahmad fuadi atau buya hamka.”
“yah, itu kan berproses, asal kamu mau mulai dari bawah, pasti bisa” jawab bu atina.
“emangnya reporter di stasiun media mana bu?”
“Kampus tv kita lagi ngebutuhin reporter baru, gajinya lumayan.”
“mau banget sih bu, tapi sayang banget saya harus balik ke kota saya bu”
“loh, ga tinggal dijakarta lagi?”
“enggak bu..”
“oh, yaudah kalo gitu”
“maaf ya bu”
“ya gak pa-pa, Cuma ibu fikir kan ini kesempatan bagus buat kamu, ibu liat kamu bagus di ngebuat tim kamu kompak, pastinya kamu bisa ditingkat yang lebih baik dari ini.”
“Wah, makasih banget bu atas kepercayaannya, jadi malu, hehehe”
“Ah, kamu ini, yaudah mana tugas revisinya”
“Ini bu, silakan”

Udah 3 jam aku diruangan dosen. Sibuk membantu dosenku menyelesaikan beberapa pekerjaannya.

“wah, udah jam 3 sore, kamu udah selesai wa?”
“udah bu, ini lagi matiin computer.” Sahutku sambil bangkit dari tempat duduk setelah meng klik ‘turn of ‘
“makasih banyak ya wa” jawab bu anita.
“iya bu, sama sama. Saya pamit dulu ya bu, assalamualaikum” pamitku sambil membuka pintu ruangan.
“Waalaikumsalam warahmatullah”

“klek” kubuka pintu kosanku yang berwarna coklat.

Lega sekali rasanya kembali ke kamar kecil ini, nyaman. Kuputuskan untuk mandi agar lebih segar. Begitu kupegang pintu kamar mandi, terdengar lagu Ashley tisdale dari hpku.

“How do you love someone, without crawling in the dark… “
Kulihat layar hp, ada nama “joe”

“Halo jo, ada apa?”
“gak, gimana udah ketemu dosen lo?”
“udah, ni mau mandi”
“oh udah nyampe kosan ya”
“Ho-oh”
“ntar malem mau kemana lo wa?” tanyanya lagi.
“gak ada sih, free”
“ngbrol yuk”
“dimana?” Tanya gw.
“terserah sih, kalo pengen jalan kita jalan”
“lagi gak pengen sih, ketemu di taman aja deh ya”
“yaudah terserah lo aja, gw tunggu jam 8 ya, jam 7 gw masih ada acara di tebet”
“beres”
“klik” telpon diputus.

Kuletakkan hp diatas tempat tidurku yang bermotif kotak kotak berwarna Benetton.
Lalu, bergegas mandi. Geraaaaaah..

Selesai mandi, kuambil diary oranye ku lengkap dengan pena oranye nya yang menempel didalamnya. Lalu mulai menulis dilembaran kosong berikutnya..

Wah, hari ini berlalu dengan lancar.
Ga ada kesedihan, ga ada kemarahan. Gak ada macet, ga ada hal hal yang gak menyenangkan. Seharusnya gw terima sih tawaran jadi reporter, buat nambah portfolio gw nantinya, tapi, biarlah, mungkin emang lebih baik menuruti apa kata orang tua dan kembali ke kampung halaman ku yang sudah semakin asing bagiku itu..

Oia, tadi aku ketemu sama jo.
Ngobrol singkat tentang patah hati. Jo patah hati lagi!
Dalam satu tahun Jo pasti patah hati.
Tapi herannya, gw selalu jadi orang yang tetap bisa ngedengerin curhatannya yang terpatah patah itu.
Tapi kali ini gw rasa, dia bener bener patah hati.
Terlihat dari perbedaan diraut muka jo.
Juga karna, ah entahlah.. lets talk another case.

Ga kusangka aku mampu membuat keputusan keputusan besar dlm hidupku & berhasil konsisten utk mengerjakannya.
Meskipun byk orang yg merasa aku mampu lebih dari itu,
aku jarang sekali merasa percaya pada diri sendiri sepenuhnya tanpa adanya dorongan dari orang orang yang mencintaiku.
Sekali lagi, aku senang sekali mampu bangkit disaat saat tersulitku,
 meskipun seorang diri.
Aku tak pernah menyangka bahwa aku mampu untuk bangun kembali,
dan kuyakini bahwa dibalik kesuksesan seseorang pasti ada pihak lain yang membantunya meski tanpa disengaja atau disengaja.
yah.. minimal tapi tak minimal hasilnya adalah karna kita selalu dibantu olehNya.
La haula wa laa quwwata illa billah.

Kemudian kuletakkan pena dan bergegas mandi, tak kulihat lagi jam berapa saat ini, tak kuingat pula janjiku dengan jo..  yang ada diotakku hanya mandi shalat makan dan tidur.  



“Will never bring me down

Don't tell me who I should be
And don't try to tell me what's right for me
Don't tell me what I should do
I don't wanna waste my time
I'll watch you fade away

So shut up, shut up, shut up”

Nyanyian lagu simple plan terdengar dari hp ku pagi ini, dalam keadaan mata setengah tertutup setengah terbuka kuraih hp setelah meraba raba samping tempat tidurku. “Hap” dapat… “halo?” “wa, lo udah bangun blom?” suara sipenelpon bertanya.

Aneh sekali, pastilah aku masih tidur, suaraku juga serak serak terputus gini. Ni orang nyebelin banget..

“Blom” jawabku sekilas, hampir tak jelas karna masih mengantuk.
“bangun woyyyy.. ada acara ga pagi ini?”
“acarah yah.. uhmmmm” jawabku, masih mengantuk dan menutup mata kembali, tanpa memikirkan sipenelpon dari siapa dan untuk tujuan apa.

zzzzzzzZZZzzzz.. akupun tertidur tanpa mematikan hp dan tanpa bersuara tanpa meminta maaf kepada sipenelpon yg entah siapa. Tidur pulas sampai siang.

***
“bip” suara sms dari hp ku.
Dengan mata setengah terbuka, setengah tertutup kusentuh layer hp Samsung ku, hmm ada satu pesan dari nomor tak dikenal.
‘klik’ kubuka dan terdapat kalimat panjang disitu.
”Bumi Allah luas jgn persempit dgn kelemahanmu,
Makhluk Allah byk, jangan kau lupakan krn ketakutanmu,
Takut dan serahkan jiwa, hanya kpd Allah.”

“hah? Sms terror apa ini?” seperti meneror tapi sejenak meringankan hatiku. Ada rasa heran menyelinap dihatiku.

Lalu aku teringat akan catatanku dibulan lalu, kata kata ini seakan memberiku jawaban. Aku bangkit dari tempat tidur dan terburu buru membuka laci meja belajarku, mencari buku hitam itu.

Jumat, 4 october 2008
“ Keikhlasan adlh hidup tanpa beban. Tanpa beban berarti berada pada titik nol.
Nol merupakan esensi dari keseimbangan. Mencapai keseimbangan memerlukan sikap yg adil. Realisasi keadilan adalah menempatkan segala sesuatu pada tempat dan porsinya.
Dapatkah kita bijak utk menempatkan keadilan itu untuk diri dan alam ini dan orang lain?“


Tidak ada komentar:

Posting Komentar