Rabu, 15 Mei 2013

Nilai Perjuangan


Nilai Perjuangan…
By Ari Hayati Daud

Seorang ibu, memilki nilai perjuangan yang berbeda dengan tokoh masyarakat, ayah dan bahkan gembel sekalipun. Disini bukan bermaksud meninggikan perjuangan satu pihak semata lalu merendahkan yg lainnya tapi hanya ingin menjabarkan betapa nilai perjuangan yang dimiliki dan harus dilakoni tiap orang itu berbeda beda. 

Ada yang harus berjuang untuk selalu sabar dan tabah dalam menjalani masa sakit nya dirumah sakit, berbulan bulan menghadapi kemoterapi, bahkan dapat mengambil byk hikmah dari rasa sakitnya itu atau ada yang harus bersabar mengurus orang orang sakit dirumah sakit, sampai tidak ada waktu untuk mengurus diri; berkorban. Dimana-mana ada perjuangan.   

Ada seorang ibu yang berjuang untuk anak anaknya, mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, mendidik, mengasuh; sehingga tidak ada waktu untuk merawat dirinya sendiri atau sekedar mencari hiburan yang biasanya dilakukan. Ada yang berjuang dikantor, untuk kepentingan Negara, atau bahkan beberapa golongan kecil. Ada yang berjuang disawah, menanam padi, mengumpulkan peluh dijidat tanpa sempat membersihkannya untuk mendapatkan biaya hidup sehari hari atau lebih dari itu. 

Ada yang berjuang untuk memahami orang orang yang dicintainya yang kini telah berubah. Ada yang berjuang untuk menciptakan suatu sejarah ada yang berjuang untuk menjalani sejarah yang telah diciptakan. Apa saja, untuk siapa saja dengan alat apa saja, perjuangan tetaplah dinamakan berjuang. S u r v i v e . . . 

Look into your hand
Terlepas dari perjuangan banyak orang, kita juga tentunya memiliki nilai juang yang harus diupayakan dari bangun tidur sampai tidur kembali. Atau mungkin seumur hidup. Akan seperti itu. Memperjuangkan kehidupan agar layak dihidupi, ditinggali. 

Tapi coba merenung sebentar, dan melihat ke telapak tangan kita. Look into your hand. Pasti ada syaraf syaraf yang diciptakan Allah disitu. Sudahkah kita bersyukur hari ini atas susunan syaraf yang sempurna dari Nya dan atas keindahan postur tubuh ini? 

Dan sebenarnya, bukan hanya kesitu arah pandangan ini seharusnya kita tujukan, tapi, lebih ke ask our heart, apa yang sudah kita miliki dan mampu kita jaga? Atau kita hanya pandai mendapatkan tanpa pernah mampu menjaga? Menjaga yg telah dititipkan Allah kepada kita juga merupakan salah satu nilai perjuangan.

Amati, pegang dan jagalah yang kita miliki. Ini pesan sesungguhnya yang ingin penulis sampaikan. Karna, jangan sampai karna kesibukan kita diluar, membuat kita terlupa pada hal hal yang sudah kita miliki-dititipkan Allah kepada kita dan seharusnya lebih kita syukuri dan jaga daripada mencari hal hal yang belum kita miliki diluar sana. 

Karna, hal hal yang kita cari, kita kejar,  belum tentu dapat membahagiakan kita. Ah, yang bener? Iya, coba fikir sendiri… apa kah jika semua target yang telah kita tetapkan mampu membuat kita bernafas lega? Berbahagia? Tak merasa pusing? Merasa puas dan tak merasa lelah? Jika benar, apa yang kita kejar mampu membuat kita merasa lebih sehat, bahagia dan nyaman, maka itulah keinginan yang sebenarnya. 

Namun, bagaimana jika kita menjadi bertambah tambah lelah dengan memilikinya? Cobalah difikir lagi….. all the best things in life they are free. Jangan sampai, ktia sibuk memperjuangkan untuk mendapatkan hal hal yang tidak terlalu membahagiakan. Alias, sampah.

Ya, sampah kehidupan semu. Naudzubillah.
Hal ini bisa terjadi karna adanya sifat kurang memperhatikan, atau ceroboh. Inattentive. Karna kecerobohan, sebuah kapal bisa tenggelam. Karna kecerobohan, satu kampung bisa ditimpa musibah. Karna kelengahan diri, sebuah Negara bisa hancur terjajah, tercolong. Karna kecerobohan, segala yang besar dapat terjadi. Lantas, apakah kita mau ikut andil didalamnya? Menjadi pengukir sejarah pada awal sebab sebuah kehancuran? Saya rasa tidak akan ada yang mau. 

Namun, kenyataannya adalah hampir semua orang ikut andil didalam proyek kehancuran ini. Karna apa? karna tidak adanya ketelitian. Tidak teliti pada diri sendiri, dan focus dengan apa yang ada diluar diri.

Sampai disini, im trying to understand. Ya, saya benar benar mencoba untuk mengerti duduk persoalan orang banyak. Bukan karna saya berhati malaikat, Saya melakukan ini karna ada banyak orang yang menjadi korban kecerobohan satu pemimpin besar. Pemimpin apa saja. Keluarga, kampung, kota, masyarakat, Negara, atau dunia. Pemimpin jenis apa saja. Karna kita semua adalah pemimpin dan akan ditanyai tentang kepemimpinan kita itu diakhirat nanti. 

Perempuan dalam menangani kasus kasus kecil dan besar. Anak anak yang sering ditinggal orangtua bekerja, Suami dalam menangani perasaan istrinya, Istri dalam memahami suaminya, kasus pekerja kantoran dalam memhami partnernya, kasus big boss yang tidak mudah ber empati atau malah memanfaatkan kecerdasan emosional yang dimilikinya utnuk memperalat orang orang lemah. Apa saja, apa saja bisa terjadi disini. Jika kita, tidak memliki perisai yang cukup tajam, maka, merugilah.
Dan apakah perisai itu? Yaitu ilmu, amalan dan doa.

Im trying to understand. Kenapa selalu banyak perpecahan disana sini. Perbedaan yang tidak disyukuri. Lalu bertanya lagi kenapa selalu banyak peperangan disana sini, karna tidak adanya kemampuan untuk menahan diri, mengontrol diri. Dan bertanya lagi kenapa selalu tidak mampu untuk memahami orang lain, yang akan selalu berbeda dengan diri sendiri? Itu karna ketidak pahaman terhadap diri sendiri, konon lagi jika harus memahami orang lain atau bahkan harus berempati dan mengontrol emosi orang lain. Tidak mungkin sungguh sangat mustahil, kecuali keajaiban terjadi atas izin sang pencipta perbedaan untuk memahami sejauh mana usaha kita berbuat kebaikan dengan tetap terus bersabar sabar dan sabar. 

Perbedaan diciptakan untuk menilai, sejauh apa penghambaan dan ketaatan kita kepadaNya. Sejauh apa ketenangan itu kita perjuangkan. Karna, hanya dengan ketenangan diri lah kita mampu melihat dan mendengar segala sesuatu dengan lebih jelas dan tajam. 

Bagaimana cara mendapatkan ketenangan diri ditengah carut marutnya kehidupan? Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang.
PerbedaanàpemahamanàilmuàPenyesuaianàprioritasàbersyukuràtindakanàacceptableàconformàtolerance.
Conform is menyesuaikan diri, mencocokkan diri. Tolerance is toleransi. Atau dalam istilah ppkn itu berarti saling bertenggang rasa. Ini yang kurang. Ya, ini yang kurang dalam masyarakat kita saat ini. 

Terlalu mengedepankan ego? Atau ketidakmampuan untuk menahan diri? Memahami emosi diri? Kecerdasan emosional yang rendah? Atau kurang mampu bersedekah? Kekurangan ilmu? Tidak menyadari nilai nilai agama adalah panutan untuk mendapatkan menciptakan kehidupan yang lebih baik? Tidak pernah berfikir dan bertadabbur? Apakah sudah mati rasa sehingga tidak menyadari kebaikan dalam berkata kata baik? Atau memang lebih suka keadaan yang panas dan dramatis dari pada aman tentram damai dan bersatu? Sebagaimana bahasa kita terkenal dengan cirri nya yaitu, bahasa persatuan. Bukan bahasa ilmiah seperti English. 

When im hungry again I check watch but its only says 09:47
Waktu  berjalan sangat lambat ketika ktia tidak tau harus melakukan apa. aktifitas mati maka nafas pun seakan ikut mati. Tapi, jangan sampai salah memilih aktifitas. Rutinitas. Prioritas.
Segalanya akan menentukan akan jadi apa diri kita dimasa 10 tahun kedepan.
I think he’s doing sarcasm. When he says the really opposite with a voice that’s all twisty. Ini hampir sama dengan nge judge and nge blame orang lain.
Bagaimana kamu tau hal hal seperti itu ?
Berfikir. Lets rethink for a while. J

Jangan salah memperjuangkan hal-hal yang harus diperjuangkan dan yang tidak seharusnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar