Jumat, 10 Mei 2013

Kepekatan

KepekatanBy Ari Hayati Daud

Kepekatan setiap manusia itu berbeda-beda.
Ada yang hanya 10% dan ada yang 99%. Maha Suci Allah dengan segala penciptaan-Nya. Hal ini tidak ada hubungannya dengan fisik seseorang, ini lebih kepada kedalaman jiwa seseorang.
Dan sungguh, Allah sangat Mengetahui apa apa yang berada dalam hati kita, bahkan sebelum terdetik dihatipun, Allah telah lebih dulu Mengetahui.

Berdasarkan hal diatas, kita diharapkan untuk menjadi umat Nabi Muhammad SAW yang teliti. Karena, kedisiplinan tanpa adanya ketelitian hasilnya akan kacau balau.

Yang perlu kita ketahui lagi adalah, pikiran kehendak dan perbuatan manusia kadang atau seringkali tak dapat dipastikan.
Bisa tak terduga jauh melebihi harapan atau sangat mengecewakan dan akhirnya menyadarkannya akan kekuatan di luar diri.

Kenapa bisa begitu ?
Sebenarnya saya malas sekali menulis dan menjelaskan tentang pertanyaan yang berasal dari logika, karna seringkali logika kita gunakan untuk mematikan ibadah kita kepadaNya.
Bukannya bersujud tunduk patuh dalam meninggikan kalimat-Nya. Tapi, karna saya menyakini bahwa perbedaan adalah Rahmat dari-Nya, maka akan saya coba uraikan dengan sederhana.

Manusia adalah makhluk sosial. Dari kecil kita sudah tau hal ini dan menjalaninya secara alami. Bermain adalah salah satu kebutuhan kita. Tujuan Allah mengizinkan kita memiliki kebutuhan bermain adalah agar kita dapat bertumbuh dan berkembang dengan sempurna sebagai hambaNya yang memiliki banyak kelebihan dibanding hamba hambaNya yang lain.
(Baca: Tentu saja hal ini berlaku bagi siapa saja, termasuk bagi yang belum menyadari bahwa rumahnya yang sebenarnya adalah: Akhirat)

Terlepas dari kebutuhan untuk bermain, maka efek dari penciptaan Allah kepada Nafsu salah satunya adalah Emosi. Disinilah tema pembicaraan kita tentang kepekatan akan dimulai. Kepekatan dan kedalaman jiwa adalah sahabat karib yang sering bertukar cerita di waktu senggang mereka.

Emosi adalah salah satu dari banyaknya wujud energi. Energi tidak akan menghilang begitu saja karna ia ADA, sesuai ketentuan dari Allah bahwa ia hadir untuk kita, manusia sempurna yang sering sempurna untuk lupa menghamba kepada-Nya.

Sebut saja emosi energi, mereka diciptakan untuk kita. Alhamdulillah, dengan keberadaan mereka hidup kita menjadi tak terlalu membosankan dibumi ini, alias berwarna, bervariasi, bermacam macam cara untuk dikecam. Ah masa iya penciptaan Allah yang satu ini harus kita kecam? tentu sombong sekali jika hal ini kita lakukan. Yang perlu kita lakukan adalah, berhenti bersikap gila, bersikap sok normal, bersikap tidak wajar, bersikap kacau, seperti saya yang berusaha berhenti menulis kata kata dengan gaya prosa agar bisa lebih dipahami oleh banyak orang.

Jadi, yang perlu kita lakukan adalah: Berusaha.
Mengenal diri sendiri, lingkungan, orangtua, dan yang tak kalah penting namun teramat penting adalah berusaha mengenal Allah.

Langkah selanjutnya yang perlu kita lakukan adalah: Menerima.
Menerima kado cinta dari Allah dalam paket emosi. Caranya? kapan dikasihnya?

Jangan bodoh! saya tidak ingin bertele-tele dalam hal ini,
maka, yang perlu kita lakukan adalah menerima emosi tersebut dan menyadarinya dengan kesadaran yag dilatih latih sedemikian rupa, atau bisa juga dengan meminta kemampuan menyadari kepada Allah, dalam wujud doa dan bisikan hati:
Emosi apa yang sedang saya rasakan saat ini ya Allah?

Karna emosi adalah refleksi dari energi kita maka seharusnya kita sering sering berdialoq dengan diri sendiri, hal ini saya anjurkan bukan untuk menyuruh memberbanyak pasien rumah sakit jiwa, namun agar kita dapat secepatnya menyadari emosi apa yang sedang kita rasakan diwaktu kapanpun juga, yang pada akhirnya mengurangi tingkat terkecohnya diri pada ego dan emosi.
Maka sering seringlah bertukar cerita dari hati ke hati dengan diri kita; ketika diri sudah terlatih memahami dan melakukan hal ini, secara refleks otak kita akan memberi jawaban jawaban terbaik atas: sikap dan tindakan seperti apa yang seharusnya kita lakukan dalam menindaklanjuti emosi yang datang secara tiba tiba dan tanpa diundang.

Dan dalam keseharian hidup banyak hal yang menuntut manusia agar menjadi diri sendiri namun sebenarnya sedikit saja kemampuan fisik yang kita miliki untuk melayani tuntutan tersebut, hanya dengan semangat juang keterbatasan fisik itu dapat diatasi.

Waktu itu harus selalu kita sadari dan yakini bahwa:
satu langkah menapaki kehidupan pasti punya arti tertentu dan keberhasilan usaha mencapai puncak senantiasa melewati tangga tangga yang penuh tantangan.

Apa saja tangga tangga yang harus dilewati dalam mengenali emosi diri?
sebuah energi yang tidak boleh tersumbat didalam diri? sebuah energi yang harus kita alirkan dengan cara yang baik untuk hasil yang baik?

Here we go.
1. Jangan pernah mau menjadi manusia half-half (setengah setengah.red)
yaitu: setengah manusia dan setengahnya lagi kodok.

2. Pelajari ada berapa jenis emosi.
Termasuk diantaranya adalah: Sedih, bahagia, cemas, bingung, takut, frustasi, marah, sakit hati, kecewa, merasa berasalah, kesepian, etc. (Silahkan dilengkapi sendiri, kalau perlu, silahkan buat tabel nya atau grafiknya dalam perhari atau perbulan-sejauh apa perkembangan anda dalam mengontrol emosi)

3. Melepaskan emosi negatif.
Selama kita dikendalikan oleh emosi negatif justru kita tidak bisa mencapai potensi terbaik dari diri kita. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik apa saja, termasuk shalat, dzikir, puasa, wudhu dan teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga diri sendiri maupun orang lain tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul.
Semoga kita dijauhkan dilindungi dari sifat sifat dzhalim; baik itu dzhalim terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, hanya karena ketidaktahuan kita, dan ketidakterampilan dalam memahami diri sendiri.

4. Ubah perspektif tentang emosi negatif.
Jangan menganggap emosi negatif itu baik atau buruk. Emosi hanya sekedar alat yang diberikan Allah untuk kita yang dengannya kita bisa mendongkrak potensi terpendam yang kita miliki. Emosi adalah sinyal atau radar bagi kita untuk melakukan tindakan apa yang sepantasnya dilakukan manusia yang menyakini jika hal baik yang kita sebar maka hal baik pula yang akan kita dapatkan.
Maka, hargailah emosi yang kita miliki karna ia adalah peralatan ringan, modal dasar manusia untuk menjadi manusia yang sempurna. Bukan sempurna karna mampu menciptakan hal hal baru, namun sempurna dalam melakukan penghambaan kepada Allah. Bukan sempurna karna telah menyelesaikan atau memenangkan tender besar, proyek besar, tapi sempurna karna mampu mengabdi kepada Allah.
Meskipun kita tau, takkan pernah sempurna diri kita dalam bersyukur kepadaNya, namun b e r u s a h a l a h !
Jangan hanya diam ditempat, menanti segala sesuatu datang dan terjadi dengan sempurna tanpa menikmati proses perjuangan itu sendiri.

5. Memotivasi Diri
Beri perhatian yang besar kepada diri sendiri, cukuplah menyakiti diri dengan mencari kebahagiaan kebahagiaan diluar diri kita. Kebahagiaan yang sebenarnya ada didalam diri sendiri. motivasilah diri kita agar menjadi DIRI SENDIRI. Motivasilah diri agar tidak menjadi sosok yang orang lain inginkan namun jadilah sesuatu setelah berfikir 'What we should be'
Biasanya, orang orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan. bangunlah self awareness sebaik mungkin, karena keinginan dan impian manusia tertinggi adalah kedamaian dan baru dari puncak itulah dia bisa melihat dan sadar betapa hanya dengan kehendak yang kuat dan gigihlah hal itu dapat tercapai.

Dan harus saya ingatkan sekali lagi, cinta adalah daya kehidupan yang berawal dari sebuah ruang kekosongan darimana justru kepolosan dan kejujuran itu muncul dari sana tanpa syarat. And so, jika pacarmu saat ini menuntutmu untuk menjadi begini dan begitu, perfectly blame on every steps and decision you had, it doesnt meant loves. But, we called it: Nafsu dan Egosentris.
Karna ia mencintaimu dengan syarat. Bukan dengan ketulusan, namun, benarlah adanya ketika seorang teman berkata kepada saya: berharap mendapat rasa tulus yang setulus apa sih seorang manusia itu sehingga lo menunda nunda pernikahan lo? mana ada manusia yang tulus, apalagi tanpa syarat..
hmm well, dia memang sedikit benar, karna, untuk menikah saja kita juga memiliki syarat, berupa mahar dan lain sebagainya. Tapi sebagai wanita yang sering menjadi subject penderitaan, tentulah kalian - kita - memahami, ketulusan seperti apa yang saya maksud disini. Bukan seperti ketulusan Allah dalam mencintai kita, karna itu tidak mungkin, tapi ketulusan yang terbukti dengan cinta yang diberikannya tidak menyakiti.
Sedangkan rasa sakit itu akan bisa dirasakan dengan cepat oleh wanita melalui kelebihan 'insting'nya.

Saya  berharap, kita para wanita lebih mampu memahami kelebihan diri daripada fokus pada kekurangan diri sehingga berusaha melengkapi serta menutupi kekurangan itu  dengan bersandar kepada laki laki. Naudzubillahmindzalik..
cinta yang benar adalah cinta yang tidak menyakiti.
Teorinya sih seperti itu, prakteknya, silahkan nikmati sendiri.

Antara nafsu dan cinta tentu sangat berbeda, maka bedakanlah.

6. Mengenali emosi orang lain.
Salah satu energi dari emosi adalah: Empati.
Berusaha untuk mengerti sebelum dimengerti, disinilah fungsi 2 telinga, mata yang tidak buta dan hati yang dijaga bersih.

7. Memotivasi orang lain
Cara kita memotivasi orang lain tentu berbeda beda, karna setiap orang memiliki cara yang berbeda beda untuk menangis dan menjerit. Ada yang menangis dengan mengeluarkan airmata, ada yang menangis dengan bunuh diri, menangis dengan tertawa, etc.

Ingat ingatlah, kebajikan yang berkualitas itu kalau dilakukan dengan tepat.

8. Mengetahui kekuatan kekuatan dan kelemahan kelemahan diri
Sempatkanlah diri untuk talk to yourself, create your vision. Sempatkan diri untuk merenung dan belajar dari pengalaman; baik pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain. Jangan lengah dan lemah dengan tidak mengetahui hal hal seputar diri sendiri.

9. Tingkatkan kepercayaan diri.
Hal ini dapat dilatih dengan  memupuk keyakinan diri dan keberanian.

Keyakinan ada 4 pilar:
- Penglihatan bijaksana
- kecerdasan dan pengertian
- Menarik pelajaran dari segenap hal
- Mengikuti contoh contoh sebelumnya
(Imam Ali bin Abi Thalib)

10. Milikilah kemampuan pengaturan diri
Pengaturan diri yaitu pengendalian diri, pengendalian diri adalah self awareness atau kesadaran diri, kesadaran diri ada di sikap kehati-hatian berhati hati),ilmu, kemampuan adaptasi dan inovasi.
Peningkatan pengendalian diri meliputi kemampuan mengelola emosi emosi yang menekan, berfikir positif, teguh pada prinsip walau dalam situasi yang paling berat, berfikir dengan jernih dan tetap fokus meski dalam keadaan tertekan.
Hal ini bisa kita dapatkan melalui : Training shalat.

11. Jadilah orang yang dapat dipercaya.
kejujuran dan integritas.
Bertindak dengan etika dan tidak pernah mempermalukan orang lain, mengakui kesalahan diri dan berani menegur dengan bijaksana perbuatan yang tidak etis dan berpegang teguh pada prinsip. Terbuka pada gagasan dan pendekatan baru serta informasi baru. Luwes dalam menangani perubahan serta tantangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar