Selasa, 14 Mei 2013

Malam Kedua Ramadhan 1433H



Malam kedua Ramadhan 1433 H on Saturday 22 July 2012.
# Shaf

Kali ini kami shalat di masjid Al Musabbihiin.
Nuansa masjid nya tentu beda dengan masjid dimalam pertama, semua berbeda, termasuk imam dan jemaahnya.
Dimasjid ini, makmumnya kebanyakan remaja dan anak anak. Surat surat pendek yang dibacakan sang Imam dimasjid ini pun berbeda. Tartilnya lebih tenang dalam syahdunya, panjang pendek dan makhroj hurf nya pun lebih jelas, mantab lah pokoknya, Alhamdulillah.
Cuma satu yang disayangkan, karna jamaahnya kebanyakan anak anak dan remaja jadinya berisik sehingga ngebuat ga konsen, lebih parahnya lagi, remaja remaja yang udah bosen shalat jamaah meskipun belom selesai tarawihnya udah langsung cabut dari shaf sehingga menyebabkan shaf menjadi tidak rapat, bolong bolong. Semoga mereka segera mendapat ilmu yang dapat diamalkan, dalam membentuk kesadaran beribadah dengan esensi iman yg dapat dinikmati dalam keseharian, terkhusus Rajab sayaban Ramadhan.
And this is a blessed message which we have sent down:
Will ye then reject it?
(Qur’an, The Prophets: 50)

Nah kalo udah bolong bolong gini, siapa yang dosa coba? Yang gak ngisi tu bolong bolong kan? Karna takut dosa, jadilah aku yang maju ngisi tu bolong bolong.. jadi dimasjid ini aku dapat pekerjaan sampingan: menambal bolong bolong yang ada dimasjid musabbihin… Mudah mudahan besok dapat masjid yang barisan shaff nya rapettt… kalo perlu, nyari shaf dipaling depan aja deh seperti biasa.
Ngomong tentang shaf, jadi inget shaf dimasjid yang ada didekat rumah, shaf dijakarta, shafnya suka bolong bolong.. beda banget dengan shaf di mushola penang (Malaysia.red) pantesan aja Indonesia suka kecolongan, ya karna shaf kita bolong bolong ..
Kasian juga umat muslim, ga semuanya sadar akan ‘kerapatan shaf’ ini. Dan aku pun terfikir untuk mensosialisasikan kegiatan merapatkan shaf dengan benar. Apa perlu ada bagian ta’lim juga dimasjid masjid indonesia, seperti yang ada di Boarding school?
Rasanya, sekedar pemahaman saja tidak cukup ya.
Terbukti, ketika sedang shalat tarawih aku bertanya kesalah satu ibu ibu yang ada disampingku: Bu, biasanya dimasjid ini shalat tarawihnya berapa rakaat ya?” ibu itu pun menjawab; “22 lalu 8” “Dua kali salam” mungkin yang dimaksud ibu ini; 23 rakaat. Dan Saya hanya bisa mengangguk angguk saja.
Sampai dirakaat ke4, tiba tiba shaf didepan saya kosong lagi, banyak. Tepat disaat sudah takbir, tanpa banyak bicara dan tanpa izin dengan ibu disebelah, saya maju dan melanjutkan shalat tarawih berjamaah.
Selesai Rakaat tersebut. Saya bertanya lagi dengan ibu ibu disebelah saya, di area shaf yang baru bolong itu tentunya : “Bu, biasanya shalat tarawih dimasjid ini berapa rakaat ya?” “11” Dan saya pun mengangguk ngangguk lagi.
Tepat setelah itu, 2 rakaat berlangsung, tiba tiba didepan shaf ibu tersebut ada yang keluar dari barisan. Saya berfikir.. ingin maju.
“Bu, saya pindah kedepan ya? Itu shafnya kosong bu”
“ga ….” katanya sambil menutup mulutnya agar suaranya tidak terpecah dengan takbir bilal.
“Tapi yang saya tau, kalau sahaf didepan kita kosong harus diisi bu” jawab saya.
“Ya terserah kamu sih” jawab ibu itu lagi. Dan terlihatlah oleh saya kuku kuku ibu tersebut, panjang sekali.  “Menurut saya gak usah maju gak apa apa, karna sebentar lagi juga selesai kok, tapi kalau kamu mau maju yaudah, maju aja” jawabnya lagi, ketus.
Begitulah, nampaknya sagat sulit bagi kita untuk mempraktekkan apa yang telah kita ketahui, apa yang telah kita yakini.  Itu makanya, lingkungan yang kondusif itu mahal. Mahal nya bagaimana? Ya mahal karna disitu inti masyarakat yang sadar secara total dan mempraktekkan nilai nilai agama yang diyakininya. Dan agak sulit bagi kita yang muda muda ini jika harus memberi pemahaman tanpa menggurui kepada yang lebih sesepuh, Sahhilna ya rabb..
Untuk mempraktekkan nilai nilai keagamaan, berikut isi alquran dan sunnah rasul tentulah membutuhkan banyak hal termasuk kesadaran. Setelah kesadaran , kita juga membutuhkan keberanian. Mengimplementasikan apa yang telah kita ketahui memang tidak semudah keinginan.
Sebagaimana sebuah perjalanan, untuk mencapai ketitik suatu tujuan harus memiliki keinginan yang kuat, kesehatan yang prima daya tahan tubuh dan kuatnya jiwa terhadap segala tekanan cobaan dari keadaan yang ada didalam dan luar diri seseorang. Dan kesemuanya ini tidak akan bisa dimiliki, jika tanpa visi misi yang tajam dan jelas, akan mengarah kemana perjalanan ini. Tanpa Allah, kita lemah. Allah dan selalu  Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar