Sabtu, 11 Mei 2013

Man Shobaro Dzhafiro



5# man shobaro dzhafiro  4th may 2012

Alif sakit typus. Dan airmataku yang dari tadi kutahan berkali kali luruh seketika. Seakan ikut merasakan ‘kematian’ menuju ‘kehidupan’ si alif. Tangisan tanpa suara mengantarkanku pada peristiwa kelas V di gontor putri 1 sebagai bagian keamanan.

Masa masa sulitku dan masa masa tahajjud serta doa doa panjangku yang disaksikan bisunya malam. Khidmat sekali. Seakan tersedot oleh pusaran waktu masa lampu dan aku terheran;
Pada masa itu, semakin banyak aku berdoa, semakin bertubi tubi cobaan itu datang.
Aku tak memiliki guru spiritual yang bisa kutanyai;
Kenapa Allah tak henti hentinya memberiku cobaan?
Seakan tak mengizinkanku bernafas barang sekejap?

Sementara aku menulis ini, jam sudah  02:22 pagi .
Dan aku belum tidur sekejap pun.
Padahal, sudah pasti besok pagi aku harus menjaga pasien lagi.
Punggungku panas dan pegal.
Kepalaku berat, mataku mengantuk dan mulutku berkali kali menguap.
Tapi, semangatku membaca dan menulis tak juga tertidur.

Sebenarnya, bisa saja kuteruskan membaca besok, sambil duduk di rumah sakit, tapi tentu aku malu jika nanti aku meneteskan air mata didepan mereka ketika menemukan kata kata yang menggugah hati, mewakili rasa, menikam jantung dan mengoyak ngoyak kisah masa laluku? Aku manusia sentimentil.

Tapi, aku tetap harus tidur…
meski kutau, aku bisa ketinggalan atau bahkan terlewat untuk subuh.. semoga saja tidak.


3# Energi yang berputar  4th may 2012

Aku memang tak paham tentang ‘hukum kekekalan energi’ tapi dulu pernah ada seseorang yang mengatakan kepadaku bahwa energy itu tak bisa hilang, hanya berpindah, berubah bentuk. Perkataannya memang tak kupahami arahnya, namun terekam diotakku, dan muncul secara tiba tiba dihari hari yang menginspirasi.

Seperti malam ini, ketika membaca bab per bab buku pak Fuadi, otak dan hatiku saling berinteraksi. Seakan ingin mengeluarkan banyak hal. Terbukti, buku beliau telah memberiku suntikan energi. Pak Fuad tidak sekedar menulis seperti yang kulakukan sekarang, hanya sekedar menulis.

Tapi, ia menghasilkan karya dari kumpulan energinya yang terfokus dari beberapa tahun yang silam. Man yazroq yahsud--Siapa yang menanam tentu akan menuai—as you sow so shall you reap--Ia menanam kegigihan lalu memetik buah kesuksesan.

Tapi, yang lebih penting dari kesuksesan yaitu ia mendapat bonus: KEPUASAN BATIN dan KEBERKAHAN. Karna didalam gerakan,terdapat berkah. Seketika aku tersadar dan kemudian berfikir dalam sebuah Tanya yang menghujam rasa.

Lalu, dimana Energi ku sebar?

Aku menangis. Tanpa rencana. Di judul panen raya. Paragraf pertama, kalimat ke 4 dan 5.
Airmataku seakan dengan senang hati turun, mengalir deras bagai anak sungai--mengapresiasi keberhasilan seniorku dalam tulisannya yang mengobok obok peti mati “masa lalu dalam sepenggal kisah digontorku”

“Walau bukan Tek. Penerbangan ITB,
seperti impian awalku,
jurusan hub internasional adalah sebuah rezeki besar bagi diriku”

Huruf huruf melayang seketika. Lalu kulanjutkan membaca paragraph berikutnya. Dan terhentak kembali dengan kata kata “lunas! Man yazra yahsud, begitu pepatah yang diajarkan di PM.”
Oh, ternyata masih ada yang kuingat dari ilmu yang kudapat digontor, aku menangis lagi. Tapi satu hal kuingat untuk terus akan kucari solusinya: aku sedang kehilangan kepercayaan diri. T-O-T-A-L.

Sungguh, beruntunglah mereka yang selalu mendapat dukungan apapun keinginan dari orangtua tanpa ‘kata kata merendahkan, menyepelekan kemampuan diri.’ Beruntunglah yang mampu mengkomunikasikn emosi dengan benar.

Dimana keberadaanku?
Energiku berputar, tanpa arah tanpa tujuan.
Dan kini, kuharap tidak lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar