Jumat, 10 Mei 2013

Memelihata



Memelihara
By Ari Hayati Daud
Memang benar ketika kita merasa memiliki sesuatu, apalagi hal yang kita sukai maka secara alami kita akan menjaga dan memelihara hal, orang atau benda tersebut. Tak peduli berapa sulitnya hal atau benda tersebut kita pelihara, kita akan berjuang menyisihkan waktu, uang tenaga, fikiran dst untuk nya. Selalu berjuang dengan kesungguhan hati.
Begitu pula ketika ia, sebut saja hewan peliharaan (ikan.red) tersebut sakit, kita pun akan merasa sakit serta bersedih, bingung dan cemas. Lantas, biasanya kita mencari tau apa yang dibutuhkan, tindakan apa yang pantas untuk membuatnya kembali sehat dan bahagia.
Biasanya kita berusaha mengenali diri orang yang kita sayangi. Geraknya, asalnya, kebiasaannya, kesukaannya, keinginannya, kelebihan dan kekurangannya dst dst guna berusaha memberi dan mendukung apa yang ia butuhkan karna kita tak ingin menyakitinya.
Meskipun, terkadang kita sampai melupakan tentang diri sendiri, sehingga pada akhirnya merasa kelelahan dan tak sempat untuk  menyadari apakah hal hal yang kita berikan guna mencukupi kebutuhan dan pemeliharaan dirinya cukup bisa membahagiakannya?
Karna seringkali,  kita hanya menyayanginya dengan cara kita, dengan cara berfikir kita dengan segenap kemampuan kita yang jauh dan sangat jauh dari kesempurnaan.
Sehingga seringkali kita hanya cenderung menyakiti orang yang ingin kita sayangi dengan rasa sayang yang terlalu berlebihan dari yang kita miliki—kita menerapkan kepadanya nilai nilai yang kita yakini benar dan bermanfaat—bahkan seringkali, terkesan memaksakan suatu kebaikan kepadanya.
Bahwa manusia sering terlupa, sesungguhnya benda, hewan, makhluk hidup mempunyai keunikan keunikan yang tidak bisa dipelajari dengan cepat, begitupula dengan suatu hubungan, deep relations.
‘Its always takes time to know each other”
Ide ide yang kita miliki untuknya, belum tentu cocok. Meskipun kita merasa telah memberi yang terbaik dari segala yang ia butuhkan. Untuk itu diperlukan komunikasi bagi manusia. Dan untuk itulah Allah menciptakan bahasa. (Suara, telinga, gambar, mata, hidung, bau bauan, kulit, alat peraba) untuk digunakan dengan maksimal dan penuh tanggung jawab.
Kebaikan dan kepedulian kita jangan sampai melupakan hal hal lain yang lebih penting. Sebatas apa kita harus mencintai dan menjaga. Dan kita juga tahu, sikap yang terlalu berlebihan; dalam hal apapun hanya akan berakibat buruk.
Jadi cintailah sesuatu itu sekedarnya saja boleh jadi yang kamu cintai akan kamu benci dan hal yang kamu benci akan kamu cintai. Seimbang dan keseimbangan memang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan karna akan selalu ada perbedaan perbedaan yang perlu kita atasi dengan berbagai cara. Bahkan, cinta tidak harus memiliki.
Dengan membiarkan orang atau hewan yang kita cintai hidup bebas dialamnya, dengan caranya justru itu akan lebih bisa membuat ia merasa bahagia. Maka lepaskanlah. Biarkan ia menemukan caranya dalam menjalani hidupnya, menjalani takdirnya.
Keseimbangan.
How to love someone without getting hurt?
# Mengetahui batasan territorial
Setiap laut memiliki ciri khas yang berbeda, warna yg berbeda, kadar garam yang tak sama, juga kedalaman yang tak pernah sama. Setiap Negara memiliki aturan aturan dan visi misi yang berbeda, prioritas yang berbeda sehubungan dengan latar belakang penduduknya dan Negara tetangganya. Semua memiliki nilai nilai integritas yang  berbeda beda.
Tak akan sama Negara mesir dengan sudan; meskipun mereka bertetangga. Tak akan sama madinah dengan mekah; meskipun sama sama kota haram. Semua memiliki keunikan masing masing, memiliki ciri khas, prioritas tujuan kadar keunggulan di berbagai bidang yang sangat dan akan selalu berbeda. Maka, perlu untuk diingat setiap orang bahwa setiap sesuatu memiliki cara tersendiri dalam melakukan hal hal tertentu, termasuk orang yang sangat kita sayangi: Ibu ayah suami istri saudara sahabat teman tetangga, siapa saja.
Jika untuk memahami diri sendiri saja kita perlu waktu yang cukup banyak dan berkualitas; apalagi untuk memahami orang lain dan Negara meskipun ia kita cintai lebih dari diri kita mencintai diri sendiri?
# Mengetahui setiap orang memiliki takdir
Setiap orang memiliki takdir yang harus dijalaninya, kadar cobaan seseorang akan sesuai dengan kadar kemampuan yang dimilikinya. Dan kadar kemampuan yang dimiliki seseorang berbanding lurus dengan kadar tanggung jawab yang harus diembannya.
Secinta apapun, sesayang apapun kita dengan seseorang tetap takdirNya yang akan berlaku, kita hanya bisa saling doa mendoakan, juga tidak gengsi untuk meminta didoakan.
Juga perlu diingat, sebutuh apapun kita dengan seseorang atau sesuatu, tetap hanya Allah lah yang harus lebih kita butuhkan karna DIA lah kita ada, DIA lah yang menciptakan kekurangan dan kelebihan kita, kepadaNya lah kita harus selalu bersandar, bukan pada kekasih, kehewan atau ke-benda-an yang dipinjamkan olehNya.
Hal ini jika mampu kita sadari dan lakukan malah akan membuat hidup kita lebih bahagia dalam keseimbangan.
Yaitu: 100% Hablum minaAllah dan 100% hablumminannas.
Semoga lah kita selalu sadar akan posisi diri di jagad raya milikNya. Sebagai rahmatan lil’alamiin.
Sebagaimana pedoman dan landasan hidup kita adalah Qur’an, maka seperti yang tertulis di Alquran sebagaimana firman-Nya: Bahwa hidup ini adalah permainan belaka, canda gurau saja. Pilihlah permainan yang mampu memancing inspirasi sesuai cara kerja kita. Permainan yg terhindar dari dosa tentunya, bidang pekerjaan yg bermanfaat bagi diri sendiri dan semoga juga bagi orang lain.
Cth untuk hablumminannas (salah satunya): Jagalah pasangan atau jabatan (amanah.red) yang dititipkan kepada kita dengan baik. Menjaganya dari jarak jauh melalui doa dan ikatan hati yang halal (pernikahan.red) dan memberinya ruang ketika ia butuh ruang untuk berfikir, menjauh, dan berbuat sesuatu sesuai caranya. Lalu hargailah tiap keputusannya. Karna tiap pemikirannya merupakan jalan dari Allah. Dorongan hati, tindakan, fikiran, mendapatkan pengawasan penjagaan atas izin Allah yang mana kesemuanya telah tertulis di lauhmahfudz.
# Memahami dari hati
Sebagaimana kita mencintai dari hati maka sebaiknya kita mampu melihat dan memahami dari hati. Itulah harmoni, segala sesuatunya selaras dan seimbang antara fikiran perkataan dan perbuatan. Tentu saja jangan putus asa karna segala sesuatu membutuhkan proses pembelajaran bersama.
Perlu juga saya ingatkan kembali bahwa; segala sesuatu yang terlihat seringkali tidak seperti kelihatannya. Untuk itu diperlukan ketajaman mata hati dalam memahami segala sesuatu, terkhusus orang yang kita sayangi.
Dengan kadar yang sepantasnya, tidak berlebih lebihan dan tidak berkekurangan. Kita juga harus mengurus diri sendiri, memenuhi hak hak diri serta tanggung jawab yang masih banyak lagi yang mana kesemuanya akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.
“Kebenaran itu seringkali tersembunyi, ngumpet. Maka berusahalah menggunakan nikmat dari Allah dengan maksimal dan penuh tanggung jawab; telinga untuk mendengar hal hal yang tak terkatakan, mata untuk melihat hal hal yang tidak ditampilkan, seterusnya.”

# Menghargai dengan penghargaan yang wajar
Telah banyak kasus perceraian terjadi dimasyarakat kita.
Akarnya selalu tentang: Perbedaan. (Justru jika kita diciptakan sama sangat  tidak mungkin dapat bersama karna segalanya akan sangat membosankan dan jika kita diciptakan sama tanpa perbedaan, tidak akan daya tarik menarik antar pasangan.red) Itulah sebabnya selalu tentang; Menghargai dan Ketidakmampuan untuk menghargai perbedaan.
Mungkin ini bersumber dari kesalahan kita bersama; yang paham dan berpaham tidak terlalu mau perduli, kurang ingin berbagi, hanya fokus pada diri sendiri, selalu merasa tak cukup pantas untuk menasehati sebelum seseorang itu datang kepadanya, dsb.
Sedangkan yang tidak berpaham, tidak memiliki cukup ilmu, selalu berjuang pula dengan caranya: Menciptakan gesekan gesekan yang sayangnya malah menimbulkan kekacauan kekacauan baru karna ketidaktahuannya. Padahal, bukankah di Alquran sudah tertulis (apa hadist ya) untuk “mencegah saudaramu dari berlaku dzhalim terhadap dirinya dan zhalim terhadap orang lain”
Kemana nilai nilai amar ma’ruf nahi munkar itu pergi? Atau bersembunyi dalam rasa takut? Ataukah semboyan kita telah berganti menjadi amar munkar nahi ma’ruf? Naudzubillah tsumma naudzubillah..
Marilah bersikap lebih lembut sesama manusia, khususnya sesama umat beragama, sesama wanita, sesama laki laki sesama para ibu sesama para ayah, sesama para artis sesama para actor sesama para pekerja swasta sesama para pedagang sesama para manusia. Karena kita semua sama, yang membedakan kita hanyalah ilmu-amal dan rasa tawakal.
Kita semua sama; kitalah yang membeda bedakan dan mengotak ngotakan diri melalui nama nama yang dicipta logika yang diperintahkan untuk bersujud kepada penciptanya.
Label sunni dan syiah label DPR label ini dan itu, dan kita pula-lah yang memberi persepsi serta pencitraan atas nama nama tersebut.
Jadi pandanglah dunia ini dengan perspektif yang benar. Letakkanlah dunia ditangan bukan dihati. Berikanlah hak hak istri hak hak anak yatim hak hak manusia dan segenap alam. Sebagaimana Firman Allah: ___________________
Akhirnya segala kebenaran datangnya dari Allah dan kesalahan adalah murni milik saya sebagai hambaNya yang terkadang lupa dan lengah untuk menghamba. Wallahua’lam bisshawab.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar