Puzzle …
“Hidup itu seperti puzzle, teruslah
memberi apa yg ada ditangan,
agar kita bisa saling melengkapi dan menyelesaikan tugas di
dunia ini dengan cepat,menuju dunia baru yang lebih baik lagi, akhirat.”
- Salwa
1# Berawal dari Doa
Pagi ini, seperti biasa, aku bangun
dari tidurku yang kadang nyenyak kadang terhentak. Kupandangi dinding kamar
kecilku, berwarna putih dan kuning lembut. Terdapat beberapa tempelan foto
fotoku di sudut kiri dekat jendela. Kupandangi foto foto itu dari tepi tempat
tidurku- kasur springbed tanpa kaki untuk menopangnya. Alami, sederhana. Foto
foto itu bermacam, ada fotoku bersama keluarga, sahabat, teman teman ku yg
sudah menikah, juga beberapa foto pohon pohon tanpa daun, semuanya adalah
karyaku.
Kuambil air putih dari sisi tempat
tidur, meminumnya-berusaha menghabiskannya perlahan lahan, lalu meletakkannya
kembali sambil menghela nafas. “Mahasuci
Allah yang telah menghidupkanku kembali setelah mati” kulantunkan doa sehabis
tidur,” dalam hati.
Badanku masih belum bergerak dari
sisi tempat tidur, dalam posisi duduk. Diam dan berfikir apa yang harus
kulakukan hari ini. Lalu, kuambil kertas-tepatnya:buku diary berwarna oranye
dan mulai menulis.
“Ya
Allah jadikanlah dalam hatiku cahaya,
pada
pendengaranku cahaya,
pada
penglihatanku cahaya,
dari
kananku cahaya,
dari
kiriku cahaya,
dari
belakangku cahaya,
dari
mukaku cahaya,
dari
atasku cahaya,
dari
bawahku cahaya,
dari
urat syarafku cahaya,
pada
darahku cahaya,
pada
dagingku cahaya,
pada
rambutku cahaya,
pada
lidahku cahaya,
pada
kakiku cahaya,
pada
tanganku cahaya,
dan
semoga Engkau jadikan cahaya itu pada semua pandangan dan fikiranku,
dengan
Rahmat-Mu Ya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.”
Ya Allah, jadikan hari ini hari yg
bercahaya, penuh inspirasi. Doaku, dalam hati.
Kututup buku oranye dan kuletakkan
bersama pena oranye nya diatas meja, lalu bergegas mandi.
“Hmmmm..” aroma sabun lavender ini
selalu membuatku merasa lebih baik. Kupakai body lotion dengan aroma
kesukaanku, strawberry. Berkaca, mematut matut diri dengan baju ‘tomboy’ ku..
Jaket kaos bertopi abu-abu, lalu pergi keluar dari kamar kost kecil ini setelah
mengambil permen karet ‘xylitol’ kesukaanku…
“Jo, lagi dimana?” ketikku dilayar
hp, lalu kupencet tombol ‘send’.
Tak lama kemudian, sms masuk.
“ditaman, kenapa?”
Aku tersenyum. Lega. Beruntung aku
selalu benar menebak anak ini ada dimana. Dan memang aku sedang ingin
bersamanya, mengobrol sebentar untuk membuka hari ini. Hari tenang bagiku.
Karna segala persiapan tugas akhir telah kuselesaikan.
“Gw kesana” ketikku lagi. ‘send’
“ok” jawabnya, cepat.
Tak perlu lama untuk ketaman, karna
taman ini dekat dengan kost anku.
“hap, sampe deh..” sapaku, sembari
melempar senyum kearahnya yg duduk disampingku.
“eh, lo wa, ngagetin aja.”
Aku diam, tak berkomentar.
Sekitar 3 menit kami diam, tak
berbicara satu sama lain. Ini hal yg sangat sering kami lakukan. Menikmati
ketenangan ditengah hiruk pikuknya Jakarta.
“Dari mana lo?” kostan?” tanyanya
mencoba memecah sunyi.
“yoi, lo dari jam berapa ditaman?
Gmn kabar lo, ok ga?” timpalku.
“wa, lo harusnya buka stasiun radio
dongeng.” Komentarnya tiba tiba tanpa
menjawab pertanyaanku.
haha..
ternyata ada yg lebih konyol dariku.
Fokus anak ini seringkali pada hal
hal besar dan lemah pada hal hal kecil. Hari-harinya selalu penuh dengan
achievement dan goal yang ingin dan akan dituju, aktif. Berbeda denganku,
lebih sering menikmati keadaan yang ada disekitar
saja, menyukai hal hal kecil dan tentunya, aku termasuk manusia yang terlalu pasif.
“Ga mungkin Jo, gw ga terlalu suka
kerja dibidang radio, nilai kuliah ‘Produksi radio’ gw selalu kacau.” Jawabku
jujur.
“Nah, justru itu, lo buktiin bahwa
nilai kuliah rendah ga selalu bisa dijadiin patokan, tolak ukur kesuksesan dan
kemampuan seseorang.” Timpalnya, bijak.
Aku
menggaruk garuk kepalaku yang tidak gatal, sambil meringis kearahnya.
Iya, mungkin gak sekarang deh ya.
Jawabku, malas berdebat.
“weiitzz.. ada yang baru nih gw
liat” timpalku, berusaha mengganti topik pembicaraan, mataku menelusuri potongan rambut baru teman lamaku
ini. Teman lama dari semester satu sampai saat ini, tingkat akhir. Meskipun jo
sendiri, tertinggal di semester 4 karna sempat cuti kuliah.
Tertangkap olehku muka malunya,
sekilas. Tapi, bukan jo namanya jika tak mampu ngeles.
“Hahahaha nyindir lo, yah ginilah, gaya gembel.” Jawabnya
lagi.
“Loh, kok gembel?” protesku sambil
senyum.
“iya dong, beda banget sama lo yang
rapi, harum. Gw selalu dekil, dengan jeans sobek sobek gw” “Itu kan maksud lo? “
menjawab pertanyaan gw dengan pertanyaan lagi, minta penegasan mungkin.
“Lah, itu rambut gaya
mowhak gitu, biasanya kan
lo cepak doang, biasa gak pake gel gel an.”
“wih beda deh pokoknya, fresssh
temen gw” jawab gw lagi, tak peduli muka jo udah nyengir nyengir ga jelas.
“justru itu wa,… gw butuh lo nih sebenernya
dalam hal ini”
“loh, kenapa?” jawabku, kaget.
“Gw sempet ngerasa kehilangan diri
gw yang dulu”
“Nah lo, wajar aja kali jo, setiap
orang pasti akan berubah, jangan karna gw komentar lo langsung malu gitu dong.”
“yeee, ngapain gw malu sama lo, ga
pake banget. Hahahaha” jawabnya asal.
“nah gitu dong, itu baru jo
namanya” timpal gw.
“HA-HA-HA-HA-HA” kami ketawa,
berbarengan.
Lalu
Jo menghisap rokoknya dalam sekali hisapan yang dalam, dan menghembuskannya
panjang.
“Gini wa, serius, gw sempat ngerasa
kehilangan lo, gw kira lo udah hilang dari hidup gw.”
Dramatis
juga bahasa temenku yang satu ini, ga nyangka.
“gw punya kelemahan wa…
yang ga gw sangka gw benar benar
lemah dalam hal satu ini ternyata…”
Dibiarkannnya
kalimatnya menggantung, dan kembali menghisap rokoknya. Aku tetap mendengarkan.
“…yaitu cinta.
gw sempat ada masalah dalam
percintaan. Dan itu ber efek luar biasa ke diri gw
dan selanjutnya kehidupan gw berubah
drastis,…”
Ada nada luka yang cukup dalam kutangkap dari
suaranya..
sekilas,
dan ia mencoba bersabar dan menutupinya J
mungkin agar tidak terlalu pecah dikeramaian tangis dari dalam hati itu.
Batinku, meraba perasaan yg dirasakannya.
“Gw beda sama lo, wa. Kalo lo, gw
yakin, sanggup bersikap stabil dalam keadaan apapun.”
“Ah,
gak juga.” Batinku.
“Sedangkan gw, gw ga bisa wa, gw
kacau, gw kehilangan diri gw setelah kejadian itu.” curhatnya lagi.
Aku
masih diam, menunggu kata kata yang akan dikeluarkannya untuk memuntahkan
segala perasaan yang ada di hati dan fikirannya.” Its about lost, ya kan jo?” tanyaku
padanya, dalam hati.
“Gw juga ga tau awal perasaan gw ke
dia darimana” sahut jo lagi, mengecutkan lamunanku.
“Namanya?” tanyaku.
“ehm-uhm..ehm.. lo ga usah tau deh,
ga bakal kenal juga kok!” jawabnya, menahan malu.
“alaah hari gini masih malu malu
aja sama gw” jawab ku, sambil menahan rasa cemburu.
Dia tersenyum, lalu berkata “Udahlah
wa, masa lalu kok, cewek itu udah nolak gw, Cuma gw nya aja masih ga tau diri.
Ga tau deh kenapa, seperti ada tarikan kuat buat tetep tau tentang tu cewek”
sambil nyengir dia menjawab.
“Dia nolak lo? Yakin?” Tanya gw,
memastikan.
“Ehm… sebenernya bukan nolak sih,
tapi gw udah ngerasa ditolak aja wa.” Cetusnya, sambil nyengir kacau.
Tuh
kan, mana ada cewek yang sanggup nolak cowok nyentrik-kadang normal-kadang wow
kayak lo.
“Eh, jo! Gw nyari sarapan dulu ya.
Laperrrr, lo ikut apa disini aja nih?” sahutku.
“gw ikut!” jawab jo, sambil berdiri
mengikutiku.
“Buburnya
dua bu, yang satu setengah aja ya bu.” Pesan gw ke tukang bubur gerobak.
“Pedes”
tambah jo.
Lalu
kami mengambil posisi duduk yang nyaman.
“gimana
kabar kuliah lo wa? Senengnya udah siding, tinggal wisuda” celoteh jo.
“masih
ada revisi” jawabku.
“halah,
gampanglah revisi doang mah” timal jo, tetap ga mau kalah.
“sabar
jo, lo juga bakal lulus kok, Cuma masalah waktu aja”
“sama
aja kali neng, justru waktu itu berharga sekali”
“hehehe,
iya, maksud gw, nikmatin aja takdir lo ini”
“hahha
sial ni anak!” lempar jo, dengan senyum kecutnya.
Kutepuk
punggung jo, sambil berkata “semangaaaaaaaaat!”
“semangaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat
grak!” jawab jo sambil berdiri, memberi hormat kearah tukang bubur.
“wah
pagi pagi udah pada semangat aja nih mas, hehehee” komentar tukang bubur sambil
tersenyum.
Kami pun
tertawa.
Selesai
makan bubur, alarm hp ku berbunyi, pertanda 1 jam lagi harus segera kekampus
untuk bertemu dosen pembimbingku. Katanya sih bakal ngebicarain pekerjaan yang
cocok buatku.
“Jo, gw
ada janji nih ama dosen, pamit ya!” teriakku sambil berlari meninggalkan jo
yang masih menghabiskan buburnya.
“eh, lo
bayarin gw dooong” sahutnya
“oke,
besok gw traktir, sekarang bayarin dulu, daaaqhhh” dan aku memasuki gang kostan
ku untuk mengganti baju yang lebih rapi.
“Salwa, kamu bisa nulis kan?” Tanya dosenku
begitu kami ketemu di ruangannya.
“Ga terlalu sih bu, biasa aja
tulisan saya. Tapi bisa, hehehe” jawabku nyengir ga jelas.
“kalo mau, kamu bisa jadi reporter
atau wartawan nih, asal bisa nulis. Ah, masa sutradara ga bisa nulis.” Jawab si
dosen lagi.
“Bisa kok bu, Cuma ga sebagus
tulisannya salam aristo dan ahmad fuadi atau buya hamka.”
“yah, itu kan berproses, asal kamu mau mulai dari
bawah, pasti bisa” jawab bu atina.
“emangnya reporter di stasiun media
mana bu?”
“Kampus tv kita lagi ngebutuhin
reporter baru, gajinya lumayan.”
“mau banget sih bu, tapi sayang
banget saya harus balik ke kota
saya bu”
“loh, ga tinggal dijakarta lagi?”
“enggak bu..”
“oh, yaudah kalo gitu”
“maaf ya bu”
“ya gak pa-pa, Cuma ibu fikir kan
ini kesempatan bagus buat kamu, ibu liat kamu bagus di ngebuat tim kamu kompak,
pastinya kamu bisa ditingkat yang lebih baik dari ini.”
“Wah, makasih banget bu atas kepercayaannya,
jadi malu, hehehe”
“Ah, kamu ini, yaudah mana tugas
revisinya”
“Ini bu, silakan”
Udah 3 jam aku diruangan dosen.
Sibuk membantu dosenku menyelesaikan beberapa pekerjaannya.
“wah, udah jam 3 sore, kamu udah
selesai wa?”
“udah bu, ini lagi matiin
computer.” Sahutku sambil bangkit dari tempat duduk setelah meng klik ‘turn of
‘
“makasih banyak ya wa” jawab bu
anita.
“iya bu, sama sama. Saya pamit dulu
ya bu, assalamualaikum” pamitku sambil membuka pintu ruangan.
“Waalaikumsalam warahmatullah”
“klek” kubuka pintu kosanku yang
berwarna coklat.
Lega sekali rasanya kembali ke
kamar kecil ini, nyaman. Kuputuskan untuk mandi agar lebih segar. Begitu
kupegang pintu kamar mandi, terdengar lagu Ashley tisdale dari hpku.
“How
do you love someone, without crawling in the dark… “
Kulihat layar hp, ada nama “joe”
“Halo
jo, ada apa?”
“gak,
gimana udah ketemu dosen lo?”
“udah,
ni mau mandi”
“oh
udah nyampe kosan ya”
“Ho-oh”
“ntar
malem mau kemana lo wa?” tanyanya lagi.
“gak
ada sih, free”
“ngbrol
yuk”
“dimana?”
Tanya gw.
“terserah
sih, kalo pengen jalan kita jalan”
“lagi
gak pengen sih, ketemu di taman aja deh ya”
“yaudah
terserah lo aja, gw tunggu jam 8 ya, jam 7 gw masih ada acara di tebet”
“beres”
“klik”
telpon diputus.
Kuletakkan
hp diatas tempat tidurku yang bermotif kotak kotak berwarna Benetton.
Lalu,
bergegas mandi. Geraaaaaah..
Selesai mandi, kuambil diary oranye
ku lengkap dengan pena oranye nya yang menempel didalamnya. Lalu mulai menulis
dilembaran kosong berikutnya..
Wah,
hari ini berlalu dengan lancar.
Ga
ada kesedihan, ga ada kemarahan. Gak ada macet, ga ada hal hal yang gak
menyenangkan. Seharusnya gw terima sih tawaran jadi reporter, buat nambah
portfolio gw nantinya, tapi, biarlah, mungkin emang lebih baik menuruti apa
kata orang tua dan kembali ke kampung halaman ku yang sudah semakin asing
bagiku itu..
Oia,
tadi aku ketemu sama jo.
Ngobrol
singkat tentang patah hati. Jo patah hati lagi!
Dalam
satu tahun Jo pasti patah hati.
Tapi
herannya, gw selalu jadi orang yang tetap bisa ngedengerin curhatannya yang
terpatah patah itu.
Tapi
kali ini gw rasa, dia bener bener patah hati.
Terlihat
dari perbedaan diraut muka jo.
Juga
karna, ah entahlah.. lets talk another case.
Ga
kusangka aku mampu membuat keputusan keputusan besar dlm hidupku & berhasil
konsisten utk mengerjakannya.
Meskipun
byk orang yg merasa aku mampu lebih dari itu,
aku
jarang sekali merasa percaya pada diri sendiri sepenuhnya tanpa adanya dorongan
dari orang orang yang mencintaiku.
Sekali
lagi, aku senang sekali mampu bangkit disaat saat tersulitku,
meskipun seorang diri.
Aku
tak pernah menyangka bahwa aku mampu untuk bangun kembali,
dan
kuyakini bahwa dibalik kesuksesan seseorang pasti ada pihak lain yang
membantunya meski tanpa disengaja atau disengaja.
yah..
minimal tapi tak minimal hasilnya adalah karna kita selalu dibantu olehNya.
La
haula wa laa quwwata illa billah.
Kemudian kuletakkan pena dan
bergegas mandi, tak kulihat lagi jam berapa saat ini, tak kuingat pula janjiku
dengan jo.. yang ada diotakku hanya
mandi shalat makan dan tidur.
“Will
never bring me down
Don't
tell me who I should be
And
don't try to tell me what's right for me
Don't
tell me what I should do
I
don't wanna waste my time
I'll
watch you fade away
So
shut up, shut up, shut up”
Nyanyian lagu simple plan terdengar
dari hp ku pagi ini, dalam keadaan mata setengah tertutup setengah terbuka
kuraih hp setelah meraba raba samping tempat tidurku. “Hap” dapat… “halo?” “wa,
lo udah bangun blom?” suara sipenelpon bertanya.
Aneh
sekali, pastilah aku masih tidur, suaraku juga serak serak terputus gini. Ni
orang nyebelin banget..
“Blom” jawabku sekilas, hampir tak
jelas karna masih mengantuk.
“bangun woyyyy.. ada acara ga pagi
ini?”
“acarah yah.. uhmmmm” jawabku,
masih mengantuk dan menutup mata kembali, tanpa memikirkan sipenelpon dari
siapa dan untuk tujuan apa.
zzzzzzzZZZzzzz.. akupun tertidur
tanpa mematikan hp dan tanpa bersuara tanpa meminta maaf kepada sipenelpon yg
entah siapa. Tidur pulas sampai siang.
***
“bip” suara sms dari hp ku.
Dengan mata setengah terbuka,
setengah tertutup kusentuh layer hp Samsung ku, hmm ada satu pesan dari nomor
tak dikenal.
‘klik’ kubuka dan terdapat kalimat
panjang disitu.
”Bumi Allah luas jgn persempit dgn
kelemahanmu,
Makhluk Allah byk, jangan kau
lupakan krn ketakutanmu,
Takut dan serahkan jiwa, hanya kpd
Allah.”
“hah? Sms terror apa ini?” seperti
meneror tapi sejenak meringankan hatiku. Ada
rasa heran menyelinap dihatiku.
Lalu aku teringat akan catatanku
dibulan lalu, kata kata ini seakan memberiku jawaban. Aku bangkit dari tempat
tidur dan terburu buru membuka laci meja belajarku, mencari buku hitam itu.
Jumat,
4 october 2008
“ Keikhlasan adlh hidup tanpa
beban. Tanpa beban berarti berada pada titik nol.
Nol merupakan esensi dari
keseimbangan. Mencapai keseimbangan memerlukan sikap yg adil. Realisasi
keadilan adalah menempatkan segala sesuatu pada tempat dan porsinya.
Dapatkah kita bijak utk menempatkan
keadilan itu untuk diri dan alam ini dan orang lain?“
Tidak ada komentar:
Posting Komentar