Kepekatan
setiap manusia itu berbeda-beda.
Ada
yang hanya 10% dan ada yang 99%. Maha Suci Allah dengan segala penciptaan-Nya.
Hal ini tidak ada hubungannya dengan fisik seseorang, ini lebih kepada
kedalaman jiwa seseorang.
Dan
sungguh, Allah sangat Mengetahui apa apa yang berada dalam hati kita, bahkan
sebelum terdetik dihatipun, Allah telah lebih dulu Mengetahui.
Berdasarkan
hal diatas, kita diharapkan untuk menjadi umat Nabi Muhammad SAW yang teliti.
Karena, kedisiplinan tanpa adanya ketelitian hasilnya akan kacau balau.
Yang
perlu kita ketahui lagi adalah, pikiran kehendak dan perbuatan manusia kadang
atau seringkali tak dapat dipastikan.
Bisa
tak terduga jauh melebihi harapan atau sangat mengecewakan dan akhirnya menyadarkannya
akan kekuatan di luar diri.
Kenapa
bisa begitu ?
Sebenarnya
saya malas sekali menulis dan menjelaskan tentang pertanyaan yang berasal dari
logika, karna seringkali logika kita gunakan untuk mematikan ibadah kita
kepadaNya.
Bukannya
bersujud tunduk patuh dalam meninggikan kalimat-Nya. Tapi, karna saya menyakini
bahwa perbedaan adalah Rahmat dari-Nya, maka akan saya coba uraikan dengan
sederhana.
Manusia
adalah makhluk sosial. Dari kecil kita sudah tau hal ini dan menjalaninya
secara alami. Bermain adalah salah satu kebutuhan kita. Tujuan Allah
mengizinkan kita memiliki kebutuhan bermain adalah agar kita dapat bertumbuh
dan berkembang dengan sempurna sebagai hambaNya yang memiliki banyak kelebihan
dibanding hamba hambaNya yang lain.
(Baca:
Tentu saja hal ini berlaku bagi siapa saja, termasuk bagi yang belum menyadari
bahwa rumahnya yang sebenarnya adalah: Akhirat)
Terlepas
dari kebutuhan untuk bermain, maka efek dari penciptaan Allah kepada Nafsu
salah satunya adalah Emosi. Disinilah tema pembicaraan kita tentang kepekatan
akan dimulai. Kepekatan dan kedalaman jiwa adalah sahabat karib yang sering
bertukar cerita di waktu senggang mereka.
Emosi
adalah salah satu dari banyaknya wujud energi. Energi tidak akan menghilang
begitu saja karna ia ADA, sesuai ketentuan dari Allah bahwa ia hadir untuk
kita, manusia sempurna yang sering sempurna untuk lupa menghamba kepada-Nya.
Sebut
saja emosi energi, mereka diciptakan untuk kita. Alhamdulillah, dengan
keberadaan mereka hidup kita menjadi tak terlalu membosankan dibumi ini, alias
berwarna, bervariasi, bermacam macam cara untuk dikecam. Ah masa iya penciptaan
Allah yang satu ini harus kita kecam? tentu sombong sekali jika hal ini kita
lakukan. Yang perlu kita lakukan adalah, berhenti bersikap gila, bersikap sok
normal, bersikap tidak wajar, bersikap kacau, seperti saya yang berusaha berhenti menulis kata kata
dengan gaya prosa agar bisa lebih dipahami oleh banyak orang.
Jadi,
yang perlu kita lakukan adalah: Berusaha.
Mengenal
diri sendiri, lingkungan, orangtua, dan yang tak kalah penting namun teramat
penting adalah berusaha mengenal Allah.
Langkah
selanjutnya yang perlu kita lakukan adalah: Menerima.
Menerima
kado cinta dari Allah dalam paket emosi. Caranya? kapan dikasihnya?
Jangan
bodoh! saya tidak ingin bertele-tele dalam hal ini,
maka,
yang perlu kita lakukan adalah menerima emosi tersebut dan menyadarinya dengan
kesadaran yag dilatih latih sedemikian rupa, atau bisa juga dengan meminta
kemampuan menyadari kepada Allah, dalam wujud doa dan bisikan hati:
Emosi
apa yang sedang saya rasakan saat ini ya Allah?
Karna
emosi adalah refleksi dari energi kita maka seharusnya kita sering sering
berdialoq dengan diri sendiri, hal ini saya anjurkan bukan untuk menyuruh
memberbanyak pasien rumah sakit jiwa, namun agar kita dapat secepatnya
menyadari emosi apa yang sedang kita rasakan diwaktu kapanpun juga, yang pada
akhirnya mengurangi tingkat terkecohnya diri pada ego dan emosi.
Maka
sering seringlah bertukar cerita dari hati ke hati dengan diri kita; ketika
diri sudah terlatih memahami dan melakukan hal ini, secara refleks otak kita
akan memberi jawaban jawaban terbaik atas: sikap dan tindakan seperti apa yang
seharusnya kita lakukan dalam menindaklanjuti emosi yang datang secara tiba
tiba dan tanpa diundang.
Dan
dalam keseharian hidup banyak hal yang menuntut manusia agar menjadi diri
sendiri namun sebenarnya sedikit saja kemampuan fisik yang kita miliki untuk
melayani tuntutan tersebut, hanya dengan semangat juang keterbatasan fisik itu
dapat diatasi.
Waktu
itu harus selalu kita sadari dan yakini bahwa:
satu
langkah menapaki kehidupan pasti punya arti tertentu dan keberhasilan usaha
mencapai puncak senantiasa melewati tangga tangga yang penuh tantangan.
Apa
saja tangga tangga yang harus dilewati dalam mengenali emosi diri?
sebuah
energi yang tidak boleh tersumbat didalam diri? sebuah energi yang harus kita
alirkan dengan cara yang baik untuk hasil yang baik?
Here
we go.
1.
Jangan pernah mau menjadi manusia half-half (setengah setengah.red)
yaitu:
setengah manusia dan setengahnya lagi kodok.
2.
Pelajari ada berapa jenis emosi.
Termasuk
diantaranya adalah: Sedih, bahagia, cemas, bingung, takut, frustasi, marah,
sakit hati, kecewa, merasa berasalah, kesepian, etc. (Silahkan dilengkapi
sendiri, kalau perlu, silahkan buat tabel nya atau grafiknya dalam perhari atau
perbulan-sejauh apa perkembangan anda dalam mengontrol emosi)
3.
Melepaskan emosi negatif.
Selama
kita dikendalikan oleh emosi negatif justru kita tidak bisa mencapai potensi
terbaik dari diri kita. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik apa
saja, termasuk shalat, dzikir, puasa, wudhu dan teknik pendayagunaan pikiran
bawah sadar sehingga diri sendiri maupun orang lain tidak menerima dampak
negatif dari emosi negatif yang muncul.
Semoga
kita dijauhkan dilindungi dari sifat sifat dzhalim; baik itu dzhalim terhadap
diri sendiri maupun terhadap orang lain, hanya karena ketidaktahuan kita, dan
ketidakterampilan dalam memahami diri sendiri.
4.
Ubah perspektif tentang emosi negatif.
Jangan
menganggap emosi negatif itu baik atau buruk. Emosi hanya sekedar alat yang
diberikan Allah untuk kita yang dengannya kita bisa mendongkrak potensi
terpendam yang kita miliki. Emosi adalah sinyal atau radar bagi kita untuk
melakukan tindakan apa yang sepantasnya dilakukan manusia yang menyakini jika
hal baik yang kita sebar maka hal baik pula yang akan kita dapatkan.
Maka,
hargailah emosi yang kita miliki karna ia adalah peralatan ringan, modal dasar
manusia untuk menjadi manusia yang sempurna. Bukan sempurna karna mampu
menciptakan hal hal baru, namun sempurna dalam melakukan penghambaan kepada
Allah. Bukan sempurna karna telah menyelesaikan atau memenangkan tender besar,
proyek besar, tapi sempurna karna mampu mengabdi kepada Allah.
Meskipun
kita tau, takkan pernah sempurna diri kita dalam bersyukur kepadaNya, namun b e
r u s a h a l a h !
Jangan
hanya diam ditempat, menanti segala sesuatu datang dan terjadi dengan sempurna
tanpa menikmati proses perjuangan itu sendiri.
5.
Memotivasi Diri
Beri
perhatian yang besar kepada diri sendiri, cukuplah menyakiti diri dengan
mencari kebahagiaan kebahagiaan diluar diri kita. Kebahagiaan yang sebenarnya
ada didalam diri sendiri. motivasilah diri kita agar menjadi DIRI SENDIRI.
Motivasilah diri agar tidak menjadi sosok yang orang lain inginkan namun
jadilah sesuatu setelah berfikir 'What we should be'
Biasanya,
orang orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan
efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan. bangunlah self awareness sebaik
mungkin, karena keinginan dan impian manusia tertinggi adalah kedamaian dan
baru dari puncak itulah dia bisa melihat dan sadar betapa hanya dengan kehendak
yang kuat dan gigihlah hal itu dapat tercapai.
Dan
harus saya ingatkan sekali lagi, cinta adalah daya kehidupan yang berawal dari
sebuah ruang kekosongan darimana justru kepolosan dan kejujuran itu muncul dari
sana tanpa syarat. And so, jika pacarmu saat ini menuntutmu untuk menjadi
begini dan begitu, perfectly blame on every steps and decision you had, it
doesnt meant loves. But, we called it: Nafsu dan Egosentris.
Karna
ia mencintaimu dengan syarat. Bukan dengan ketulusan, namun, benarlah adanya
ketika seorang teman berkata kepada saya: berharap mendapat rasa tulus yang setulus
apa sih seorang manusia itu sehingga lo menunda nunda pernikahan lo? mana ada
manusia yang tulus, apalagi tanpa syarat..
hmm
well, dia memang sedikit benar, karna, untuk menikah saja kita juga memiliki
syarat, berupa mahar dan lain sebagainya. Tapi sebagai wanita yang sering
menjadi subject penderitaan, tentulah kalian - kita - memahami, ketulusan
seperti apa yang saya maksud disini. Bukan seperti ketulusan Allah dalam mencintai
kita, karna itu tidak mungkin, tapi ketulusan yang terbukti dengan cinta yang diberikannya
tidak menyakiti.
Sedangkan rasa sakit itu akan bisa
dirasakan dengan cepat oleh wanita melalui kelebihan 'insting'nya.
Saya berharap, kita para wanita lebih mampu
memahami kelebihan diri daripada fokus pada kekurangan diri sehingga berusaha
melengkapi serta menutupi kekurangan itu dengan bersandar kepada laki laki.
Naudzubillahmindzalik..
cinta
yang benar adalah cinta yang tidak menyakiti.
Teorinya
sih seperti itu, prakteknya, silahkan nikmati sendiri.
Antara nafsu dan cinta tentu sangat berbeda,
maka bedakanlah.
6.
Mengenali emosi orang lain.
Salah
satu energi dari emosi adalah: Empati.
Berusaha
untuk mengerti sebelum dimengerti, disinilah fungsi 2 telinga, mata yang tidak
buta dan hati yang dijaga bersih.
7.
Memotivasi orang lain
Cara
kita memotivasi orang lain tentu berbeda beda, karna setiap orang memiliki cara
yang berbeda beda untuk menangis dan menjerit. Ada yang menangis dengan
mengeluarkan airmata, ada yang menangis dengan bunuh diri, menangis dengan
tertawa, etc.
Ingat ingatlah, kebajikan yang
berkualitas itu kalau dilakukan dengan tepat.
8.
Mengetahui kekuatan kekuatan dan kelemahan kelemahan diri
Sempatkanlah
diri untuk talk to yourself, create your vision. Sempatkan diri untuk merenung
dan belajar dari pengalaman; baik pengalaman diri sendiri maupun pengalaman
orang lain. Jangan lengah dan lemah dengan tidak mengetahui hal hal seputar
diri sendiri.
9.
Tingkatkan kepercayaan diri.
Hal
ini dapat dilatih dengan memupuk
keyakinan diri dan keberanian.
Keyakinan
ada 4 pilar:
-
Penglihatan bijaksana
-
kecerdasan dan pengertian
-
Menarik pelajaran dari segenap hal
-
Mengikuti contoh contoh sebelumnya
(Imam
Ali bin Abi Thalib)
10.
Milikilah kemampuan pengaturan diri
Pengaturan
diri yaitu pengendalian diri, pengendalian diri adalah self awareness atau
kesadaran diri, kesadaran diri ada di sikap kehati-hatian berhati hati),ilmu,
kemampuan adaptasi dan inovasi.
Peningkatan
pengendalian diri meliputi kemampuan mengelola emosi emosi yang menekan,
berfikir positif, teguh pada prinsip walau dalam situasi yang paling berat,
berfikir dengan jernih dan tetap fokus meski dalam keadaan tertekan.
Hal
ini bisa kita dapatkan melalui : Training shalat.
11.
Jadilah orang yang dapat dipercaya.
kejujuran
dan integritas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar