Memelihara
By Ari Hayati Daud
Memang benar ketika kita merasa memiliki sesuatu,
apalagi hal yang kita sukai maka secara alami kita akan menjaga dan memelihara
hal, orang atau benda tersebut. Tak peduli berapa sulitnya hal atau benda
tersebut kita pelihara, kita akan berjuang menyisihkan waktu, uang tenaga,
fikiran dst untuk nya. Selalu berjuang
dengan kesungguhan hati.
Begitu pula ketika ia, sebut saja hewan peliharaan
(ikan.red) tersebut sakit, kita pun akan merasa sakit serta bersedih, bingung
dan cemas. Lantas, biasanya kita mencari tau apa yang dibutuhkan, tindakan apa
yang pantas untuk membuatnya kembali sehat dan bahagia.
Biasanya kita berusaha mengenali diri orang yang
kita sayangi. Geraknya, asalnya, kebiasaannya, kesukaannya, keinginannya,
kelebihan dan kekurangannya dst dst guna berusaha memberi dan mendukung apa
yang ia butuhkan karna kita tak ingin menyakitinya.
Meskipun,
terkadang kita sampai melupakan tentang diri sendiri, sehingga pada akhirnya
merasa kelelahan dan tak sempat untuk menyadari
apakah hal hal yang kita berikan guna mencukupi kebutuhan dan pemeliharaan
dirinya cukup bisa membahagiakannya?
Karna seringkali, kita hanya menyayanginya dengan cara kita,
dengan cara berfikir kita dengan segenap kemampuan kita yang jauh dan sangat
jauh dari kesempurnaan.
Sehingga seringkali kita hanya cenderung menyakiti
orang yang ingin kita sayangi dengan rasa sayang yang terlalu berlebihan dari
yang kita miliki—kita menerapkan kepadanya nilai nilai yang kita yakini benar
dan bermanfaat—bahkan seringkali, terkesan memaksakan suatu kebaikan kepadanya.
Bahwa manusia sering terlupa, sesungguhnya benda,
hewan, makhluk hidup mempunyai keunikan keunikan yang tidak bisa dipelajari
dengan cepat, begitupula dengan suatu hubungan, deep relations.
‘Its
always takes time to know each other”
Ide ide yang kita miliki untuknya, belum tentu
cocok. Meskipun kita merasa telah memberi yang terbaik dari segala yang ia
butuhkan. Untuk itu diperlukan komunikasi bagi manusia. Dan untuk itulah Allah
menciptakan bahasa. (Suara, telinga, gambar, mata, hidung, bau bauan, kulit,
alat peraba) untuk digunakan dengan maksimal dan penuh tanggung jawab.
Kebaikan dan kepedulian kita jangan sampai
melupakan hal hal lain yang lebih penting. Sebatas apa kita harus mencintai dan
menjaga. Dan kita juga tahu, sikap yang terlalu berlebihan; dalam hal apapun
hanya akan berakibat buruk.
Jadi cintailah sesuatu itu sekedarnya saja boleh
jadi yang kamu cintai akan kamu benci dan hal yang kamu benci akan kamu cintai.
Seimbang dan keseimbangan memang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan karna
akan selalu ada perbedaan perbedaan yang perlu kita atasi dengan berbagai cara.
Bahkan, cinta tidak harus memiliki.
Dengan membiarkan orang atau hewan yang kita
cintai hidup bebas dialamnya, dengan caranya justru itu akan lebih bisa membuat
ia merasa bahagia. Maka lepaskanlah. Biarkan ia menemukan caranya dalam
menjalani hidupnya, menjalani takdirnya.
Keseimbangan.
How to love someone without getting hurt?
# Mengetahui batasan territorial
Setiap laut memiliki ciri khas yang berbeda, warna
yg berbeda, kadar garam yang tak sama, juga kedalaman yang tak pernah sama.
Setiap Negara memiliki aturan aturan dan visi misi yang berbeda, prioritas yang
berbeda sehubungan dengan latar belakang penduduknya dan Negara tetangganya. Semua memiliki nilai nilai integritas
yang berbeda beda.
Tak akan sama Negara mesir dengan sudan; meskipun
mereka bertetangga. Tak akan sama madinah dengan mekah; meskipun sama sama kota
haram. Semua memiliki keunikan masing masing, memiliki ciri khas, prioritas
tujuan kadar keunggulan di berbagai bidang yang sangat dan akan selalu berbeda.
Maka, perlu untuk diingat setiap orang bahwa setiap sesuatu memiliki cara tersendiri
dalam melakukan hal hal tertentu, termasuk orang yang sangat kita sayangi: Ibu
ayah suami istri saudara sahabat teman tetangga, siapa saja.
Jika untuk memahami diri sendiri saja kita perlu
waktu yang cukup banyak dan berkualitas; apalagi untuk memahami orang lain dan
Negara meskipun ia kita cintai lebih dari diri kita mencintai diri sendiri?
# Mengetahui setiap orang memiliki takdir
Setiap orang memiliki takdir yang harus
dijalaninya, kadar cobaan seseorang akan sesuai dengan kadar kemampuan yang
dimilikinya. Dan kadar kemampuan yang dimiliki seseorang berbanding lurus
dengan kadar tanggung jawab yang harus diembannya.
Secinta apapun, sesayang apapun kita dengan
seseorang tetap takdirNya yang akan berlaku, kita hanya bisa saling doa
mendoakan, juga tidak gengsi untuk meminta didoakan.
Juga perlu diingat, sebutuh apapun kita dengan
seseorang atau sesuatu, tetap hanya Allah lah yang harus lebih kita butuhkan
karna DIA lah kita ada, DIA lah yang menciptakan kekurangan dan kelebihan kita,
kepadaNya lah kita harus selalu bersandar, bukan pada kekasih, kehewan atau
ke-benda-an yang dipinjamkan olehNya.
Hal ini jika mampu kita sadari dan lakukan malah
akan membuat hidup kita lebih bahagia dalam keseimbangan.
Yaitu:
100% Hablum minaAllah dan 100% hablumminannas.
Semoga lah kita selalu sadar akan posisi diri di
jagad raya milikNya. Sebagai rahmatan lil’alamiin.
Sebagaimana pedoman dan landasan hidup kita adalah
Qur’an, maka seperti yang tertulis di Alquran sebagaimana firman-Nya: Bahwa
hidup ini adalah permainan belaka, canda gurau saja. Pilihlah permainan yang
mampu memancing inspirasi sesuai cara kerja kita. Permainan yg terhindar dari
dosa tentunya, bidang pekerjaan yg bermanfaat bagi diri sendiri dan semoga juga
bagi orang lain.
Cth untuk hablumminannas (salah satunya): Jagalah
pasangan atau jabatan (amanah.red) yang dititipkan kepada kita dengan baik.
Menjaganya dari jarak jauh melalui doa dan ikatan hati yang halal
(pernikahan.red) dan memberinya ruang ketika ia butuh ruang untuk berfikir,
menjauh, dan berbuat sesuatu sesuai caranya. Lalu hargailah tiap keputusannya.
Karna tiap pemikirannya merupakan jalan dari Allah. Dorongan hati, tindakan,
fikiran, mendapatkan pengawasan penjagaan atas izin Allah yang mana kesemuanya
telah tertulis di lauhmahfudz.
# Memahami dari hati
Sebagaimana kita mencintai dari hati maka
sebaiknya kita mampu melihat dan memahami dari hati. Itulah harmoni, segala
sesuatunya selaras dan seimbang antara fikiran perkataan dan perbuatan. Tentu
saja jangan putus asa karna segala sesuatu membutuhkan proses pembelajaran
bersama.
Perlu juga saya ingatkan kembali bahwa; segala
sesuatu yang terlihat seringkali tidak seperti kelihatannya. Untuk itu
diperlukan ketajaman mata hati dalam memahami segala sesuatu, terkhusus orang
yang kita sayangi.
Dengan kadar yang sepantasnya, tidak berlebih
lebihan dan tidak berkekurangan. Kita juga harus mengurus diri sendiri,
memenuhi hak hak diri serta tanggung jawab yang masih banyak lagi yang mana
kesemuanya akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.
“Kebenaran
itu seringkali tersembunyi, ngumpet. Maka berusahalah menggunakan nikmat dari
Allah dengan maksimal dan penuh tanggung jawab; telinga untuk mendengar hal hal
yang tak terkatakan, mata untuk melihat hal hal yang tidak ditampilkan,
seterusnya.”
# Menghargai dengan penghargaan yang wajar
Telah banyak kasus perceraian terjadi dimasyarakat
kita.
Akarnya selalu tentang: Perbedaan. (Justru jika
kita diciptakan sama sangat tidak
mungkin dapat bersama karna segalanya akan sangat membosankan dan jika kita
diciptakan sama tanpa perbedaan, tidak akan daya tarik menarik antar
pasangan.red) Itulah sebabnya selalu tentang; Menghargai dan Ketidakmampuan
untuk menghargai perbedaan.
Mungkin ini bersumber dari kesalahan kita bersama;
yang paham dan berpaham tidak terlalu mau perduli, kurang ingin berbagi, hanya
fokus pada diri sendiri, selalu merasa tak cukup pantas untuk menasehati
sebelum seseorang itu datang kepadanya, dsb.
Sedangkan yang tidak berpaham, tidak memiliki
cukup ilmu, selalu berjuang pula dengan caranya: Menciptakan gesekan gesekan
yang sayangnya malah menimbulkan kekacauan kekacauan baru karna
ketidaktahuannya. Padahal, bukankah di Alquran sudah tertulis (apa hadist ya)
untuk “mencegah saudaramu dari berlaku dzhalim terhadap dirinya dan zhalim terhadap
orang lain”
Kemana nilai nilai amar ma’ruf nahi munkar itu
pergi? Atau bersembunyi dalam rasa takut? Ataukah semboyan kita telah berganti
menjadi amar munkar nahi ma’ruf? Naudzubillah tsumma naudzubillah..
Marilah bersikap lebih lembut sesama manusia,
khususnya sesama umat beragama, sesama wanita, sesama laki laki sesama para ibu
sesama para ayah, sesama para artis sesama para actor sesama para pekerja
swasta sesama para pedagang sesama para manusia. Karena kita semua sama, yang
membedakan kita hanyalah ilmu-amal dan rasa tawakal.
Kita semua sama; kitalah yang membeda bedakan dan
mengotak ngotakan diri melalui nama nama yang dicipta logika yang diperintahkan
untuk bersujud kepada penciptanya.
Label sunni dan syiah label DPR label ini dan itu,
dan kita pula-lah yang memberi persepsi serta pencitraan atas nama nama
tersebut.
Jadi pandanglah dunia ini dengan perspektif yang
benar. Letakkanlah dunia ditangan bukan dihati. Berikanlah hak hak istri hak
hak anak yatim hak hak manusia dan segenap alam. Sebagaimana Firman Allah:
___________________
Akhirnya segala kebenaran datangnya dari Allah dan
kesalahan adalah murni milik saya sebagai hambaNya yang terkadang lupa dan
lengah untuk menghamba. Wallahua’lam bisshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar