Malam kedua Ramadhan 1433 H on Saturday 22 July
2012.
# Shaf
Kali ini kami shalat di masjid Al Musabbihiin.
Nuansa masjid nya tentu beda dengan masjid dimalam
pertama, semua berbeda, termasuk imam dan jemaahnya.
Dimasjid ini, makmumnya kebanyakan remaja dan anak
anak. Surat surat pendek yang dibacakan sang Imam dimasjid ini pun berbeda.
Tartilnya lebih tenang dalam syahdunya, panjang pendek dan makhroj hurf nya pun
lebih jelas, mantab lah pokoknya, Alhamdulillah.
Cuma satu yang disayangkan, karna jamaahnya
kebanyakan anak anak dan remaja jadinya berisik sehingga ngebuat ga konsen,
lebih parahnya lagi, remaja remaja yang udah bosen shalat jamaah meskipun belom
selesai tarawihnya udah langsung cabut dari shaf sehingga menyebabkan shaf
menjadi tidak rapat, bolong bolong. Semoga mereka segera mendapat ilmu yang
dapat diamalkan, dalam membentuk kesadaran beribadah dengan esensi iman yg
dapat dinikmati dalam keseharian, terkhusus Rajab sayaban Ramadhan.
And
this is a blessed message which we have sent down:
Will
ye then reject it?
(Qur’an,
The Prophets: 50)
Nah
kalo udah bolong bolong gini, siapa yang dosa coba? Yang gak ngisi tu bolong
bolong kan? Karna takut dosa, jadilah aku yang maju ngisi tu bolong bolong..
jadi dimasjid ini aku dapat pekerjaan sampingan: menambal bolong bolong yang
ada dimasjid musabbihin… Mudah mudahan besok dapat masjid yang barisan shaff
nya rapettt… kalo perlu, nyari shaf dipaling depan aja deh seperti biasa.
Ngomong tentang shaf, jadi inget shaf dimasjid
yang ada didekat rumah, shaf dijakarta, shafnya suka bolong bolong.. beda
banget dengan shaf di mushola penang (Malaysia.red) pantesan aja Indonesia suka kecolongan, ya karna shaf kita bolong bolong
..
Kasian juga umat muslim, ga semuanya sadar akan
‘kerapatan shaf’ ini. Dan aku pun terfikir untuk mensosialisasikan kegiatan
merapatkan shaf dengan benar. Apa perlu ada bagian ta’lim juga dimasjid masjid
indonesia, seperti yang ada di Boarding school?
Rasanya, sekedar pemahaman saja tidak cukup ya.
Terbukti, ketika sedang shalat tarawih aku
bertanya kesalah satu ibu ibu yang ada disampingku: Bu, biasanya dimasjid ini
shalat tarawihnya berapa rakaat ya?” ibu itu pun menjawab; “22 lalu 8” “Dua
kali salam” mungkin yang dimaksud ibu ini; 23 rakaat. Dan Saya hanya bisa
mengangguk angguk saja.
Sampai dirakaat ke4, tiba tiba shaf didepan saya
kosong lagi, banyak. Tepat disaat sudah takbir, tanpa banyak bicara dan tanpa
izin dengan ibu disebelah, saya maju dan melanjutkan shalat tarawih berjamaah.
Selesai Rakaat tersebut. Saya bertanya lagi dengan
ibu ibu disebelah saya, di area shaf yang baru bolong itu tentunya : “Bu, biasanya
shalat tarawih dimasjid ini berapa rakaat ya?” “11” Dan saya pun mengangguk
ngangguk lagi.
Tepat setelah itu, 2 rakaat berlangsung, tiba tiba
didepan shaf ibu tersebut ada yang keluar dari barisan. Saya berfikir.. ingin
maju.
“Bu, saya pindah kedepan ya? Itu shafnya kosong
bu”
“ga ….” katanya sambil menutup mulutnya agar
suaranya tidak terpecah dengan takbir bilal.
“Tapi yang saya tau, kalau sahaf didepan kita
kosong harus diisi bu” jawab saya.
“Ya terserah kamu sih” jawab ibu itu lagi. Dan
terlihatlah oleh saya kuku kuku ibu tersebut, panjang sekali. “Menurut saya gak usah maju gak apa apa, karna
sebentar lagi juga selesai kok, tapi kalau kamu mau maju yaudah, maju aja”
jawabnya lagi, ketus.
Begitulah, nampaknya sagat sulit bagi kita untuk
mempraktekkan apa yang telah kita ketahui, apa yang telah kita yakini. Itu makanya, lingkungan yang kondusif itu
mahal. Mahal nya bagaimana? Ya mahal karna disitu inti masyarakat yang sadar
secara total dan mempraktekkan nilai nilai agama yang diyakininya. Dan agak
sulit bagi kita yang muda muda ini jika harus memberi pemahaman tanpa menggurui
kepada yang lebih sesepuh, Sahhilna ya rabb..
Untuk mempraktekkan nilai nilai keagamaan, berikut
isi alquran dan sunnah rasul tentulah membutuhkan banyak hal termasuk
kesadaran. Setelah kesadaran , kita juga membutuhkan keberanian. Mengimplementasikan
apa yang telah kita ketahui memang tidak semudah keinginan.
Sebagaimana sebuah perjalanan, untuk mencapai
ketitik suatu tujuan harus memiliki keinginan yang kuat, kesehatan yang prima
daya tahan tubuh dan kuatnya jiwa terhadap segala tekanan cobaan dari keadaan
yang ada didalam dan luar diri seseorang. Dan kesemuanya ini tidak akan bisa
dimiliki, jika tanpa visi misi yang tajam dan jelas, akan mengarah kemana
perjalanan ini. Tanpa Allah, kita lemah. Allah dan selalu Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar