Dalam ritme
kehidupan beberapa hari terakhir ini, membuatku banyak harus berfikir dan
bertindak lebih bijaksana. Didasari oleh kejadian kejadian, kata kata, juga
perasaan yang ada disekitarku baik yang terkatakan secara terang terangan
maupun tersembunyi—berupa isyarat yang terasa sangat halus sekali.
Tapi sungguh, ini adalah bagian dari memperbaiki dan
meningkatkan diri.
Setidaknya, itu yang kusadari dengan cukup baik saat ini.
Pada akhirnya kehidupan ini berakhir
kembali dititik Nol. Sebagaimana semua bermula dari Nol. Dan semoga sajalah aku
kembali padaNya dalam keadaan Nol yang sebenar benarnya.
Dimana kisah ini tak hanya sekedar
tulisan rangkaian emosional namun juga logika yang tersusun dengan rangkaian
pemahaman dariNya, semoga saja tetap dalam kebenaran selalu.
Aku kurang
berdoa akhir akhir ini, meskipun sebenarnya sudah berdoa. Tetap terasa belum
dan belum maksimal sebagaimana mestinya dan seharusnya dan sebelumnya,
menggunakan asmaul husna untuk memanggilNya. Sepertinya sih, karna akhir akhir
ini jarang ber-asmaul husna. Seperti ada yang kurang, memanggilku.
Aduhai, kiranya
diri ini terlalu bodoh sehingga harus menanggung beban sedemikian ini. Kiranya
dari dulu aku tersadar dan ah ya sudahlah, seharusnya aku bersyukur saja diberi kesempatan menyelesaikan tugas
hidupku yang tersisa.
Kematian terasa
akrab denganku, meski kutau aku belum pernah mati dengan benar, namun kuyakini
ia selalu menyertai tiap langkahku. Dan cukup bodoh bagiku sehingga bisa
melupakan jadwal kematianku begitu saja, tanpa usaha keras untuk berbuat lebih
baik dan selalu lebih baik dihari ini, saat ini, detik ini. Bagi diri sendiri
juga sekitar.
Mungkinkah aku
terlalu keras pada diri sendiri atau memang diri ini harus diajarkan cara hidup
yang keras agar tidak terlalu lemah manja dan bodoh. Aku ingin hidup dengan
lebih baik, dan aku ingin bisa segera pantas untuk mendapatkan yang terbaik itu.
Bukan karna aku hambaNya yang terbaik tapi karna memang Ia selalu mendengar dan
mengabulkan doa hamba hambaNya dan tiada pernah mengecewakan sedikitpun.
Allah lebih tau,
terbaik yg kumaksud itu yang seperti apa.. Bukan yg sempurna. Tapi, yang
berusaha selalu mengingat Nya, memujaNya, meng-agung-kanNya, dan seterusnya,
Allah selalu tau, Allah selalu tau maksudku.
Aku tau, betapa
sering diriku mengecewakan Tuhanku yang Maha dalam Segala. Semogalah bukan
bagian dari kekerdilan diriku namun ah sudahlah, mari memberi hak pada tubuh
ini.
Ya Allah, Kumohon bangunkanlah hamba
dalam keadaan iman, wajah, tubuh, fikiran, wawasan, kemampuan berkomunikasi
yang lebih baik di esok hari dan esok hari selanjutnya sampai ajal menjemputku
untuk segera kembali dan bertemu Engkau, wahai pencipta Semesta.
Dan hanya kepada Engkau hamba dapat
bergantung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar