Nilai Perjuangan…
By Ari Hayati Daud
Seorang ibu, memilki nilai perjuangan yang berbeda
dengan tokoh masyarakat, ayah dan bahkan gembel sekalipun. Disini bukan
bermaksud meninggikan perjuangan satu pihak semata lalu merendahkan yg lainnya
tapi hanya ingin menjabarkan betapa nilai perjuangan yang dimiliki dan harus
dilakoni tiap orang itu berbeda beda.
Ada yang harus berjuang untuk selalu sabar dan
tabah dalam menjalani masa sakit nya dirumah sakit, berbulan bulan menghadapi
kemoterapi, bahkan dapat mengambil byk hikmah dari rasa sakitnya itu atau ada
yang harus bersabar mengurus orang orang sakit dirumah sakit, sampai tidak ada
waktu untuk mengurus diri; berkorban. Dimana-mana ada perjuangan.
Ada seorang ibu yang berjuang untuk anak anaknya,
mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, mendidik, mengasuh; sehingga tidak
ada waktu untuk merawat dirinya sendiri atau sekedar mencari hiburan yang
biasanya dilakukan. Ada yang berjuang dikantor, untuk kepentingan Negara, atau
bahkan beberapa golongan kecil. Ada yang berjuang disawah, menanam padi,
mengumpulkan peluh dijidat tanpa sempat membersihkannya untuk mendapatkan biaya
hidup sehari hari atau lebih dari itu.
Ada yang berjuang untuk memahami orang
orang yang dicintainya yang kini telah berubah. Ada yang berjuang untuk
menciptakan suatu sejarah ada yang berjuang untuk menjalani sejarah yang telah
diciptakan. Apa saja, untuk siapa saja dengan alat apa saja, perjuangan
tetaplah dinamakan berjuang. S u r v i v e . . .
Look
into your hand
Terlepas dari perjuangan banyak orang, kita juga
tentunya memiliki nilai juang yang harus diupayakan dari bangun tidur sampai
tidur kembali. Atau mungkin seumur hidup. Akan seperti itu. Memperjuangkan
kehidupan agar layak dihidupi, ditinggali.
Tapi coba merenung sebentar, dan melihat ke
telapak tangan kita. Look into your hand. Pasti ada syaraf syaraf yang
diciptakan Allah disitu. Sudahkah kita bersyukur hari ini atas susunan syaraf
yang sempurna dari Nya dan atas keindahan postur tubuh ini?
Dan sebenarnya, bukan hanya kesitu arah pandangan
ini seharusnya kita tujukan, tapi, lebih ke ask our heart, apa yang sudah kita
miliki dan mampu kita jaga? Atau kita hanya pandai mendapatkan tanpa pernah
mampu menjaga? Menjaga yg telah dititipkan Allah kepada kita juga merupakan
salah satu nilai perjuangan.
Amati, pegang dan jagalah yang kita miliki. Ini
pesan sesungguhnya yang ingin penulis sampaikan. Karna, jangan sampai karna
kesibukan kita diluar, membuat kita terlupa pada hal hal yang sudah kita miliki-dititipkan
Allah kepada kita dan seharusnya lebih kita syukuri dan jaga daripada mencari
hal hal yang belum kita miliki diluar sana.
Karna, hal hal yang kita cari, kita kejar, belum tentu dapat membahagiakan kita. Ah,
yang bener? Iya, coba fikir sendiri… apa kah jika semua target yang telah kita
tetapkan mampu membuat kita bernafas lega? Berbahagia? Tak merasa pusing?
Merasa puas dan tak merasa lelah? Jika benar, apa yang kita kejar mampu membuat
kita merasa lebih sehat, bahagia dan nyaman, maka itulah keinginan yang
sebenarnya.
Namun, bagaimana jika kita menjadi bertambah
tambah lelah dengan memilikinya? Cobalah difikir lagi….. all the best things in
life they are free. Jangan sampai, ktia sibuk memperjuangkan untuk mendapatkan
hal hal yang tidak terlalu membahagiakan. Alias, sampah.
Ya,
sampah kehidupan semu. Naudzubillah.
Hal ini bisa terjadi karna adanya sifat kurang
memperhatikan, atau ceroboh. Inattentive. Karna kecerobohan, sebuah kapal bisa
tenggelam. Karna kecerobohan, satu kampung bisa ditimpa musibah. Karna kelengahan
diri, sebuah Negara bisa hancur terjajah, tercolong. Karna kecerobohan, segala
yang besar dapat terjadi. Lantas, apakah kita mau ikut andil didalamnya?
Menjadi pengukir sejarah pada awal sebab sebuah kehancuran? Saya rasa tidak akan
ada yang mau.
Namun, kenyataannya adalah hampir semua orang ikut
andil didalam proyek kehancuran ini. Karna apa? karna tidak adanya ketelitian. Tidak
teliti pada diri sendiri, dan focus dengan apa yang ada diluar diri.
Sampai disini, im trying to understand. Ya, saya
benar benar mencoba untuk mengerti duduk persoalan orang banyak. Bukan karna
saya berhati malaikat, Saya melakukan ini karna ada banyak orang yang menjadi
korban kecerobohan satu pemimpin besar. Pemimpin apa saja. Keluarga, kampung,
kota, masyarakat, Negara, atau dunia. Pemimpin jenis apa saja. Karna kita semua
adalah pemimpin dan akan ditanyai tentang kepemimpinan kita itu diakhirat
nanti.
Perempuan dalam menangani kasus kasus kecil dan
besar. Anak anak yang sering ditinggal orangtua bekerja, Suami dalam menangani
perasaan istrinya, Istri dalam memahami suaminya, kasus pekerja kantoran dalam
memhami partnernya, kasus big boss yang tidak mudah ber empati atau malah
memanfaatkan kecerdasan emosional yang dimilikinya utnuk memperalat orang orang
lemah. Apa saja, apa saja bisa terjadi disini. Jika kita, tidak memliki perisai
yang cukup tajam, maka, merugilah.
Dan apakah perisai itu? Yaitu ilmu, amalan dan
doa.
Im trying to understand. Kenapa selalu banyak
perpecahan disana sini. Perbedaan yang tidak disyukuri. Lalu bertanya lagi
kenapa selalu banyak peperangan disana sini, karna tidak adanya kemampuan untuk
menahan diri, mengontrol diri. Dan bertanya lagi kenapa selalu tidak mampu
untuk memahami orang lain, yang akan selalu berbeda dengan diri sendiri? Itu
karna ketidak pahaman terhadap diri sendiri, konon lagi jika harus memahami
orang lain atau bahkan harus berempati dan mengontrol emosi orang lain. Tidak
mungkin sungguh sangat mustahil, kecuali keajaiban terjadi atas izin sang
pencipta perbedaan untuk memahami sejauh mana usaha kita berbuat kebaikan
dengan tetap terus bersabar sabar dan sabar.
Perbedaan diciptakan untuk menilai, sejauh apa
penghambaan dan ketaatan kita kepadaNya. Sejauh apa ketenangan itu kita
perjuangkan. Karna, hanya dengan ketenangan diri lah kita mampu melihat dan
mendengar segala sesuatu dengan lebih jelas dan tajam.
Bagaimana cara
mendapatkan ketenangan diri ditengah carut marutnya kehidupan? Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang.
PerbedaanàpemahamanàilmuàPenyesuaianàprioritasàbersyukuràtindakanàacceptableàconformàtolerance.
Conform is menyesuaikan diri, mencocokkan diri.
Tolerance is toleransi. Atau dalam istilah ppkn itu berarti saling bertenggang
rasa. Ini yang kurang. Ya, ini yang kurang dalam masyarakat kita saat ini.
Terlalu mengedepankan ego? Atau ketidakmampuan untuk menahan diri? Memahami
emosi diri? Kecerdasan emosional yang rendah? Atau kurang mampu bersedekah?
Kekurangan ilmu? Tidak menyadari nilai nilai agama adalah panutan untuk
mendapatkan menciptakan kehidupan yang lebih baik? Tidak pernah berfikir dan
bertadabbur? Apakah sudah mati rasa sehingga tidak menyadari kebaikan dalam
berkata kata baik? Atau memang lebih suka keadaan yang panas dan dramatis dari
pada aman tentram damai dan bersatu? Sebagaimana bahasa kita terkenal dengan
cirri nya yaitu, bahasa persatuan. Bukan bahasa ilmiah seperti English.
When
im hungry again I check watch but its only says 09:47
Waktu berjalan sangat lambat ketika ktia tidak tau
harus melakukan apa. aktifitas mati maka nafas pun seakan ikut mati. Tapi,
jangan sampai salah memilih aktifitas. Rutinitas. Prioritas.
Segalanya
akan menentukan akan jadi apa diri kita dimasa 10 tahun kedepan.
I
think he’s doing sarcasm. When he says the really opposite with a voice that’s
all twisty. Ini hampir sama dengan nge judge and nge blame orang lain.
Bagaimana
kamu tau hal hal seperti itu ?
Berfikir.
Lets rethink for a while. J
Jangan salah memperjuangkan hal-hal yang harus diperjuangkan dan yang tidak seharusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar