Jangan Cemburu
Oleh: Ari Hayati Daud
Jangan
cemburu terhadap keberuntungan dan kelebihan orang lain, karna, sebesar
keberuntungannya sebesar itu pula tanggung jawabnya. Jangan cemburu pada orang
lain, tapi teruslah saling mendukung satu sama lain. Kecemburuan itu hanya
nafsu buruk, bukan nafsu yg dirahmatiNya, don’t forget kneeling down and ask
Allah:
Please send us the blessing
passion.
Kita ketahui, manusia diciptakan untuk tujuan tertentu,
manusia tidak dibiarkan begitu saja, ada yang mengawasi dan mencatat amal
perbuatan yang pada akhirnya nanti akan dipertanggung jawabkan oleh manusia itu
sendiri.
kita mengetahui, perbedaan yang ada, mencakup kelebihan
serta kekurangan yang dimiliki bersama, telah diatur sedemikian rupa oleh pencipta
manusia itu sendiri, untuk suatu tujuan tertentu—yang tentu saja: Hanya Allah
yg Tau.
Terserahlah saat ini apa jenis keyakinanmu, berkeyakinan
terhadap Trinitas atau pun Allah yang Esa. Terlepas dari itu semua, pada
akhirnya kita akan mempertanggungjawabkan segala kelebihan itu kepada sang
MAHA.
Jadi, fokus kita
yang sebenarnya bukan pada kecemburuan terhadap pribadi orang lain yang menawan
dan menarik hati. Tapi kepada, seberapa besar diri ini bertanggung jawab
terhadap amanah yang harus diemban ? Sudah benarkah kita berbuat? Atau kita
hanya merusak tatanan yang ada ?
Begitulah … Watch
yourself before you watch others.
Jika kita masih belum mampu untuk tidak terlalu perduli
pada aktifitas orang lain, maka yang harus dipertanyakan adalah, apakah diri ini
sudah mencintai yang dititipkan olehnya? Ataukah merasa tidak me nyukai apa
yang telah diberi Allah?
Sangat disayangkan jika mata ini hanya fokus pada
hal-hal yang dimiliki oleh orang lain; kecantikan, kegantengan, harta,
kecerdasan, ilmu, kepintaran, ilmu, pakaian yang indah, fasilitas dunia berupa
apa saja; berikut hp keren, home theater,
mobil termewah, pakaian bermerk yang membuat penampilan lebih modis dan
percaya diri semakin meningkat, kosmetik mahal, kesemuanya itu bukanlah hal
yang pantas untuk dicemburui atau diinginkan.
Memang benar, dengan adanya fasilitas dunia, kehidupan
kita menjadi lebih mudah, saya bukan sedang memaksa dan mencuci otak untuk
segera berpaling dari keduniaan. Hanya saja, sadarilah untuk sesaat, apakah
kita sudah memiliki keinginan itu secara berlebihan atau menggunakannya sebatas
kebutuhan saja, sbg alat menuju akhirat? Demi mendapatkan kehidupan akhirat,
menggunakan anugrah yg diberikan Allah kepada kita dijalanNya.
Apakah kita memaksakan diri untuk memiliki yang ingin dimiliki
atau hanya terlalu berpasrah sedangkan hati sangat menginginkan dalam diam?
Atau berusaha meraihnya dengan niat memperbaiki kehidupan dunia yang lebih baik
guna menggapai dan memperbaiki kehidupan akhirat yang lebih baik?
Tak mudah bagi kita untuk menyelami diri sendiri, maka
apakah pantas jika disibukkan dengan urusan orang lain? Jika kita bisa berbuat
baik maka berbuatlah jangan diungkit lagi. Jika suatu ketika merasa lelah maka
berceritalah, bertukar perasaan dan fikiran, tentu saja dengan niat berusaha,
bukan berniat menceritakan aib orang lain.
Sungguh, apapun yang kita lakukan, baik yang sudah dilakukan
ataupun belum, Allah telah lebih dulu Mengetahuinya. Apapun yang terdetik
dihati kita, apakah itu sudah terdetik ataupun belum, Allah sudah Mengetahuinya.
Periksalah diri sebelum memeriksa orang lain. Dan
jangan pernah mencabik cabik hati orang lain jika tak ingin hati mu dicabik,
jangan pernah merusak ketenangan orang lain jika tak ingin ketenangan mu
dicabik. Jangan bertindak merugikan diri sendiri. Berkatalah yang benar,
berkatalah yang bijak, berfikirlah sebelum bertindak atau kesengsaraan akan
segera mendatangi kehidupanmu.
Jangan pernah menyalahkan takdir, karna itu bagian dari
rukun iman. Periksalah kadar keimanan dan keislamanmu sebelum banyak bertanya
sebelum banyak bertindak, jangan merasa orang lain selalu salah dan diri
sendiri tak pernah salah. Jangan merasa diri sendiri selalu dipersalahkan,
selalu dikucilkan sementara kita yang mengucilkan diri sendiri dengan sikap dan
tindakan yang tidak sepantasnya dilakukan sebagai orang ‘dewasa’ sebagai
manusia ‘beriman’ sebagai hamba Nya.
Berfikirlah dengan jernih, bertindaklah dengan tepat.
Berwawasan yang luas, jangan hanya beraksi dengan
keberanian sebesar bumi, karna semua hanya pinjaman karna semua hanya pinjaman.
Bersadarlah, bersadarlah…
Jangan Khawatir
Saya minta maaf, jika segala tindakan saya membuat
banyak pihak merasa khawatir karna tidak mengetahui apa hal yang sedang
terjadi. Tapi tentu saja saya hanya melakukan hal terbaik sebatas yang saya
mampu, tanpa memotong hak saya untuk beristirahat, tanpa memotong hal saya
sebagai manusia biasa.
Tapi kali ini melalui tulisan ini saya hanya ingin
menyampaikan, baik secara implicit ataupun eksplisit, bahwa, kurangilah
perasaan khawatir itu. Karna rasa khawatir yang berlebihan adalah efek dari
rendahnya tingkat keimanan dan ketaqwaan, tentu saja tulisan ini saya khususkan
kepada saudara seiman dan seaqidah dimana saja berada.
Disini, telah saya ketahui, baik secara langsung,
terang terangan atau tersembunyi. Baik melalui apa saja, sekedar sinyal ataupun
secara langsung saya ketahui, Wanita pada umumnya adalah lemah. Sekuat apapun
daya berfikir yang dimiliki, sekuat apapun tampilan yang dimiliki, namun tetap
saja kita ini manusia lemah dengan tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab
itu ada di mendidik anak anak selain mendidik diri sendiri tentunya, menjaga
harta suami, menjaga harga diri, …. Etc
Maka, saudaraku, sahabatku, kakak ku, yang kuhormati,
yang kusayangi, kucintai, kupedulikan, sadarilah bahwa kata kata memiliki
kekuatan terdahsyat. Dan pilihlah kata kata yang terbaik untuk didengarkan.
Kata kata terbaik itu ada di Alquran, bukan di lawan jenis, bukan dari hal hal
lain. Kata kata itu ada di hadist, bukan di rayuan lelaki. Kata kata itu ada di
hati, bukan dilogika yang sering mematikan ibadah terbaikmu. Kata kata itu
harus diawasi sebagaimana dirimu mengawasi orang yang kamu cintai. Perhatikan
lah dengan lebih teliti, dengan hati nurani, apakah diri sedang memberi cinta sesuai porsi? Sesuai dosis? Seperti yang
dibutuhkan oleh pasanganmu? Belum tentu sungguh belum tentu, hanya Allah yang
Maha Mengetahui, porsi seperti apa yang dibutuhkan oleh pasangan kita, karna
Allah yang menCIPTA, dan bukan kita.
Apakah cinta dan perhatian yang kita berikan sudah
persis seperti yang dibutuhkan mereka atau hanya merusak eksistensi diri
mereka? Atau hanya merusak kepribadian ibadah mereka yang sesungguhnya?
Tangguhkanlah rasa cinta mu yang semu, rasa cinta yang tak berlandaskan
keikhlasan.
Lantas seorang teman pernah bertanya:
KEIKHLASAN SEPERTI APA YANG DIHARAPKAN DARI MANUSIA?
Pertanyaan yang masuk diakal kita, sebagai manusia
berakal.
Saya tak sedang berharap keikhlasan seorang manusia
karna iman manusia selalu naik dan turun, tapi yang wajar jika sedikit berharap
dan berdoa, sebagaimana doa yang diajarkan Nabi kita Muhammad Saw, adalah cinta
yang berlandaskan karna Allah. Setidaknya berusaha, bukan berharap sepenuhnya.
Setidaknya berdoa untuk yg terbaik, karna Allah pengabul segala.
Allahumma
inni asaluka min kulli khoir
Wa
‘audzubika min kulli syarrin
Wa
astaghfiruKa min kulli dzanbin.
Meminta
segala takdir yg terbaik dari Nya
Dan
meminta perlindungan dari segala takdir buruk yg telah ditetapkan Nya yg telah
tertulis di lauhul mahfuz
Meminta
ampun dari segala dosa yg telah diperbuat dan yg mungkin akan diperbuat di hari
depan.
Teguhkanlah
kami dijalanMu ya Allah.
Amin
ya rabbal’alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar