Senin, 23 Desember 2013

Musim Ujian





Musim Ujian, Desember 2013.
Nulis Sebelum belajar, belajar, belajar!

Udah berapa hari maen terus, ga fokus, ga konsen.
Udah berapa lama ga ketawa-tawa, kangen senang senang.
Tapi hidup ga berjalan mundur, maju terus maju.
Tanggung jawab ga bisa diabaikan, semua minta diperhatiin.
Memang sih, udah lama aku gak ngegunain otakku.
Tapi bukan karna aku ga mau!
Tuntutan, tuntutan dan manusia Cuma bisa menuntut yang katanya hak saja.
Tanpa pernah mau mencoba sedikit saja sadari kewajiban kepada Allah, Tuhannya.
Aku ga mau mengeluh lebih dari ini Tuhan
Meski tentu saja Engkau selalu memahamiku

5 soal Dari professor kuajak keliling keliling otakku yang tumpul karna ga pernah diajak senang senang lagi. Pengen ketawa, ga lucu. Pengen tutup buku, perasaan emang dari berapa jam dan berhari hari lalu aku ga buka buku. Sementara musuh musuh halus dan musuh musuh berbentuk selalu menertawaiku.

Terserahlah, konyol saja tulisan yang kurangkai. Meski kebudayaan kebudayaan berteriak teriak memanggilku untuk segera menggabungkan kebaikan kebaikan yang ada pada mereka. Memilah milah, yang mana yang harus dipertahankan dan digunakan diindonesia dan mana yang harus dibuang, direvisi, diganti yang baru agar bangsa ini tetap berbangsa dan bernegara satu, republic Indonesia. Kuat dan seharusnya tetap kuat.

Kebudayaan kebudayaan itu masih terus memanggilku dan aku masih terus diam, meski mereka sudah merayu; abaikan kekuranganku. Halah, dunia! Mereka selalu begitu, kita selalu begitu, menunjuk dan terus menunjuk tanpa melihat kedalam diri. Nol per nol.

Meski sistem pemerintahan merintih meratap dengan bahasa bahasa yang disamar samar kan melalui teriakan teriakan keputusasaan mereka. Tak sadar juga ya, alquran hadist, agama, hukum Tuhan, akhirat, wajah Allah dan bukan surga semata. Kalau mau pilih dunia ya terserah, tapi jangan ganggu aku, jangan ganggu kami.

Meski keluarga keluarga mulai berkata dan bertanya: “Tolong” “Bisakah” “Yasudahlah” “Selalu salah” ‘Romantis” “Lelah’ “s*****” dan seluruh titik itu bertemu menjadi satu kotak hitam putih lalu menjadi abu abu. Aku benci sekali tempat abu abu, tapi tak bisa terbang meninggalkan kewajibanku sebagai hambaNya. Maka, keputusan memang harus dibuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar