Sabtu, 07 Desember 2013

Japan Memoirs

Medan, 6 Oktober 2013.
Berulangkali membaca kata2 yg sama dihalaman yg sama, page 12. Pada buku "The japanese experience in indonesia: Memoirs of 1942-1945" yg diluncurkan Ohio University. Kurasa getarannya akan selalu terasa.

Begini petikannya: "After expressing admiration for their determination & enthusiasm, i said, i believe that those who devote themselves to the nationalist movement and revolution must be prepared to aacrifice your lives if necessary.' Suprised at my unexpected words flickered briefly over said Abu bakar's face, before he replied proudly, 'we wouldnt regret whatever fate might befall us, as long as it was on behalf of the people & islam. I hereby swear my determination before God. All Acehnese feel the same."

Petikan tuliaan diatas tak ada apa apa nya jika tak termaknai melalui Rasa dan logika. Betapa sedari dulu kepentingan berjalan diatas kepentingan telah terwarnai dgn baik; tak heran jika jihad menjadi pilihan yg masuk akal dari segala pilihan yg menyudutkan. Wajar jika rabiatul adawiyah ingin membakar surga & menyiram neraka; karna toh, dgn akal yg liar & nurani yg tak berfungsi, surga tak lagi penting; tak dibutuhkan krn hanya sebagai simbol yg melambai merayu tuk segera menujuNya.

Manusia telah ciptakan surga didunia, yg mereka ingin hanya dunia; konyol. Sehingga neraka tak lagi ditakuti karena kita sudah rasakan nikmatnya neraka; jadi, tak ada yg perlu ditakuti lagi selain pencipta itu sendiri, Allah.

Dan tak ada lagi yg bisa dirindukan selain wajah Allah, melalui jalan yg diridhoiNya, ditetapkanNya.
Ya fatah ya 'alim ya karim ya ghaffar ya rahmanurrohiim..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar