Minggu, 13 Oktober 2013

Krisis Jiwa

Medan, 11 Oktober 2013/6 Dzulqadah 1434 H

Tulisan ini berawal dari curhatan seorang teman yang mengatakan ia sedang krisis Jiwa.
Dalam hal ini saya bersyukur karena ia menggunakan kata kata yang baik : Krisis, bukan rusak. Sebagaimana krisis bersaudara dengan melemah.

Memang sih, krisis moneter, krisis bahasa, krisis Tauhid, Krisis apa saja yang dibahas para pakar yang bertitel profesor dibidangnya akan bermuara ke krisis jiwa, dan kebalikannya.

Sangat banyak paea Tokoh yang bermunculan mengeluarkan solusi sebagai wujud bersyukur karena telah dititipkan ilmu oleh Allahmkepadanya, maka saya hendak memberi satu hadis yang saya kira telah diketahui umum pula, namun tak ada salahnya mengulang ulang kata kata baik sebagaimana keburukan lebih banyak diulang ulang dan disebar sebar.

Hadis ini tentang Hukum (Kekuasaan, Jabatan, Keputusan, Pengadilan)

"Taatilah Allah dan Taatilah Rasul (Sayyidina Muhammad Saw) dan Ulil Amri (Pemegang kekuasaan) diantara kamu." (QS An Nisa (4): 59)

"Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang orang fasik." (Al Maidah: 47)

Dua ayat quran diatas mengingatkan kita untuk mematuhi Rasulullah saw (Allahumma shalli 'ala sayyidina muhammad wa ala ali sayyidina muhammad) dan pemimpin kita.
Namun, bagaimana jika sikap kepemimpinan pimpinan kita bertolak belakang, atau mengesampingkan mungkin pula mengabaikan dengan anjuran, nasihat AlQuran dan Sunnah ? Baik itu karna krisis jiwa, melemahnya iman, mengendurnya etos kerja, menguapnya niat lillahi ta'ala karna pengaruh polusi lingkungan dan sebagainya. Maka, apakah dosa dosa diletakkan di Tengkuk paea pemimpin ? Sungguh, ini bukan kapasitas saya untuk memberi nilai. Semua itu akan mendapat ketentuan dari Allah swt, saya cuma hamba Nya.

Perlu untuk diketahui bersama, orang yang meminta kepemimpinan (Jabatan), maka akan ditundukkan pada jabatannya. Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, Beliau bersabda,
"Sungguh kelak kalian akan tamak terhadap kekuasaan, dan itu akan menjadi penyesalan dihari kiamat. Alangkah baiknya yang menyusui (yakni dunia) dan alangkah buruknya yang menyapih (yakni setelah kematian)." (HR Shahih Bukhari)
Sungguh jika sudah terlanjur menjadi pemimpin; entah dengan cara apapun yg diizinkan Allah, saran saya hanya: cobalah untuk berjihad. Jihad banyak macamnya, bukan hanya dengan pedang taoi bisa juga dengan menggunakan anugrah yang diberikan Allah kepada kita untuk dimanfaatkan kepada orang banyak.
Namun jika dengan anugrah yg dititipkan tersebut bahkan tak bisa untuk menolong diri sendiri, silahkan meng evaluasi program kerja masing masing diri kita pribadi, termasuk saya.
Baik itu yg bersifat materil atau non materi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar