Minggu, 27 Oktober 2013

Al-ashr

Al Ashr, Etos kerja yang Menggetarkan.
Oleh M Taufik Hidayatullah, MSi
Kandidat Doktor Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Imam Syafii pernah mengatakan bahwa untuk mengatur dunia ini sudah cukup bila Allah swt hanya menurunkan satu surah al Quran saja, yaitu surah al Ashr, kalaupun semua surah lainnya tidak diturunkan ke dunia. Pernyataan ini tentu sangat mengejutkan dan mengundang pertanyaan besar. Tulisan ini akan coba mengurai secara singkat makna pernyataan salah satu imam mazhab ahli sunnah terkenal tersebut.

Surah Al Ashr terdiri dari 3 ayat, yang bila diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia akan seperti ini bunyinya: "Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."

Arti penting kata 'ashr
Kebanyakan orang hanya tahu arti Al ashr sebagai masa atau waktu, sehingga titik tekan pemahamannya hanya sebatas pada pentingnya waktu. ciri ciri dari yang pemahamannya seperti itu adalah mengartikan ayat pertama surat al ashr dengan 'Demi masa'. Hal itu tentu tidaklah salah, namun akan menjadi lebih baik lagi bila kita perluas lagi wawasan pemahaman dari referensi yang relevan.

Dalam bukunya, Tasmara (2002) disebutkan bahwa kata al-ashr dalam al Quran digunakan untuk 3 hal, yaitu: Pertama, Memeras sesuatu hingga tidak ada lagi air yang menetes. Kedua, Angin puting beliung yang menghancurkan seluruh rintangan yang menghalangi. Ketiga, air yang terbang ke awan kemudian menurunkan hujan ditempat gersang.

Dengan demikian kata al-ashr bukanlah kata sembarangan, melainkan suatu kata magis yang mendorong umat Islam untuk bangkit memimpin panggung dunia global. Caranya dengan bekerja total hingga tidak ada lagi tenaga yang tersisa, seperti ampas kelapa parut yang diperas tangan tidak menyisakan santan lagi; bekerja penuh solusi meski menghadapi kesulitan, bagaikan kekuatan tornado menyapu permumkaan bumi; dan bekerja kreatif melalui berbagai terobosan, meneladani kinerja air yang menyirami dan menyuburkan tanah tandus sekalipun.

Dorongan Allah SWT melalui surah Al ashr tersebut merupakan sebuah rangsangan yang sangat jelas agar umat islam bertafakur (memikirkan proses) yang berujung pada dorongan untuk memiliki sikap yang produktif.

Benarkah manusia merugi ?
Setelah mengingatkan kita tentang sebuah koonsep yang ajaib tersebut, yang lebih berupa filosofi kerja, maka Allah SWT melanjutkan dengan menyebutkan hakekat diri manusia yang dikatakan merugi: "Sesungguhnyna manusia itu berada dalam kerugian." Benarkah manusia itu merugi dalam seluruh kehidupannya?

Untuk memahaminyna, kita akan lihat bagaimana siklus pekerjaan sehari hari kita lakukan. Taruhlah tentang makan yang didorong oleh perasaan lapar. Setelah makan pun kita akan lapar kembali. Dan itu akan berulang secara terus menerus tanpa mempengaruhi tingkat kualitasnya. Dalam bahasan gugus kendali mutu seperti Keizen atau Siklus Deming, tentulah pekerjaan tersebut tidak akan bisa ditingkatkan lagi Begitu juga pekerjaan lainnya.

Apakah bekerja mencari nafkah akan berbeda kondisinya? Aktivitas kerja manusia pada umumnya akan menghasilkan sebuah keluaran berupa uang. Kita bekerja keras setiap hari sampai lelah untuk mendapatkan imbalan di awal bulan, biasanyna. Hasil tersebut kemudian dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari hari sampai habis di akhir bulan. Selanjutnya, setiap hari kita pun kembali mencari rezeki dengan bersusah payah dan melelahkan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Begitulah proses tersebut terjadi tiada henti. Ternyata bekerja mencari nafkah pun sama saja, kembali ke posisi semula sebagaai suatu proses berkelanjutan.

Kesimpulannya adalah, memang benar apa yang Allah SWT katakan bahwa, selama hidup di dunia, manusia akan mengalami hari hari yang melelahkan dan cenderung membosankan pada setiap waktunya.

Kiat menjadi beruntung
Meski demikian Allah SWT tidak menciptakan segala sesuatu tanpa tujuan (Mahmud, 1991). Allah menciptakan manusia dengan suatu tujuan. Wujudnya terdapat pada lanjutan ayat mengenai pengecualian dari manusia yang merugi yitu: "Mereka yang beriman dan melakukan amal shaleh dan selalu nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."

Dengan beriman, manusia akan optimistis dalam mengarungi samudra kehidupan ini. Dengan beramal shaleh manusia akan menjadi makhluk merdeka dan punya martabat. Dengan saling mengingatkan niscaya akan terhindar dari kehancuran. Lebih jauhnya, bumi ini akan damai dan sistem yang sehat dalam segala bidang kehidupan akan terbentuk.

Bila sudah demikian, bukankah visi agama sebagai rahmatan lil 'alamin akan tercapai? Rupanya hal itulah yang menjadi pemikiran Imam Syafi'i tentang kandungan surah al-ashr tersebut. Sehingga surah tersebut dapat disebut sebagai surah 'sakti'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar