Kamis, 11 April 2013

Time to Time.



Time To Time.

Ada sekitar 42 kertas potongan kecil berwarna putih yang bertuliskan tema ataupun judul untuk kukembangkan menjadi tulisan. Ini merupakan sisa dari 2 kotak makanan  yang kuisi potongan potongan kertas demi melatih diri menulis ketika masih memiliki kamar di lantai 2, didekat teras atas yang sudah sangat jarang digunakan semenjak saudara-saudaraku berkeluarga dan hidup di beberapa kota yang berbeda.
Potongan potongan kertas kecil ini merupakan pekerjaan rumah bagiku, yang bisa saja segera kuselesaikan dengan cepat tanpa memikirkan kualitas dan makna dari pekerjaan ini. Tapi sengaja saja ia kutunda, karna aku ingin melakukan sisa sisa pekerjaan ini dengan cukup baik, totalitas, setidaknya ya, berusaha bersungguh sungguh untuk focus menulis, dan tidak sekedar melengkapi dan menuntas kan yang sudah kumulai.

Segera kuambil satu kertas berpotongan persegi panjang itu acak, dan membaca. ‘Time to time’
Dari waktu ke waktu. 

Menulis tentang waktu, aku teringat hari hariku di bulan april ini, momen yang bersejarah dalam hidupku salah satunya yaitu mengikutsertakan diri pada kegiatan pemilihan pertukaran pemuda antar Negara 2013 di Medan, Sumatera Utara. Kegiatan ini diadakan oleh Menpora melalui PCMI. PCMI merupakan singkatan dari Purna Caraka Muda Indonesia. Seleksi ini diadakan tiga tahap, seleksi awal tes tentang Grammar dan General Knowledge. Lalu Discussion, dan ditutup persentasion. Semuanya dilakukan dengan bahasa inggris, tentu saja. 

Mungkin ditulisanku yang lain bisa kutuliskan rentetan peristiwa dengan sedikit detail ketika aku mengikuti tes ini, agar calon PPAN di tahun tahun berikutnya mendapat manfaat dari tulisan yang berdasar dari pengalaman pribadi, tidak dibuat buat, tidak dikarang. Nyata dan merupakan fakta, bukti sejarah hidupku.
Kupersingkat tulisan ini dengan memberitahu pembaca bahwa, Alhamdulillah aku bisa lulus di tahap seleksi pertama tes PPAN 2013 yang materi nya seperti yang saya tulis diatas tadi. Tapi sayang, dihari ketiga, dites kedua, saya memutuskan untuk mengundurkan diri, berhenti, tidak mengikuti, tidak datang dihari tes.
Beberapa keluarga yang sudah tau bahwa aku mengikuti tes ini merasa kecewa, dan bahkan tidak sedikit yang marah juga sampai adik-ku yang jarang berkomentar ikut mengeluarka apresiasi kekecewaannya. Yah, semua suara mereka bernada sama: Kecewa.
Mereka kecewa karna aku menyia nyiakan keberuntunganku. Sedangkan aku merasa tidak bisa menjelaskan dengan baik, alasan dari keputusan ini. Dijelaskan pun, mereka tidak akan sepenuhnya mengerti, meskipun sudah kucoba—meski sedikit, untuk memberi jawaban. Agar tidak banyak yang merasa bingung, marah, kesal, dan emosi negative lainnya hanya karna tidak mengerti akan sikapku.
Tentu saja aku punya alasan dalam sikap dan keputusan ini, termasuk diantaranya karna: Tiba tiba aku merasa ada suara dihatiku yg berkata 
“Ah, untuk apa sih ikutan seperti ini?” 
“Emang penting ya?” 
“Lebih penting lagi focus di ngumpulin duit buat umroh.” 
“Emang penting ya kamu menunjukkan bakat-bakatmu yang dititipkan Allah ke mereka?"
"Emang penting menunjukkan ke mereka gerakan gerakan tarian ballet yg penuh estetika?” 

Masih banyak, masih banyak sekali rentetan pertanyaan dan rayuan hati kepadaku disubuh itu. Pukul 3:45 ku alarm ku berbunyi, membangunkanku untuk latihan ballet disubuh buta. Ketika itu, dengan mata mengantuk aku memaksa diri untuk bangun.

Dengan sedikit rasa malas, karna masih ingin tidur karna kelelahan mengikuti ujian dihari pertama yg selesai pada pukul 10.30 malam. Aku memaksakan diri menggerakkan tubuh dan mulai melatih tubuh dengan gerakan gerakan ballet. Tapi, ketika sudah hampir “panas” dan hilang rasa kantukku, ada rasa bingung yang melanda. Ketika sudah mulai mendapat bayangan farmasi untuk rencana performance ku, aku mulai merasa ada yang salah. Ketika sudah mulai merasa larut dalam tarian tarianku aku semakin merasa senang, tapi disatu sisi… ada hal lain yang kurasakan. 

Dan kelabilan itu ditutup dengan sebuah keputusan, aku tidak akan mengikuti tes dihari kedua ini. 
Karna aku tidak ingin menampilkan ballet. Kenapa harus ballet? Karna di formulir sudah tertulis, ballet lah salah satu kemampuanku. Dan aku lupa menulis fotografi sebagai bagian dari ketrampilanku.
 Jadi, tentu saja ballet yang harus kutampilkan. 

Namun, seketika hatiku membantah, tidak ingin melakukannya. Akhirnya kubatalkan saja dan akhirnya, terabaikanlah semua persiapan yang sudah kulakukan, berupa baju, sepatu, niat, doa, keinginan untuk menjadi salah satu alumni program pertukaran pemuda ke kanada atau mungkin Australia, aku menutup kesempatan ini dengan menguatkan hati. 

Aku memilih menjadi loser. Pecundang yang berhasil mendengarkan dan memprioritaskan suara hatinya dari pada suara logika. Mereka boleh mengatakanku plin plan, boleh mengatakanku selalu setengah setengah dalam melakukan sesuatu. Ya, boleh saja. Itu hak mereka, pendapat mereka tentang hamba Allah yg bernama Ari hayati. 


Aku juga berhak untuk menentukan langkah kaki ku. Kemana kaki ini harus kugunakan, dan kubawa.Karna segala sesuatunya, akan dipertanggungjawabakan. . .



Tidak ada komentar:

Posting Komentar