Musim Ujian, Desember 2013.
Nulis Sebelum belajar,
belajar, belajar!
Udah berapa hari maen terus, ga fokus,
ga konsen.
Udah berapa lama ga ketawa-tawa,
kangen senang senang.
Tapi hidup ga berjalan mundur, maju
terus maju.
Tanggung jawab ga bisa diabaikan,
semua minta diperhatiin.
Memang sih, udah lama aku gak
ngegunain otakku.
Tapi bukan karna aku ga mau!
Tuntutan, tuntutan dan manusia Cuma
bisa menuntut yang katanya hak saja.
Tanpa pernah mau mencoba sedikit saja
sadari kewajiban kepada Allah, Tuhannya.
Aku ga mau mengeluh lebih dari ini
Tuhan
Meski tentu saja Engkau selalu
memahamiku
5 soal Dari professor kuajak keliling
keliling otakku yang tumpul karna ga pernah diajak senang senang lagi. Pengen
ketawa, ga lucu. Pengen tutup buku, perasaan emang dari berapa jam dan berhari
hari lalu aku ga buka buku. Sementara musuh musuh halus dan musuh musuh
berbentuk selalu menertawaiku.
Terserahlah, konyol saja tulisan yang
kurangkai. Meski kebudayaan kebudayaan berteriak teriak memanggilku untuk
segera menggabungkan kebaikan kebaikan yang ada pada mereka. Memilah milah,
yang mana yang harus dipertahankan dan digunakan diindonesia dan mana yang
harus dibuang, direvisi, diganti yang baru agar bangsa ini tetap berbangsa dan
bernegara satu, republic Indonesia. Kuat dan seharusnya tetap kuat.
Kebudayaan kebudayaan itu masih terus
memanggilku dan aku masih terus diam, meski mereka sudah merayu; abaikan
kekuranganku. Halah, dunia! Mereka selalu begitu, kita selalu begitu, menunjuk
dan terus menunjuk tanpa melihat kedalam diri. Nol per nol.
Meski sistem pemerintahan merintih
meratap dengan bahasa bahasa yang disamar samar kan melalui teriakan teriakan
keputusasaan mereka. Tak sadar juga ya, alquran hadist, agama, hukum Tuhan,
akhirat, wajah Allah dan bukan surga semata. Kalau mau pilih dunia ya terserah,
tapi jangan ganggu aku, jangan ganggu kami.
Meski keluarga keluarga mulai berkata
dan bertanya: “Tolong” “Bisakah” “Yasudahlah” “Selalu salah” ‘Romantis” “Lelah’
“s*****” dan seluruh titik itu bertemu menjadi satu kotak hitam putih lalu
menjadi abu abu. Aku benci sekali tempat abu abu, tapi tak bisa terbang
meninggalkan kewajibanku sebagai hambaNya. Maka, keputusan memang harus dibuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar