Bila
Kamis,
26 Desember 2013
Ari
Hayati
Bila Hidup
terdiri dari pilihan-pilihan konyol yang tidak bisa dipastikan kebenarannya,
maka akan kita buat segala sesuatunya menjadi terlihat lebih konyol lagi. Namun
bila segalanya terlihat lebih jelas alur kebenarannya, maka kebenaran itu akan
semakin mendekati nilai kebenaran hakiki menuju kebahagiaan hakiki.
Bila dalam perjalanan hidup ini harus membuat
keputusan yang tidak menyenangkan dan termasuk diantaranya meminta maaf
terhadap hal yang sebenarnya tidak kita buat atau bukanlah merupakan kesalahan
kita perorangan, maka langkah yang bisa dilakukan terdapat di tiga hal ini:
A.
Meminta maaf dengan tujuan mendapat
Ridho Allah karna menghindari diskusi panjang, debat yang melelahkan dan
menghabiskan energi.
B.
Membuat Damai alam semesta, untuk
mendapatkan Ridho Allah ataupun strategi baru yang lebih bersih lebih baik
lebih mampu dicerna berbagai kalangan.
C.
Berdoa dalam sabar dan shalat sambil
meyakini bahwa kebenaran akan selalu terungkap, mungkin bila jasad kita didunia
sudah tiada. Dan dengan ketiadaan itu membuat insyaf banyak manusia.
Fungsi
Maaf disini, sebagai pelengkap dalam etika bermasyarakat, tanpa harus membuat
diri terbakar oleh emosi yang tidak menguntungkan jiwa dan tubuh. Ini hanya
seperti hubungan diplomatik antara diri dan sekitar, intern dan ekstern.
Sesuatu yang berwarna lebih lembut, melunak namun tidak mengeras dan bukan pula
rapuh. Ia hanya sebagai media pelunak hati orang-orang yang belum terlunakkan
oleh ruang, waktu dan sesuatu yang hanya Tuhan Allah yang mengetahui.
Begitulah, bahwa nilai kebenaran itu tak selalu
dapat dipastikan seperti matematika yang memiliki alurnya yang sangat jelas.
Tidak berbelit belit, tepat, pasti. Nilai kebenaran di zaman Teknologi ini
menjadi semakin abu-abu karena bercampurnya segala ilmu, berkembang dengan
pesat segala daya fikir dan kepentingan. Bertaburan bagai bintang yang hanya
mampu berkedap-kedip dikala malam datang, membentuk keindahan sementara yang
tidak memberi petunjuk apapun selain ruang imaji yang mungkin saja telah
terlupa untuk bersujud dan ‘bersujud’ dalam pembaurannya dengan alam semesta.
Bagaimana kehadiran Bulan dan Matahari dapat
bersinergi tanpa merusak tatanan yang ada? Mereka tetap pada jalurnya masing
masing, Tak tersentuh oleh apapun, hanya bergerak dan bertugas sebagaimana
mestinya. Tidak menunda sedetikpun dan tidak menyepelekan tugas tugas yang
diberiNya. Tetap sebagaimana bentuknya, tidak berubah dan akan semakin indah
dalam ke istiqomahan mereka.
Dan bagaimana kehadiran Matahari dan bulan dapat
membahagiakan penduduk bumi, mereka ada untuk memberi kehangatan, kebahagiaan,
inspirasi, motivasi, Pengobat rasa bosan, Penunjuk Arah, peringatan tentang
adanya perubahan waktu dan musim, juga petunjuk petunjuk lainnya sebagaimana
perintahNya. Dan kita selalu sama, dalam tugas tugas yang berbeda: Hamba Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar