Imam Ja’far al-Shadiq berkata :
“Seorang laki-laki berkata kepada Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib : “Demi Allah! Sesungguhnya aku benar-benar mencintaimu!” (Laki-laki ini mengatakannya tiga kali kepada Imam)
Namun Imam Ali justru berkata kepadanya : “Demi Allah! Engkau tidak mencintaiku!”
Mendengar hal ini marahlah laki-laki ini : “Engkau mengatakan demikian, demi Allah! Seolah-olah engkau mengetahui apa yang ada di dalam hatiku!?
Imam Ali menjawab : “Allah telah menciptakan ruh-ruh (arwah) sebelum badan-badan (ini) seribu tahun dan tidak kulihat ruhmu di sana!” (Bihar al-Anwar 61 : 132)
Dalam sebuah riwayat lain dari Ashbagh Nabati, ia berkata, “Suatu hari kami bersama Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib, lalu datang seorang lelaki memberi salam kepada beliau dan berkata, “Wahai Amirul Mu’minin! Sesungguhnya, demi Allah! aku benar-benar mencintaimu karena Allah, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi dan aku tunduk kepada kepemimpinanmu (wilayah) baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan”.
Saat itu Imam Ali memakai pakaian usang. Setelah mendengar perkataan lelaki tersebut Imam menundukkan kepalanya Imam seraya mencucuk-cucukkan tanah dengan tongkatnya sambil merenung.
Akhirnya Imam mengangkat kepalanya menatap si laki-laki lalu berkata : “Sesungguhnya Rasulullah saww telah menyampaikan seribu ilmu kepadaku, dari masing-masing ilmu ada seribu bab. Sesungguhnya ruh-ruh orang-orang beriman sudah berjumpa (sebelumnya) dan saling menyesuaikan diri serta saling mengenal. Maka ruh-ruh yang saling mengenal itu akan saling menyayangi. Sebaliknya ruh-ruh yang tidak saling kenal akan saling berselisih. Karena itu, dengan hak Allah, engkau telah berdusta! Aku tidak mengenal wajahmu di antara wajah-wajah (orang beriman) dan aku juga tidak mendapati namamu di antara nama-nama mereka (orang-orang beriman di zaman azali itu!).
Kemudian masuk lagi seorang laki-laki lainnya lalu berkata, ”Wahai Amirul Mu’minin! Sesungguhnya aku benar-benar mencintaimu karena Allah, dan aku mencintaimu baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan”. Kembali Imam mencucuk-cucukkan tanah dengan tongkat sambil berpikir, lalu beliau mengangkat kepalanya dan berkata kepada lelaki tersebut : “Engkau telah berkata benar! Pergilah dan kenakanlah jubah kefakiran! Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah saww bersabda : “Wahai Ali putera Abi Thalib! Kefakiran lebih cepat datangnya kepada orang-orang yang mencintai kita (Ahlul Bait) daripada meluncurnya air bah ke dasar lembah!” (Bihar al-Anwar 61 : 134)
Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang dan berkata kepada Imam Muhammad al-Baqir ~ salam baginya ~ : “Demi Allah! Sesungguhnya aku benar-benar mencintai kalian, wahai Ahlul-Bayt!” Imam menjawab, “Kalau begitu kenakanlah bala’ (ujian) sebagai jubah (jilbaaban)(mu), karena demi Allah! Sesungguhnya kedatangan bala’ kepada kami lebih cepat, kemudian datang juga ke pengikut setia kami (syi’atuna) daripada meluncurnya air bah menuju dasar lembah (wadi). Dan kamilah yang pertama kali diterjang bala’, baru setelah itu kalian (pengikut kami). Dan kami (Ahlul-Bayt) pula yang pertama kali mendapat kelapangan (di akhirat) baru kemudian pengikut setia kami.”
(Bihar al-Anwar 46 : 360)
Imam Ali adalah orang yang pertama kali masuk Islam. Abu Ya’la meriwayatkan dari Ali, bahwa Ali telah berkata: “Rasulullah diutus pada hari Senin dan aku masuk Islam pada hari Selasa.”
Abdulbirr dalam kitabnya yang berjudul al-Isti’ab mengetengahkan sebuah hadits yang berasal dari Imam Ali , bahwa Rasulullah saw berkata kepada Siti Fatimah ra: ‘Suamimu adalah orang yang terkemuka di dunia dan akhirat, ia sahabatku yang pertama memeluk Islam, yang paling banyak ilmunya dan paling besar kesabarannya’
Dalam hal nasab, seperti diriwayatkan oleh Thabrani, bahwasanya Rasulullah saw telah bersabda: “Allah menciptakan keturunan setiap Nabi dari tulang sulbinya sendiri, namun Allah menciptakan keturunanku dari tulang sulbi Ali bin Abi Thalib.”
Hal ini diperkuat dengan hadits yang bersumber dari Umran bin Hushain, bahwa Rasulullah telah berkata: “Apakah yang kamu inginkan dari Ali, apakah yang kamu inginkan dari Ali, apakah yang kamu inginkan dari Ali? Sesungguhnya Ali dariku dan aku darinya. Ia adalah pemimpin semua orang mukmin sesudahku.”
Ibnu Abbas ra meriwayatkan sebuah hadits, bahwasanya Rasulullah saw menyatakan: ‘Manusia diciptakan dari berbagai jenis pohon, sedang aku dan Ali bin Abi Thalib diciptakan dari satu jenis pohon (unsur). Apakah yang hendak kalian katakan tentang sebatang pohon yang aku sendiri merupakan pangkalnya, Fatimah dahannya, Ali getahnya, al-Hasan dan al-Husein buahnya, dan para pencinta kami adalah dedaunannya! Barangsiapa yang bergelantung pada salah satu dahannya ia akan diantar ke dalam surga, dan barangsiapa yang meninggalkannya ia akan terjerumus ke dalam neraka.”
Imam Ali bin Abi Thalib wafat sebagai syahid pada hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan tahun 40 Hijriyah ketika sedang melaksanakan sholat Subuh. Beliau dikarunia lima belas orang anak laki-laki dan delapan belas orang anak perempuan:
- Hasan
- Husein
- Muhsin (meninggal waktu kecil) (beliau beliau Ibunya Siti Fatimah binti Rasulullah saw)
- Muhammad al-Hanafiah (Menurut satu pendapat keluarga Ba Qasyir di Hadramaut adalah keturunannya)
-Abbas
-Usman
-Abdullah (beliau beliau r.a. syahid bersama saudarnya Husein & Ibunya adalah ummu Banin binti Hazam al-Kilabiyah)
-Ja’far
-Abdullah
-Abu Bakar (Ibunya Layla binti Mas’ud Al-Nahsaly)
-Yahya
-Aun (Ibunya binti Umais al-Khosmaiy)
-Umar al-Akbar (Ibunya ummu Habibah al-Taghlibiyah)
-Muhammad al-Ausath (Ibunya Amamah binti Abi Ash)
-Muhammad al-Asghor
Kelima belas anak laki-laki tersebut sesuai dengan pendapat al- Amiri, sedangkan Ibnu Anbah menambahkan nama: Abdurahman, Umar al- Asghor dan Abbas al-Asghor. Adapun yang membuahkan keturunan ada lima, yaitu: Hasan, Husein, Muhammad al-Hanafiyah, Abbas al- Kilabiyah dan Umar al-Tsa’labiyah.
Sedangkan anak perempuannya dalam riwayat yang disepakati berjumlah 18 orang, yaitu: Zainab, Ummu Kulsum, Ruqoyah, Ummu Hasan Ramlah al- Kubra, Ummu Hanni, Ramlah al-Sughro, Ummu Kulsum al-Sughro, Fathimah, Amamah, Khadijah, Ummu Khoir, Ummu Salmah, Ummu Ja’far, Jamanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar