Jangan Mengkhawatirkanku..
Sudah dua hari aku tidak menulis. Meski hasil
tulisanku hanya berupa recehan dan bukan proyek besar, tapi aku senang saja.
Dan berharap tulisan recehku dapat terus bermanfaat karena masih saja ada yang
mau membacanya. Tentang respon langsung atau feed back tidak terlalu
kuhiraukan, karena bukan feedback yang kuutamakan. Aku menginginkan RidhoNya
dalam setiap huruf yang kuuntai. Dan maaf, jika sampai kini, ada jempol dan
komentar yang belum kujawab. Bukan tanpa sebab memang, sebagaimana kalian
berfikir, tapi juga bukan tanpa akibat aku memilih untuk diam. Aku lebih suka
hening ini, kawan. Mengingatkanku akan kuburan. Damai, tenang, menggembirakan
hati.
Kerinduan menyenggolku untuk segera menulis, kali
ini tidak diatas kertas entah kenapa. Mungkin karna tujuan awalku menyelesaikan
Tugas Kuliah, tapi akhirnya tidak jadi padahal laptop sudah dibuka. Daripada
mubazir, kuselesaikan saja keinginan hatiku untuk menulis. Sedikit impulsive
tak apalah. Impulsif itu bagian dari kehidupan yang up and down, bukankah
begitu? Jadi kumohon, terima saja ia apa adanya.
Beberapa hari ini, ehm, sebenarnya berhari bahkan
berminggu dan berbulan bulan ini kurasakan sesuatu yang luar biasa. Terkadang
keinginan untuk berbagi dengan menulis begitu kuat, agar semua merasakan yang
kurasa dan memahami meski sedikit saja; hal yang kupahami. Tetapi, rasanya
lebih indah jika kunikmati dulu sendirian. Manisnya lebih terasa. Lagipula,
daripada di cap tulisan ini terlalu persuasif lebih baik aku simpan manisnya
kado yang diberikan Allah kepada hambanya yang lemah sepertiku. Aku bahagia..
Aku sedang ingin diam. Maka Maaf jika tidak aktif
dimanapun. Hanya aktif dikuliah, itupun biasa aja. Ada sedikit rasa sedih,
tetapi tidak berlebihan. Bukan karna saya kuat, tetapi sang Maha Kuat telah
Menguatkan saya dengan caranya yang begitu unik dan bermacam macam. Sebuah
keyakinan membuatku kuat. Keyakinan tentang sebuah nama yang sudah tertulis
dengan indah disana, dilauhmahfudz. Tapi bukan itu yang membuatku ingin menulis.
Dan sebenarnya bukan judul ini yang ingin kutulis. Jadi, daripada berbelit
belit, kukatakan saja bahwa fikiran hati dan jiwaku sedang aduhai tak bisa
terdefinisikan. Sehingga tak bisa kuberbagi rasa dan fikiran; meski keinginan
itu kuat, meski inspirasi itu banyak sekali bahkan diluar quota yang ada hahhaaha
lebay melambay tapi ya begitulah adanya. Full serviced. Unconnected.
Hawqhaqhahqhqa.. jadi maaf jika yang lain terabaikan ya. Maaf seribu maaf.
Aku hanya ingin tertawa dan terus tertawa. Tapi,
bukan tawa pedih sepert biasa saat kumencoba tertawa. Yang kurasa saat ini
adalah tertawa yang sebenarnya. Dan kusendiri heran, bagaimana aku bisa tertawa
dalam kondisi yang bagi orang lain tidak pantas untuk ditertawakan. Yang jelas,
saya masih normal karna masih bisa membantu orang lain untuk menyelesaikan
tugasnya bersama. Jangan Khawatir.
Mungkin, tertawaku bagian dari kecerdasanku.
Mungkin. Kuharap sih begitu. Atau, tertawaku bagian dari sifat optimis yang
sebenarnya memang sudah diberi Allah dari dulu melalui rentetan kisah yang tak
biasa dari lahir, tapi tak usah kucerita disini karna semua orang punya kisah
punya masalalu sebagaimana takdir selalu bersuara dengan lantang meski ia tak
pernah mempromosikan dirinya melalui apapun, namun tindakan sang takdir cukup
menghimbau banyak orang agar selalu berdoa berusaha dan bertawakal. Berusaha
keras, bekerja cerdas, berhati ikhlas. Itu nasihat nasihat umum yang dapat
menghasilkan hasil yang tidak umum jika mampu kita kerjakan. Yah, kita semua
tau. Tindakan memerlukan keberanian dan keberanian memerlukan banyak pemikiran
& pertimbangan selain keyakinan. Atau mungkin, tertawaku bagian dari tangis
yang diobati Allah melalui cuplikan cuplikan inspirasi yang mendatangiku selalu.
Adil kan? Ya, Allah selalu Adil. Kita saja yang tak pernah adil dengan diri
sendiri, konon lagi harus adil dengan orang lain. Maafkan kesalahan kami
dimasalalu ya Rabb, kuatkan kaki kami melangkah untuk lebih baik lagi ya
rahmanurrohim. Lindungi kami dari hal hal yang merusak keimanan. Ampunilah kami
dari kebodohan kebodohan, karna Engkaulah yg Maha Melindungi dan Maha Pintar,
kami hanya mendapat apa yang Engkau beri, dan kami hanya menjalankan sebuah
jalan yang Engkau beri. Maafkan kami karna jarang merayuMu untuk mendapatkan
sesuatu langsung dariMu. Padahal, kemampuan merayu telah kami miliki sekian
lamanya, sedari dulu. Kami hanya khawatir tidak mampu bersikap adil dengan
orang orang yang kami cintai dan yang mencintai kami ya ghaffar……
Teman Rusiaku, bertahun yang lalu pernah berkata;
entah dimana dan bagaimana dia sekarang. Dan akupun lupa dia beragama apa,
Kristen atau atheis yang kutau dia sudah menikah, alhamdulillah. “Yeah, id
already know that you are fallin love with your religion.” Dia berkata begini
karna gregetan, jawabanku dari dulu ujungnya selalu bermuara kepada Allah
hahahahhahahha… Tidak kusengaja, hanya aku memang tolol sedari dulu kawan.
Begitu juga dengan Tika Rahmawati Dewi, semoga engkau baik baik aja disana,
pernah berkata “Ah kak, kenapa gw suka deket deket dan sharing sama lo, karna
setiap gw ada masalah, dinasehatin lo, ujungnya lo pasti bilang Allah.” Hahah
saya sih waktu itu Cuma nyengir tolol (lagi-lagi) terpana karna gak nyangka
jawaban dia begitu. Buat saya, wajar aja ujung ujungnya Allah, toh emang begitu
kan keadaannya? Tapi sekarang aku jadi berfikir, apa ini karna dari kecil aku
rajin baca surah al ikhlas ya? Entah lah yaw…
Jangan mengkhawatirkanku, karna aku akan baik baik
saja disini. Itu yang ingin kukatakan, untuk satu orang yang kukenal cukup baik
kekurangan dan kelebihannya. Tetapi, agar tulisan ini tidak berfokus kesatu
orang maka kukatakan sekali lagi untuk orang lain yang mungkin ternyata, tanpa
kuketahui juga memikirkan dan mendoakanku secara khusus maka ingin kukatakan
pula, jangan memikirkanku karna aku bersama Allah selalu. Kita semua bersama
Allah selalu.
Kita semua bersaudara. Kita semua tak ingin
menyakiti. Kita semua tak ingin ter-sakiti. Kita semua hanya memiliki waktu 24
jam dalam sehari. Kita semua akan bahagia jika mampu memahami perbedaan adalah
sumber kekayaan dan bukan sumber penyakit untuk terjangkit atau menyakiti. Kita
semua Hamba Allah dan kita tak pantas memiliki. Karna yang Maha Memiliki hanya
lah DIA. Sang Agung, Sang Pemilik apapun. Bahkan nyawa ini pun dipinjamkan
olehnya. Tapi tulisan ini bukan bermaksud memperlemah barisan, kita harus tetap
kuat, tegar. Justru dengan keyakinan itu kita seharusnya menjadi lebih kuat
bukan lebih lemah. Ingatlah ini… maka, ingatkanku ketika ku terlupa nanti.
Karna Allah Adil, ia akan memberi baik itu kita
minta ataupun tidak. Tugas kita sekarang ini adalah berusaha menjadi lebih
baik; selalu berusaha dan tak henti berdoa. Memposisikan persentasi doa, usaha
dan tawakal sesuai porsi dan tidak berlebih sebelah.
Jika tawakal mampu dilakukan 100%, kalau saya sih jujur
aja, dengan lingkungan dan keimanan yang masih secuil ini, saya sungguh belum
mampu 100% hanya bisa berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuan saya saat
ini. Maka Doa harus 100% pula disertai
usaha yang juga harus 100%, Ini jika meyakini bahwa Allah Maha Teliti, dan
hasil akhir ada di akhirat. Tetap berusaha Konsisten, istiqomah. Itu yang kita
butuh lakukan. Semoga bisa, dimudahkan, dibantu.
Dan
karna ini pula, Ayah telah menilai diriku dan calon pasanganku adalah orang
yang tidak bersungguh-sungguh.. Hahhaha…
Sebesar apapun rasa sayang kita pada sesuatu dan
seseorang pada akhirnya akan kembali kepada Allah dan sebesar apapun keinginan
untuk bertemu pada akhirnya Allah yang berkehendak, bukankah pada awalnya
pertemuan itu tidak pernah kita fikirkan sama sekali? Dan terjadi begitu saja
sesuai kehendakNya. Maka, pertemuan selanjutnya adalah kehendakNya atau memang
harus sampai disini. Untuk tujuan dan sebab yang juga sudah pasti tertulis.
Jadi ya, hidup ini memang sudah pasti, Doa Usaha dan Tawakal lah yang bisa merubahnya.
Tapi DUIT ini tak bisa dikerjakan jika tak bersungguh-sungguh, untuk itu aku
pernah bertanya dengan seorang teman yang sangat bersungguh sungguh dalam
menjalani hidupnya. Apa itu bersungguh sungguh ? karna sampai detik ini, saking
tolonya diriku, aku belum bisa mendefinisikan dengan maksimal. Apa itu
bersungguh sungguh ya?
Untuk keyakinanku ini yang sudah lebih dulu
diketahui ayah yang professor tak jadi karna membatalkan keinginannya demi
tujuan lain yang dinilainya lebih berarti, atau mungkin melalui keadilanNya
akan menjadi kesempatan yang tertunda; ayah dengan mudah mengetahui cara
berfikirku. Jangankan ayah, anak kecil aja pasti tau karna tiada yang kututupi.
Terbuka pada siapa saja, it’s the real
me. Ayah tau bahwa aku tak sungguh sungguh dalam hal apapun, dan pasti
begitu pula dengan pasanganku. Mungkin begitu clue nya, karna ini hanya praduga
ku saja. Tapi ayah pasti tau dengan pembicaraan pagi dua hari yang lalu bahwa
aku hanya menginginkan segalanya berjalan seperti air yang mengalir. Meski kata
pak Ahmad Rifai rifaan bahwa hidup tak boleh seperti air karna air selalu
mengalir kebawah itu berarti hidup akan down tidak up. Hahaha.. ga juga kali
pak. Kita beda mahzab kayaknya pak. Walaupun kita tau, planning itu penting.
Tapi planning bukanlah segalanya. Semua keputusan ada di Allah bukan kita. Atau
karna kami tidak mampu tegas dan cermat maka Allah yang memutuskan hahaha tak
apa, karna kami akan menjadi lebih baik insyaAllah. Bersama ataupun tidak pada
akhirnya, kami akan tetap menjadi lebih baik. Ini sih doa, semoga berujung
tindakan.
Tulisan
konyol ini, lagi lagi, semoga bermanfaat.
Yah,
meskipun gak bermutu sih….
Mungkin,
someday akan ada tulisanku yang bermutu.
ini note cerkas! Ar-Ridlo Fi-Ma Aqomana Allah. Terus Berkarya!
BalasHapusAlhamdulillah terhibur dengan komentarnya. Cerkas ya, hehe, amin ya Rabb. Arridho fi ma aqomana Allah makna nya apa ya ka. Maaf kak ya, janji buat nelfon ummi buat nenangin ummi and say : "Jangan sedih ummi semua udah diatur Allah dengan indah dan sempurna" gak bisa ditepati karena hal tertentu. semoga ummi udah terhibur disana dan antum juga dan kita semua bahagia, amin.
BalasHapus