Jepang VS Indonesia
2 Juli 2010
Sudah bukan rahasia umum jika jepang memiliki banyak
hal yang bertolak belakang dengan Indonesia. Tentang system pendidikan yang
sempurna, kedisiplinannya yang ketat serta produktifitas mereka yang tinggi.
Indonesia? Kebalikannya. Jika dilihat dari dunia pendidikan, kita sangat jauh
dari sempurna, bahkan minus; karna sangat jarang keluarga Indonesia menyadari bahwa system pendidikan yang
terbaik itu dimulai dari keluarga yang harmonis, Jika pun menyadari kebanyakan
dari elemen masyarakat terkecil diindonesia tidak sanggup mengamalkan nilai
nilai yang ditradisi kan oleh para wali dan pedagang *** ***kebebasan
mengeluarkan pendapat dan kebebasan sang anak dalam mengekspresikan diri (yang
seringkali dihambat dan dianggap sepele oleh orangtua) ditinjau dari pendidikan
formal seperti sekolah; bahkan lebih parah lagi, karna penilaian kecerdasan dan
ketrampilan anak didik dinilai sangat subjektif.
Padahal, kita semua pun tau, kecerdasan itu sendiri
terbagi dari beberapa sub. Karena setiap manusia itu unik, setiap anak itu
memiliki jenis kecerdasan yang berbeda dan cara penanganan yang berbeda pula.
Indonesia yang mayoritas beragama islam seharusnya dapat memahami dan
mengamalkan cara mendidik anak sesuai acara islam (baca: tarbiyah islam yang
sesuai dengan thoriqoh2 yang ada namun sering diabaikan bahkan dihilangkan dari
kurikulum pendidikan di Indonesia) namun Negara jepang yang notabene beragama
budha malah menggunakan system islam dan konsisten dalam menjalankan nya.
Indonesia dan jepang adalah dua kutub yang bertolak belakang namun saling tarik
menarik.
Membahas tentang kedisiplinan Indonesia dalam istiqomah
menjalankan nilai nilai islam dalam segala aspek kehidupan, tentu kita semua
setuju bahwa Indonesia memiliki tingkat kedisiplinan yang sangat rendah.
Terbukti dari: alur tata kota di Jakarta yang semrawut, begitupun bandung yang
memiliki alur pendek dan membingungkan. Pun seperti halnya masih saja ada
korban kecelakaan di area jalur busway, antrian busway yang masih semrawut
khususnya di jam jam tertentu (siang dan sore) Hal ini tentu tidak bisa kita
kambinghitamkan kepada pemerintah saja, karna sebenarnya masyarakatnya yang
belum mengerti dan mengadopsi paham paham keislaman dalam etika bersikap serta
berdisiplin.
Tentang produktifitas
Dari segi produktifitas, Indonesia kalah telak dengan
jepang yang bahkan anak anak sd nya saja sudah diajarkan untuk berinovasi,
menciptakan karya karya sederhana. Melatih kreatifitas dan bukan membunuh
kreatifitas seperti yang terjadi di system pendidikan Indonesia. Selain itu,
kaum ** Indonesia lebih banyak mengajarkan ke sikap konsumtif daripada
produktif bahkan yang paling parahnya lagi, karya anak bangsa sering diabaikan
dan tidak didukung.
Mungkin karna Indonesia kurang mampu menciptakan visi yang tajam (efek merosotnya nilai nilai
keluhuran yang kita miliki danpaham liberalisasi serta adopsi westernisasi yang
begitu bangga dibumikan di dunia timur kita), sehingga mudah dijajah dan
membiarkan dirinya dijajah bangsa lain. Beda sekali dengan jepang yang
memfilter bangsanya dari kebudayaan asing. Indonesia terbuka pada hal hal baru
namun tidak siap dalam istiqomah mempertahankan nilai nilai keislamannya
sehingga rendahnya kemampuan mengimplementasikan nilai keluhuran dalam
kehidupan. Sebuah visi hanya akan datang melalui doa doa dan meditasi, hal ini
membutuhkan waktu.
Kebanyakan orang yang mampu meneladani nilai nilai
keislaman malah memilih untuk bersikap pasif dan apatis terhadap system
diindonesia-dalam hal apa saja, dan khususnya pendidikan. Kenapa begitu? Kenapa
memilih bersikap pasif? Dan kenapa melarikan diri dari masalah dengan
menganggap segala sesuatunya baik baik saja dan meyakini segala sesuatu akan
menjadi lebih baik suatu ketika nanti, tanpa berbuat apa apa. mereka menganggap
hal ini sikap dari rasa tawakkal. Tentu saja hal ini salah besar! Tawakal dan pasrah itu berbeda. Tawakal itu
berdiri diatas landasan ‘ainul yaqin. Keyakinan yang teguh. Bukan sikap
phlegmatic membiarkan diri terombang ambing di gelombang kehidupan dan
membiarkan diri menunggu giliran menjadi buih dilautan.
Apa yang menyebabkan kaum yang meneladani sikap sikap
keislaman ini bersikap pasif? Rasa takut. Rasa malas. Nilai juang yang rendah. Ilmu yang
setengah setengah. Nah yang akan dibahas disni adalah paham yang setengah setengah.
Pola Fikir Masyarakat Indonesia
Masuknya budaya westernisasi (barat.red) yang begitu
deras dari berbagai media tanpa adanya filter yang baik (paham integritas dan
nilai diri) membuat banyaknya anak muda dan orang tua kehilangan pegangan.
Mereka memilih menganut nilai nilai barat seperti : Mencintai hal hal yang
sifatnya fisik, menyanjung kecantikan, keindahan pakaian, makanan yang mewah
dan modern, gaya hidup yang mewah, dan segala macam serangan dari luar. Sehingga
bagi sebagian masyarakat yang tidak mudah goyah oleh paham paham barat mulai
mengeluarkan suara protes, efeknya, masyarakat terpecah menjadi 2 kubu. Kubu
pro barat dan pro timur. Indonesia seperti akan dibelah tanpa pedang. Tapi kali
ini, pedangnya lebih tajam dari pedang yang terlihat.
ISTIQOMAH
Istiqomah artinya stabil. Keteguhan yang tidak mudah
berubah, dan sejenisnya.
Akhir akhir ini, jepang melakukan ekspansi ke banyak
aspek diindonesia dan Negara Negara islam pada umumnya seperti Pakistan dan
lain lain. Termasuk diantaranya dunia pendidikan Indonesia, khususnya Gontor.
Setahun yang lalu, jepang datang ke gontor putri dan mengenalkan tentang manga
kepada santri santrinya. Tentu ada tujuan politik yang terselubung, namun yang
seharusnya kita sadari adalah. Kenapa jepang mau bersusah payah mengunjungi
gontor putri 1?
Indonesia dan jepang bisa saling bersinergi, member kelebihan
masing masing, simbiosis mutualisme, saling menguntungkan tanpa ada yang merasa
rugi. Jepang membutuhkan cita rasa dunia spiritual Indonesia membutuhkan kemampuan konsisten (istiqomah.red) yang
dimiliki dan dijalankan jepang bertahun tahun sehingga mencetak banyaknya
prestasi bagi negri sakura tersebut. Persistence kills resistance. Saling
membantu menciptakan dunia yang harmonis. Mengisi kekurangan yang dimiliki tiap
tiap Negara.
Anak anak jepang yang memilih mati daripada hidup
didunia, karna tidak tahan terhadap kerasnya kehidupan disana, dengan segudang
kompleksitas permasalahan jiwa dan tuntutan disekelilingnya terhadap dirinya,
ilmu ilmu dunia yang banjir tanpa dilengkapi ilmu akhirat (agama) yg mencukupi,
mendorong mereka melakukan tindakan pendzaliman terhadap diri sendiri. Lalu,
bagaimana dengan Negara Indonesia yang sebenarnya memiliki banyak pesantren dan
syeikh syeikh yg pernah tinggal di daerah pesisir dari sabang sampai merauke? Apakah
memiliki tinggal percobaan bunuh diri yg lebih rendah? Tingkat kematian yg
terjaga dengan baik? Tetap saja tidak.
Jadi, disinilah fungsi para pemuda, tunas tunas bangsa
yang menyadari lebih dulu peran serta dirinya bagi dunia ini. Bermula dari diri
sendiri, teman teman, keluarga, tetangga, hingga kota dan kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Disini, saya sedang berbicara tentang cakupan hablum
minannas. Kebanyakan manusia melakukan perannya dengan setengah setengah, dan
termasuk saya pribadi. Mungkin belum ada keberanian, mungkin terlalu banyak
menunda, atau terlalu banyak hal hal remeh yang harus diselesaikan. Ataukah,
kita belum saling bahu membahu melestarikan alam ini? Belum bahu membahu
memerangi kedzhaliman ? ataukah kita belum bersungguh sungguh?
Saya teringat sebuah hadist yang pernah diterangkan
disebuah ceramah yang saya dengar ditelevisi, seminggu sebelum sya mengikuti
ujian pertukaran pemuda antar Negara. Bahwasannya, doa suatu kaum/bangsa tidak
akan didengar Allah (dikabulkan.red) jika didalam kelompok tersebut (tetangga
dan sekitarnya) masih ada yg berbuat dzhalim (dosa). Jadi, diwajibkan bagi kita
untuk saling membantu memerangi kedzhaliman, untuk berbuat kebaikan semampu
kita. Mengurangi sikap individualitas
yang sungguh sangat merusak keturunan Nabi Muhammad saw.
Yah, semoga saja..
Ini hanya tulisan lama yg saya tambahkan kembali di
2013, April 11st. Hanya saya tambahkan, tanpa saya revisi kembali, mungkin
suatu hari tulisan ini akan saya baca kembali dan revisi dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar