Jum’at Kairo, 8 Mei 2015
BRUNEI SYABAB
Sambil nunggu suami Mengajar
Pemuda-Pemuda Brunai secara Pribadi di Flat mereka, Ane baca-baca Kamus Bahasa
inggris supaya gak Kosong bengong. Ngantuk sebenarnya, selain karna udah malam
ditambah lagi diruangan ini ada kipas angin yang menimbulkan suara dan udara
sepoi untuk tidur. Ah memang dasar lagi sering tidur juga sih.
Bosan baca, segera gadget
yang harus dipegang, terlihat foto Profile
Whats App saudara sepupu cewe yg di Jakarta. Mengenakan Baju Warna Pink, Rok
Panjang dan blazer, yg semuanya serba pink. Hmm.. lumayan bagus sih, rapi.
Karna Melihat ini, jadi terfikir: “Apakah fisik yang dengan
sungguh-sungguh kita hias akan benar-benar bermanfaat didunia dan akhirat ?”
Kalau dunia sih udah pasti tampilan fisik sangat bermanfaat, di akhirat
bagaimana ? “Apakah menghias fisik lebih baik daripada menghias batin
dengan kemurnian hati dan otak dengan ilmu yang dapat membahagiakan di dunia
dan Akhirat ?”
Rasanya pertanyaan ini tidak
perlu kita jawab, karna kita sudah sama-sama tau tentang kewajiban mencari ilmu
bagi umat Muslim. Jika kewajiban ini diabaikan, maka tidak heran jika kekacauan
yang bermakna fitnah telah terjadi dimana-mana dengan merata, termasuk di
Negara-negara Islam.
Ada sekitar Sembilan Orang
Pemuda Brunai (Syabab) yang diajar suamiku dimulai dari jam Sembilan malam
sampai sekarang sudah jam 20:13 CLT. Melihat mereka ana berfikir, “Ilmu
tidak akan bisa dibeli dengan uang, karna ilmu itu cahaya.” Apakah
cahaya keyakinan serta petunjuk dapat kita bandingkan dengan cahaya senter,
lampu neon, lilin? Tentu tidak sama, namun dapat diperumpamakan begitu karna
hal ini bermakna, jika seorang beriman dengan keyakinan yang kuat, hatinya akan
selalu hiudp serta bersinar, mata hatinya dapat melihat ke segala penjuru
dengan jelas. Hal itu dapat
memudahkannya berjalan di sirathal mustaqim – semoga.
“Mafhum tidak?”
Terdengar suara suamiku bertanya kepada muridnya, tidak ada suara yang menjawab
pertanyaan sederhana dan umum itu, mungkin mereka mengantuk atau tidak paham
tapi malu atau malah kebingungan sudah sampai dimana. Kulihat pemuda berbaju
merah sedang memegang pinggang kirinya sambil
melihat buku teman di sebelah kirinya.
Sementara suamiku sibuk
dengan hidungnya yang sepertinya sedang flu. Begitulah, semua sibuk dengan
permasalahannya masing-masing. Sang Guru Fokus pada Materi Pelajaran dan Hidung
nya yang sepertinya sedang kedinginan karna angin Musim Dingin, sementara
muridnya sibuk dengan berusaha memahami apa yang disampaikan sang Guru.
Karna perbedaan adalah
rahmat,
merugilah
yg tidak mencoba menambah ilmu sambil
mengenal banyak wajah dunia serta para ahli akhirat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar