Minggu, 20 September 2015

Brunei Syabab

Jum’at Kairo, 8 Mei 2015

BRUNEI SYABAB

Sambil nunggu suami Mengajar Pemuda-Pemuda Brunai secara Pribadi di Flat mereka, Ane baca-baca Kamus Bahasa inggris supaya gak Kosong bengong. Ngantuk sebenarnya, selain karna udah malam ditambah lagi diruangan ini ada kipas angin yang menimbulkan suara dan udara sepoi untuk tidur. Ah memang dasar lagi sering tidur juga sih. 

Bosan baca, segera gadget yang harus dipegang, terlihat  foto Profile Whats App saudara sepupu cewe yg di Jakarta. Mengenakan Baju Warna Pink, Rok Panjang dan blazer, yg semuanya serba pink. Hmm.. lumayan bagus sih, rapi

Karna Melihat ini, jadi terfikir: “Apakah fisik yang dengan sungguh-sungguh kita hias akan benar-benar bermanfaat didunia dan akhirat ?” Kalau dunia sih udah pasti tampilan fisik sangat bermanfaat, di akhirat bagaimana ? “Apakah menghias fisik lebih baik daripada menghias batin dengan kemurnian hati dan otak dengan ilmu yang dapat membahagiakan di dunia dan Akhirat ?”

Rasanya pertanyaan ini tidak perlu kita jawab, karna kita sudah sama-sama tau tentang kewajiban mencari ilmu bagi umat Muslim. Jika kewajiban ini diabaikan, maka tidak heran jika kekacauan yang bermakna fitnah telah terjadi dimana-mana dengan merata, termasuk di Negara-negara Islam.

Ada sekitar Sembilan Orang Pemuda Brunai (Syabab) yang diajar suamiku dimulai dari jam Sembilan malam sampai sekarang sudah jam 20:13 CLT. Melihat mereka ana berfikir, “Ilmu tidak akan bisa dibeli dengan uang, karna ilmu itu cahaya.” Apakah cahaya keyakinan serta petunjuk dapat kita bandingkan dengan cahaya senter, lampu neon, lilin? Tentu tidak sama, namun dapat diperumpamakan begitu karna hal ini bermakna, jika seorang beriman dengan keyakinan yang kuat, hatinya akan selalu hiudp serta bersinar, mata hatinya dapat melihat ke segala penjuru dengan jelas. Hal  itu dapat memudahkannya berjalan di sirathal mustaqim – semoga.

“Mafhum tidak?” Terdengar suara suamiku bertanya kepada muridnya, tidak ada suara yang menjawab pertanyaan sederhana dan umum itu, mungkin mereka mengantuk atau tidak paham tapi malu atau malah kebingungan sudah sampai dimana. Kulihat pemuda berbaju merah sedang memegang pinggang kirinya sambil  melihat buku teman di sebelah kirinya.

Sementara suamiku sibuk dengan hidungnya yang sepertinya sedang flu. Begitulah, semua sibuk dengan permasalahannya masing-masing. Sang Guru Fokus pada Materi Pelajaran dan Hidung nya yang sepertinya sedang kedinginan karna angin Musim Dingin, sementara muridnya sibuk dengan berusaha memahami apa yang disampaikan sang Guru.

Karna perbedaan adalah rahmat,
merugilah  yg tidak mencoba menambah ilmu sambil mengenal banyak wajah dunia serta para ahli akhirat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar